BO LI, Wanita Mandiri, Tuan

Zaban membawa gadis kecil itu kedalam istananya yang berada dibawah kerak bumi. Istana Zaban sama dengan kedua matanya yang mengeluarkan api menyala-nyala. Hanya saja istana milik Zaban tidak sesuram penampilan Zaban, istananya masih bercahaya terang dan megah dengan pemandangan sungai api berwarna merah.

Istana Zaban terbuat dari tumpukan batu bumi yang berukuran besar serta berkilauan bagai permata. Di atas ujung menara istananya terdapat sepasang katak ungu raksasa. Zaban membawa gadis kecil itu keatas singgasananya yang terbuat dari api, ia mendudukkan gadis kecil itu di atas singgasananya serta memakaikan bunga api yang tersusun seperti mahkota di kepala gadis kecil yang tertutup kain panjang putih.

"Hmm..., kamu cantik sekali tuan puteri kecil ! Tidak salah jika langit melindungi dirimu dan membantumu menghapus catatan kematian pertamamu dari dalam buku milikku sehingga aku tidak menemukan keberadaan mu di neraka ketujuh !", ucap Zaban terkagum-kagum akan kemurnian gadis kecil itu.

Zaban melayang berputar di sekeliling gadis kecil itu lalu berhenti tepat di samping singgasana miliknya kemudian ia mengarahkan tangannya yang menggenggam pedang berbentuk sabit kearah depan, ia terlihat membaca doa.

Sebuah cangkir perak dari api berukuran besar muncul di atas mereka dan bergerak perlahan-lahan kearah mereka berdua.

"CAMANA DAGDHA DAKARA !!!", ucap Zaban lalu meraih cangkir perak raksasa itu kedalam genggaman tangannya.

Saat cangkir perak raksasa itu berada ditangan Zaban tiba-tiba cangkir tersebut menciut berubah menjadi cangkir berukuran biasa. Zaban kemudian memberikan cangkir tersebut kepada gadis kecil itu dan menyuruhnya untuk meminumnya.

"Minumlah sampai habis puteri Bo Li !", ucap Zaban.

"Apakah aku harus meminumnya, Zaban ?", tanya gadis kecil itu.

"Iya ! Ini adalah minuman ajaib dari tujuh api neraka dan delapan air suci surga, minumlah !", ucap Zaban, orang berjubah api merah yang sangat pekat itu kepada gadis kecil seraya menganggukkan kepalanya tegas.

"Mmm...?", gumam gadis kecil itu ragu-ragu.

Gadis berusia sepuluh tahun itu sedikit bimbang saat orang berjubah api merah yang sangat pekat itu menyodorkan secangkir minuman kepadanya, ia menatap lama kearah Zaban.

"Percayalah padaku puteri kecil ! Aku akan membantumu tetapi kali ini dengan cara yang benar dan sesuai ketentuan yang ditetapkan Sang Maha Kuasa agar reinkarnasi ini lancar tanpa melanggar peraturan dari langit ! Ijin dari Zaban untuk bangkit dari kematian dan membalaskan kematian seluruh keluargamu serta kematian mu dan merebut kembali kerajaan milikmu dari tangan iblis !", ucap Zaban tersenyum penuh arti kepada gadis kecil itu.

"Apakah aku bisa memegang ucapan mu, Zaban ?", kata gadis berusia sepuluh tahun itu gamang.

"Tentu saja ! Aku telah merestui mu karena engkau telah menulis dengan memperbaiki catatan kematian mu didalam buku kematian milikku dengan sangat baik sehingga aku memberimu pengampunan ! Penjaga pintu maut telah berbuat lancang tanpa ijinku untuk membantumu hidup kembali dan menyuruhmu memakan buah surga agar ingatan serta jiwamu yang terkurung didalam lentera milikku dapat terbebaskan tapi itu telah melanggar ketentuan hidup-mati karena itu aku memanggilmu kembali untuk menyalin catatan kematian mu serta memperbaikinya !", ucap Zaban.

"Kenapa kamu membantuku, Zaban ?", ucap gadis kecil itu seraya menatap kearah Zaban.

"Karena engkau begitu lucu ! Aku benar-benar mengidolakan mu puteri kecil Bo Li !", ucap Zaban.

"Apa ?", ucap gadis kecil itu terkejut.

