NovelToon NovelToon
AKU PUN BERHAK BAHAGIA

AKU PUN BERHAK BAHAGIA

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Selingkuh
Popularitas:2.8k
Nilai: 5
Nama Author: sicuit

Jaka, adalah seorang yang biasa saja, tapi menjalani hidup yang tak biasa.
Banyak hal yang harus dia lalui.
Masalah yang datang silih berganti, terkadang membuatnya putus asa.
Apalagi ketika Jaka memergoki istrinya selingkuh, pertengkaran tak terelakkan, dan semua itu mengantarnya pada sebuah kecelakaan yang semakin mengacaukan hidupnya,
mampukah Jaka bertahan?
mampukah Jaka menjemput " bahagia " dan memilikinya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sicuit, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Selamat Jalan, Bu.

Pak Usman yang akan minum kopi, terkejut mendengar teiakan bosnya, dia langsung berlari ke rumah sebelah.

Beberapa ibu - ibu yang masih ngrumpi di depan mlijo sayur dekat situ juga bergegas datang. Penjual sayur pun ikut menghambur ke dalam. Mereka ramai - ramai memegangi tubuh Ibu supaya tak jatuh.

Ibu sudah dibaringkan, Pak Adi segera memeriksa denyut Ibu di pergelangan tangan.

Menggeleng sebentar, Pak Adi mulai memberikan pertolongan pertama dengan menekan dada Ibu beberap kali.

Tapi tetap tak ada reaksi. Pak Adi memeriksa mata Ibu, sudah tertutup sempurna.

Pak Adi diam. Keringatnya membasahi wajah dan badannya.

"Ibu Jaka sudah meninggal," katanya pelan.

"Gusti Allah ... kasian anaknya, beberapa waktu lalu kan kurang sehat gitu, sekarang ditinggal pula oleh Ibunya," kata orang - orang yang ada di situ, mereka saling berbisik.

"Pak Usman, tolong jemput Jaka, di tempat praktek saya ya," kata Pak Adi pada sopir pribadinya.

Pak Usman pun bergegas menjemput Jaka.

        ####### 

Jaka kembali siuman, setelah pingsan beberapa saat.Tapi air mata tak berhenti dari mata yang sudah terlihat bengkak.

Tak beranjak sedikit pun dari sisi Ibu yang sudah dimandikan dan dikafani.

Tak lama kemudian jenazah  diberangkatkan, diiringi dengan doa orang - orang yang mengantar Ibu pada perisitirahatan terakhir.

Sepanjang jalan, Jaka ditemani oleh Pak Usman dan Pak Sujak, karena Pak Adi harus tugas di rumah sakit.

Pemakaman tak terlalu jauh dari tempat tinggal Jaka. 

Doa dipanjatkan, jenazah Ibu sudah diturunkan, dan tanah ditutupkan kembali. Jaka dan orang - orang menabur bunga di atas tanah merah itu.

Satu persatu orang yang ada di sana pulang. Tinggal Jaka sendiri. Dia memeluk tanah merah itu. Air mata tetap saja mengalir, meskipun Jaka sudah berusaha untuk ikhlas.

"Bu ... abis ini gimana sama Jaka, sapa sing mau nemeni Jaka? tanya Jaka dalam isaknya, sambil menepuk tanah basah itu beberapa kali.

"Selamat jalan Bu, Ibu baik - baik di sana ya ... Ibu sehat - sehat di sana ya ... Jaka sangat sayang Ibu, tunggu Jaka ya, Bu."

"Huuuuu ... uuuu ... huuuu ...."

Tiba - tiba, seseorang memegang bahu Jaka.

"Ayo Nak, hari sudah sore, ikhlaskan Ibu, Ibu sudah tenang, sudah melepas lelahnya di sana," ucapnya, menghibur Jaka.

Jaka mendongakkan wajahnya.

Ada Pak Sujak, ternyata dia belum pulang, masih menemaninya di sana.

"Ibuk, Pak, huhuuuu ... uuuu, kalo Jaka pulang, kasian Ibu di sini sendirian. Selama ini, Ibu yang selalu nemeni Jaka, iyo mosok saiki tak tinggal dewean, Pak. Huuuu ... huuuu ... uuuu ...."

Pak Sujak tak bisa bicara, dia sangat memahami perasaan Jaka. Dia menepuk bahunya beberapa kali, berusaha untuk menenangkan dan mengajak pulang.

Akhirnya Jaka berdiri, dan mengikuti Pak Sujak pulang. 

Jaka pulang ke rumah, di sana banyak orang, para tetangga bergotong royong membantu untuk doa nanti malam

Tetangga hadir dalam acara doa, mereka mengikuti dengan khusuk. Jaka berkali - kali menghapus air matanya.

"Yang sabar ya Nak Jaka, Allah lebih tau yang terbaik buat Ibu, Ibu sudah tenang di sana, tapi akan sedih sekali kalo Nak Jaka tak bisa ikhlas," kata Pak RT, sambil menepuk bahu Jaka beberapa kali.

Jaka mengangguk.

Hari - hari dilalui Jaka dengan berat, hidup terasa sepi tak ada Ibu di sampingnya.

Di tempat kerja pun, Jaka tak fokus dengan rumput - rumput yang harus dibersihkan.

