Tidak pernah menyangka pernikahan ketiga Naya Aurelia (32th) mendapatkan ujian yang penuh dramatis.
Ia dihadapkan dengan pilihan yang sulit antara memilih suami atau anak kandungnya.
Berawal dari suaminya Juan Bagaskara (27th) yang tidak mau menerima Shaka sebagai anak sambungnya sehingga Naya dengan terpaksa harus berpisah dengan putri kesayangannya. Ia menitipkan Shaka pada bi Irah asisten rumah tangganya yang diberhentikan dari rumah tersebut.
Bertahun-tahun Naya tersiksa batinnya karena ulah suami yang usianya lebih muda darinya. Apalagi suaminya pun memiliki pekerjaan di luar dugaannya yang membuatnya sangat terpukul. Pekerjaan apa kira-kira?
Disisi lain ia sangat ingin kembali hidup bersama anaknya. "Nak, izinkan mama kembali meraih cintamu..." ucap Naya lirih.
Akankah kebahagiaan berpihak pada hidup Naya selanjutnya?
Ikuti kisahnya!💕
Follow author ya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon FR Nursy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 24 Diantar Pulang
Shaka mengetahui keberadaan Arya di rumah itu. Karena itulah ia langsung mengendap lewat pintu belakang ke luar dari rumah. Dia mengingat kejadian saat di Surabaya bertemu Arya, langsung diantarkan ke rumah mamanya. Dia tidak mau kejadian tersebut terulang kembali.
Hari ini ia bertekad untuk bertemu papa Dikara, walaupun banyak rintangan yang menjadi penghalangnya.
"Iiish kenapa pintu gerbangnya masih dikunci sih? Aku kan engga bisa ke luar. Ck...mana aku engga bisa manjat, gerbangnya terlalu tinggi," ujar Shaka bermonolog.
Matanya menatap ke atas gerbang sambil memikirkan caranya untuk bisa ke luar dari gerbang tersebut. Kemudian kepalanya celingak-celinguk ke kiri dan ke kanan untuk memastikan tidak ada siapa pun di sana.
Shaka harus segera mengambil keputusan agar tidak salah langkah lagi.
"Aku harus bersembunyi dulu, menunggu mobil om Arya ke luar. Jadi aku pun bisa ke luar. Lagian kenapa sih om Arya ada di rumah ini? Bikin susah aja. Padahal kalau om Arya ga ada, pasti aku akan diantar sama kak Elana sekarang," monolognya dalam hati.
Shaka langsung mengambil sikap manakala mendengar suara teriakan namanya dipanggil.
Dia bersembunyi di belakang mobil Elana. Tidak pernah menduga sama sekali saat ia berjongkok dan memejamkan matanya, mobil Elana yang justru berjalan tanpa memberi tanda. Alhasil menyisakan Shaka yang sedang berjongkok sambil menutup wajah dengan kedua telapak tangannya.
Arya yang melihatnya tertawa tanpa suara. Seraya menoel lengan tantenya dan memberi tahu dengan bahasa isyarat tanpa sepatah kata pun agar tidak diketahui Shaka.
Mereka menghampiri Shaka yang masih tenang di tempatnya.
"Sayang dicariin ternyata ada di sini. Shaka sedang main petak umpet dengan siapa?" bu Maryam membuai rambut Shaka dengan lembut.
Shaka membuka matanya secara perlahan, matanya celingak-celinguk, gusar. Ia kaget mobil Elana yang menjadi tempatnya bersembunyi sudah tidak ada di tempat.
"Kok mobilnya ga ada. Uuuuh pantesan jadi ketahuan sama Mama," ujarnya cemberut.
Bu Maryam tersenyum melihat tingkah Shaka.
"Jadi beneran lagi main petak umpet nih?"
"Ssssttt jangan berisik Ma. Nanti om Arya tahu," ujarnya menempelkan jari telunjuk di bibirnya.
"Oooh jadi Shaka sedang main petak umpet sama om Arya?" tanya bu Maryam sambil mengangguk-angguk melirik Arya yang sedang bersembunyi di balik mobilnya.