Zaban hanya tertawa saat melihat ekspresi gadis kecil dihadapannya itu, ia benar-benar berhasil menggoda seorang gadis kecil yang menurut sang penyampai berita dari penjaga pintu neraka itu bahwa puteri kecil itu sangat menggemaskan.

***

Gadis kecil itu lalu menghabiskan minuman yang ada didalam cangkir perak pemberian Zaban. Ia merasakan perubahan didalam tubuhnya yang tadinya tubuhnya terasa sakit sekali karena luka dalam yang diakibatkan oleh serangan pria bernama Elmar padanya setelah meminum minuman dari Zaban, gadis kecil itu tidak merasakan sakit lagi. Ia merasa tubuhnya sangat segar seperti sediakala.

"Apa yang kamu rasakan puteri Bo Li ?", tanya Zaban.

"Aku merasakan tubuhku sehat dan pulih seperti semula, aku tidak merasakan sakit lagi Zaban !", jawab gadis kecil itu dengan mata berbinar-binar.

"Hmm...!? Ini sebuah keajaiban yang sangat luar biasa sekali puteri Bo Li ! Karena biasanya orang yang meminum minuman ini akan langsung bereaksi kepanasan atau langsung meninggal dunia !", ucap Zaban seraya memperbaiki tudung jubah api merahnya.

"Benarkah dari apa yang kamu ucapkan Zaban ?", ucap gadis kecil itu lalu tercengang ketakutan.

"Hmm, iyah ! Tapi itu tidak terjadi padamu puteri Bo Li justru minuman itu berubah menjadi obat penyembuh luka di tubuhmu ?", ucap Zaban seraya mengusap dagunya dengan jemari tangannya yang berkuku tajam serta runcing. "Luar biasa ! Benar-benar sangat ajaib sekali ! Mungkin ini juga karena kamu memiliki kekuatan pancasona tak tertandingi kehebatannya yang diwariskan oleh ayahmu, sang baginda raja !?"

"Apakah itu pancasona, Zaban ?", tanya gadis kecil itu.

"Mmm..., semacam ilmu kesaktian yang dimiliki oleh para raja atau wali atau pangeran kerajaan disebuah negeri ditengah samudera ! Ilmu pancasona terdiri dari kata panca dan sona berarti lima tempat, ilmu ini merupakan ilmu kekebalan tingkat tertinggi dan sempurna dan merupakan ilmu dari penggabungan lima tempat yaitu langit, bumi, samudera, gunung dan surga !", ucap Zaban.

"Ilmu ini memiliki resiko besar bagi yang mengamalkannya bahkan konon pemilik pancasona harus menyiapkan makam gantung untuk diri mereka sendiri agar mereka bisa meninggal dunia dengan damai selayaknya manusia lainnya dan supaya mereka tidak berubah menjadi makhluk lainnya !"

"Benarkah ? Lalu kenapa ayahku sang pemilik ilmu pancasona ini mati terbunuh ?", ucap gadis kecil itu.

"Mmm...!?", gumam Zaban.

Zaban lalu terdiam kemudian memandangi gadis kecil di hadapannya.

"Karena ayahmu memberikan ilmu ini kepadamu saat-saat terakhir menjelang kematiannya diwaktu baginda raja bersujud kepada Sang Maha Pencipta untuk terakhir kalinya, raja menyalurkan ilmu itu melalui sona bumi kepadamu saat kepalanya sujud menyentuh bumi, puteri Bo Li !", ucap Zaban. "Raja tidak ingin meninggal sia-sia dan ia tidak ingin kamu ikut menanggung penderitaan bersama raja !"

"Kenapa ayah tidak mempergunakan ilmu ajaib itu untuk melawan paman jahat untuk melindungi kami ?", ucap gadis kecil itu sedih.

"Entahlah, aku juga tidak mengetahui alasan baginda raja untuk tidak melawan pamanmu dan memberikan ilmu ajaib itu kepadamu ? Aku sendiri tidak tahu, puteri Bo Li !?", ucap Zaban.

"Oh...", gumam Bo Li.

"Mungkin ini sudah kehendak langit yang menginginkan kematian baginda raja ditangan Elmar untuk menghentikan kebencian yang ada di hati pamanmu atas kematian ibunya yang dibakar hidup-hidup didalam rumahnya oleh penduduk Kuota agar Elmar tidak melampiaskan kemarahannya kepada dirimu atau rakyat negeri Kuota karena itulah raja memilih tidak melawan Elmar, pamanmu dan memilih mati ditangan keponakannya Abbiyu !"