Pak Sujak sering kali  menggelengkan kepalanya, melihat Jaka yang diam melamun.

Hingga pada suatu sore, Jaka hanya diam menatap rumput - rumput dan bunga yang ada di depannya.

"Jakaaa ... Jakaaa ... Jaaakkaaa!" panggil Pak Sujak beberapa kali.

Tapi Jaka tetap diam, seakan tak mendengar panggilan Pak Sujak.

Sampai akhirnya Pak Sujak datang menghampirinya, alangkah terkejutnya Pak Sujak melihat kondisi Jaka.

Pandangannya kosong, mulutnya sedikit terbuka, dan liur menetes di kaos yang dipakainya, sesekali dia bergumam," Ibu dimana ... Bu ... dimana Ibu."

"Owalah Gusti ... eling Ngger ... Eling, " kata Pak Sujak.

Dengan sabar, Pak Sujak menuntun Jaka masuk dalam rumah. Diajaknya duduk di kursi rotan yang sudah tua.

Pak Sujak mengambil tisiu dan menghapus liur yang masih tertinggal di sudut bibirnya.

Tanpa terasa, ada genangan air mengambang di sudut mata Pak Sujak, dia menghapusnya.

"Kasian kau, Le," ujarnya pelan.

Membiarkan Jaka duduk di sana sendirian, Pak Sujak melanjutkan pekerjaannya, sambil sekali - sekali mengamati Jaka.

Tak lama kemudian Pak Adi datang, praktek dibuka pukul 17.00wib, mengetahui Pak Adi sudah datang, buru - buru Pak Sujak menghampiri Pak Adi, dia menceritakan kondisi Jaka.

Dengan tenang, Pak Adi memeriksa kondisi Jaka. Pak Adi menghembuskan napas berat, dan memandang Jaka dengan penuh iba.

Pak Adi pernah diberitahu oleh Pak RT, tentang kejadian hilangnya Jaka.

"Pak Sujak, tolong tidak meninggalkan Jaka sendirian ya," minta Pak Adi.

Pak Sujak mengangguk, "baik, Pak."

Pak Adi meninggalkan  Pak Sujak dan Jaka, dia masuk dalam ruang praktenya dan mulai memeriksa pasien yang sudah datang, satu persatu.

Pasien sudah habis, Pak Adi bersiap untuk pulang.

"Pak Sujak ...," panggil Pak Adi.

Pak Sujak dengan kaki pincangnya jalam tergesa datang menghampiri pada Pak Adi.

"Pak Sujak, tolong siapkan tempat tidur buat Jaka, ya. Biar Jaka tinggal di sini sama Pak Sujak, daripada di rumah sendirian, saya khawatir," kata Pak Adi.

"Iya Pak," jawab Pak Sujak sambil mengangguk.

Pak Adi menepuk bahu Pak Sujak sambil berjalan pulang, "selamat malam, Pak."

"Selamat malam, Pak," jawab Pak Sujak.

Setelah menutup pintu pagar, Pak Sujak masuk dalam rumah, mengerjakan permintaan Pak Adi, menyiapkan tempat tidur untuk Jaka.

Meskipun hanya selembar matras, tapi itu lebih baik dari pada hanya dengan tikar, seperti di rumah Jaka.

Dengan penuh kesabaran, Pak Sujak mengajak Jaka berbaring, dengan harapan Jaka akan pulih setelah bangun dari tidurnya.

Pagi itu Jaka duduk termenung di hamparan rumput hijau, Pak Sujak, dari jauh mengawasinya.

Pak Sujak juga sudah mengunci pagar dengan benar, supaya Jaka tak bisa membukanya.

Setelah menyelesaikan tugas paginya, Pak Sujak mengajak Jaka untuk makan.

Dengan penuh kesabaran, Pak Sujak menyuapkan makanan ke dalam mulut Jaka, dan sesering mungkin menyentuh tangannya supaya sadar dan mengunyah makanan yang sudah dalam mulut.

Mengambil tisiu dan mengelap sisa makanan yang belepotan di mulut Jaka.

Tanpa di sadari, air mata Pak Sujak mengaburkan pandangannya. Dia mengusap dengan kaos yang dipakainya.

"Owalah, Le ... ndang waraso yo Le, cepat sembuh kembali ya, kasian kamu ini," kata Pak Sujak dengam suara tersendat.

Dibelainya rambut Jaka. Dengan penuh kasih sayang, sedangkan Jaka hanya diam, mematung dengan pandangan kosong.

Pak Sujak menuntunnya ke kamar mandi, dan memandikan Jaka. Menggosoknya dengan sabun, dan mencuci rambutnya.

Setelah itu, mengeringkan dengan handuk, dan meminjamkan pakaian miliknya, sementara belum ada pakaian Jaka sendiri. 

Melihat Jaka sudah rapi, Pak Sujak mengajaknya ke depan, duduk di bawah sinar matahari.

Dan Pak Sujak melanjutkan pekerjaannya.

1
nightdream19
Bagus Thor. kisahnya buat aku juga jadi kebayang sama kejadian tadi. lanjut Thor.. /Smile/
nightdream19: ok. siap lanjutkan baca
sicuit: terima kasih kakak .. ikuti kelanjutan kisahnya ya.. 😊
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!