"Ivy nggak sengaja ketemu sama kamu dan Nabilah. Kamu--sabtu kemarin itu--ketemuan kan sama Nabilah di Rainbow Caffee?!"
Sempet ada jeda sebentar, yang akhirnya Matias berbicara juga. "I-iya, t-tapi a-aku ng-nggak ka-kayak yang kamu pikirin. Aku sama Nabilah pun nggak ada hubungan apa-apa. Murni ketemuan sebagai temen. Aku cuman cinta sama kamu, Ke."
Ternyata Kezia masih mau memaafkan Matias. Berlanjutlah kisah cinta mereka. Hanya saja, jalan di hadapan mereka berdua semakin terjal.
Berikutnya, tidak hanya tentang Matias dan Kezia. Ada juga kisah Martin Winter dan Vanessa Rondonuwu. Pun, kisah-kisah lainnya. Kisah yang sama manisnya.
Terima kasih banyak yang sudah menyimak season one RAINY COUPLE di tahun 2020 silam. Kali pertama aku menulis novel di platform.
NOVEL INI PERNAH MELEDAK DI NOVELTOON DI TAHUN 2020 SILAM!
Season 1 Rainy Couple
(https://noveltoon.mobi/id/share/102447)
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IG @nuellubis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Nabilah Menangisi Matias
Sembari menyetir mobil, Nabilah memutuskan untuk membiarkan setetes demi setetes air matanya membanjiri kedua pipinya. Tangan kiri Nabilah sigap menghidupkan radio mobil. Satu lagu teduh menemani perjalanan pulang Nabilah. Jam sudah menunjukkan pukul sebelas lima belas menit.
Sebetulnya tak sia-sia datang ke salon tersebut. Plong rasanya. Seperti tak ada yang membebani Nabilah, walau faktanya masih ada. Masih ada rasa yang tertinggal. Nabilah terisak-isak. Sekonyong-konyong ia menyesali keputusannya untuk kembali bekerja di Indonesia. Ah, padahal, ia sudah cukup bahagia di Tokyo. Gajinya saat masih menjadi seorang penerjemah di sebuah perusahaan penerbitan buku cukup tinggi. Saat itu, ia bahkan tak terlalu ingat kenapa harus mengundurkan diri, lalu hijrah ke sebuah perusahaan periklanan yang gajinya agak di bawah perusahaan Jepang tersebut. Nabilah merutuki keputusannya sendiri. Saking kesalnya, ia menggigiti bibir bawahnya.
"Kan, sekarang jadi susah buat move-on," tutur Nabilah bersedu sedan. Lalu, Nabilah ikut bernyanyi bersama si penyanyi. "...there were times when it rains. Just the thing kept me sane. It's too much for a little time of fame..."
Menangis, bernyanyi. Menangis, bernyanyi. Lalu, ada sebuah lantunan merdu sebuah lagu yang dinyanyikan oleh seorang pria yang cukup tampan. Suaranya saja merdu, apalagi wajahnya. Dan, Nabilah segera merogoh isi tas tangannya. Ia mengambil ponsel dan membuka folder draft yang terletak di salah satu surat elektroniknya. Nabilah tak pernah lupa, walau sudah bertahun-tahun yang lalu peristiwanya. Indahnya momen-momen kebersamaan antara Nabilah dan Matias. Mereka begitu puas dengan hubungan tanpa status yang tengah terjalin. Padahal mayoritas dari teman-teman sesama murid kelas dua SMP Mandala mendesak mereka berdua agar segera meresmikan hubungan tersebut. Dasar Nabilah dan Matias. Entah apa yang merasuki mereka berdua, dengan status teman tapi mesra itu saja, baik Nabilah maupun Matias sudah sangat bahagia. Matias yang pemalu, Nabilah yang memiliki gengsi cukup besar.
Meski menurut mama kamu, kamu itu kekanak-kanakan
Menurut aku, kamu memiliki pikiran yang cukup dalam
Pak Nelson bilang kamu egois
Untuk aku, kamu sangat menjunjung tinggi keadilan
Darius selalu bilang kamu lemah,
Bagiku, kamu luar biasa
Kamu begitu memegang prinsip sampai akhir
Matias, wǒ ài nǐ!
Apakah ini puisi? Nabilah tertawa dengan pikirannya sendiri. Saat itu, Nabilah akui ia cukup kesulitan di mata pelajaran Bahasa Indonesia. Daripada belajar mengenai Ejaan yang Disempurnakan (EYD) atau Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI), Nabilah lebih menyukai novel-novel terbitan Hilman-Boim yang lucu (yang sampai sekarang Nabilah masih tetap suka membaca Lupus, yang menurut Nabilah, Lupus itu lugu dalam hal memahami perasaan perempuan) atau serial Meteor Garden (yang mana Nabilah sering merasa gemas sendiri dengan tingkah laku Dao Ming Tse, yang senang sekali membuat kesal tokoh heroine-nya). Puisi ini sendiri (yah, kita anggap saja begitu) dituliskan Nabilah saat jam pelajaran Komputer.
Hingga detik ini, hanya mengendap di dalam folder draft. Bertahun-tahun tak tersentuh. Saat itu (dan mungkin hingga sekarang), Nabilah merasa itu perbuatan bodoh. Nabilah pun merasa sia-sia untuk langsung mengirimkannya ke Matias. Apa jadinya jika Matias malah menertawakannya? Saat itu, Nabilah sontak berpikir bisa saja Matias malah beranggapan itu untuk tugas membuat puisi di mata pelajaran Bahasa Indonesia, lalu Matias malah menertawakan Nabilah serta sok mengguruinya. Laki-laki itu menyebalkan saat itu. Bahkan tokoh utama di drama Meteor Garden itu akan menertawakan kekurangpekaan Matias.
Lampu merah menghentikan laju mobil Nabilah dan kendaraan-kendaraan lainnya. Nabilah mematikan radio dan makin membanjiri air matanya dengan air mata.
"Apa gue balik ke Jepang lagi aja?" ujar Nabilah berbicara ke dirinya sendiri, sesenggukan. "Eh, tapi, kan, cari kerja itu kan nggak gampang, yah. Gaji di kantor gue yang sekarang juga udah gede, kok."