"Tapi itu sangat tidak adil ! Ayahku adalah raja ! Dan ia tahu harus menghukum orang yang berbuat jahat serta kejam seperti nenek Rashieka Sanders ! Ayahku tidak akan pernah keliru untuk menghukum orang yang berbuat keji !", ucap gadis kecil itu.

"Iya aku tahu itu !", sahut Zaban.

"Boleh aku bertanya padamu Zaban ?", ucap gadis kecil itu.

"Iyah, boleh ! Apa yang ingin engkau tanyakan padaku gadis kecil ?", tanya Zaban sambil memiringkan kepalanya.

"Kenapa aku belum hidup kembali ?", pertanyaan yang menohok langsung untuk Zaban.

"Eh !?", ucap Zaban terkejut pelan.

Orang berjubah api merah dengan pedang berbentuk sabit ditangannya serta lentera itu nampaknya sangat kaget sekali saat mendengar perkataan gadis kecil itu kepada dirinya.

"Mmm...!? Kapan ya !? Kapan...?", ucap Zaban bergumam pelan. "Sebentar !"

"Iya !?", tanya gadis kecil itu dengan polosnya.

"Tunggu sebentar aku akan melihat catatan kecil milikku dulu !", ucap Zaban kemudian berjalan melayang menuju kesebuah lemari peti kayu dari api dan membukanya. Ia terlihat sibuk mencari-cari sesuatu didalam lemari peti kayu api itu.

"Nah ! Akhirnya aku menemukannya ! Ini dia buku agenda milikku yang aku simpan cukup lama didalam peti kayu api ini !?", ucap Zaban lalu membaca buku tersebut dengan serius. "Ini ! Ini..., ini jawabannya ! Hidup...! Hidup kembali ya...?", sambung Zaban menelusuri catatan didalam buku tersebut.

Gadis kecil itu menatap serius kearah orang berjubah api merah yang tengah sibuk membaca sebuah buku tebal berwarna merah yang berdiri tepat di atas sebuah lemari peti kayu yang terbuat dari api membara.

"Oh Iya ! Aku harus mengoleskan keringatku kearah kening gadis kecil itu !", ucap Zaban pikun.

Zaban mengalihkan pandangan matanya yang mengeluarkan api menyala-nyala kearah gadis kecil bernama Bo Li. Ia lalu melambaikan tangannya kepada gadis kecil itu.

"Kemarilah puteri kecil ! Aku akan membuatmu kembali ke tubuhmu dan hidup kembali seizin Yang Maha Kuasa !", ucap Zaban.

Gadis kecil itu lalu berjalan menghampiri Zaban dengan langkah hati-hati. Ia berdiri dibawah Zaban yang melayang di atas lemari peti kayu api.

Zaban kemudian bergerak pelan kearah gadis kecil itu lalu ia mengoleskan keringatnya kearah kening gadis berusia sepuluh tahun itu. Ia juga memberikan sebuah kalung dari batu api yang ia kalungkan dileher gadis kecil itu sebelum gadis berusia sepuluh tahun itu bangkit dari kematiannya.

"Engkau akan kembali hidup dan bangkit dari kematian puteri Bo Li setelah tertidur koma selama delapan indumathi ! Maka selama delapan bulan itu kamu harus bersabar dan teruslah berdoa dalam hatimu sebagai peleburan jiwa serta penyatuan kekuatan ajaib dengan raga suci mu dalam dirimu, anggaplah engkau sedang mengingat Tuhan ! Jangan pernah putus untuk terus berdoa mengingat kebesaran nama-Nya ! Kamu paham !?"

"Iya Zaban ! Aku paham !", sahut gadis kecil itu sembari menganggukkan kepalanya.

"Baiklah puteri kecil ! Kembalilah sekarang kedalam tubuhmu ! Kejahatan akan binasa dengan kekuatan suci dari Tuhan Sang Maha Pencipta !", ucap Zaban. "Maka kembalilah hidup ! Bangkitlah dari kematian puteri Bo Li Arwa Kuota Sanders ! Aku Zaban penyampai berita dari penunggu pintu neraka ketujuh memberimu izin dengan seizin Yang Maha Kuasa !"

Cahaya api berkobar di sekeliling gadis kecil itu kemudian tubuh gadis kecil itu berangsur pelan-pelan menghilang dari istana Zaban.