"Aku takut Ma. Di dalam ada om Arya. Aku engga mau diantar ke Surabaya lagi. Aku pengen di Jakarta aja tinggal sama papa. Mama tolong usir om Arya, sekarang. Shaka pengen hidup tenang," curhat Shaka sendu.
"Shaka, om Arya orang baik lho. Hari ini dia ke sini mau nganterin Shaka ke rumah papanya Shaka," ujar bu Maryam memberi pengertian.
"Bohong," Shaka tidak percaya karena ia pernah dikecewakan.
"Ini benar Shaka. Om Arya itu orang yang jujur lho. Om Arya datang mau mengantarkan Shaka ke rumah papa. Katanya om Arya tahu rumahnya karena papanya Shaka teman om Arya,"
"Benarkah?"
"Benar."
"Kalau begitu Mama harus ikut menemui papa."
"Lho Shaka sama om Arya aja."
"Engga mau. Shaka engga mau kecewa yang kedua kalinya," ujarnya cemberut.
Bu Maryam tertawa mendengarnya.
Arya ke luar dari persembunyiannya, tidak bisa menahan tawanya ketika mendengar penuturan Shaka yang masih menggemaskan.
Ehem
Shaka menoleh ketika mendengar deheman seorang lelaki. Ia langsung bersembunyi di balik tubuh bu Maryam.
"Om Arya pergi aja sana! Aku engga mau diantar sama om lagi," Shaka melipat kedua tangannya.
Arya tercenung. Sepertinya Shaka mengalami kekecewaan yang mendalam atas tindakannya saat di Surabaya.
"Beneran nih, om disuruh pergi? Jakarta itu luas lho. Kalau Shaka ke rumah papa sendirian bisa-bisa jadi incaran para preman untuk mempekerjakan Shaka jadi pengemis. Shaka mau begitu?"
Shaka terdiam, berusaha mencerna ucapan Arya.
"Ya sudah kalau engga mau. Tante, Arya pergi dulu ya! Biarin aja Shaka mau mencari rumah papanya sendirian saja. Shaka lebih senang bertemu preman kayak waktu di Surabaya dari pada diantar Arya,"
Arya membuka pintu depan mobil, untuk memancing Shaka agar mau diantar olehnya.
"Iya deh iya. Tapi beneran ya antar langsung ke rumah papa!"
"Iya Sayangku cintaku. Om Arya janji bakalan antar Shaka sampai depan rumah kayak kurir lazeda."
"Iiissh emang Shaka paket COD. Bentar tungguin, Shaka mau ambil tas dulu sekalian mau mandi."
"Hah belum mandi?"
Shaka tertawa sambil berlalu dari hadapan Arya yang menggeleng-gelengkan kepalanya karena gemas dengan bocil satu itu.
×××
×××
Dalam perjalanan menuju kediaman keluarga Dikara, bibir Shaka selalu berkicau tanpa henti. Banyak hal yang diutarakan bocah cilik itu. Ada yang lucu sampai cerita sedih, hal ini membuat mereka merasa prihatin.
Arya menghentikan mobilnya di pusat perbelanjaan oleh-oleh nusantara. Ia teringat dengan ucapan bi Irah, kalau Shaka ingin sekali membawa oleh-oleh ke rumah papanya.
"Kok turun di sini om?"
"Om mau beli oleh-oleh dulu. Shaka sama mama Maryam tunggu di sini ya! Engga boleh ke mana-mana nanti ilang lagi!'
"Siap om Arya!" kata Shaka dengan wajah memberi hormat.
"Nah gitu. Ini baru anak yang manis!" Arya tersenyum.
Tidak membutuhkan waktu lama Arya membeli apa yang ia butuhkan. Dia membawa 2 kantong plastik berisi makanan khas Surabaya, seperti Almond crispy, keripik buah kane, kue mente dan kue lapis Surabaya.
Kurang lebih tiga puluh menit perjalanan, akhirnya mereka pun sampai di tempat tujuan.
"Alhamdulillah akhirnya sampai juga. Semoga papa ada di rumah," ucap Shaka sangat mengharapkan kedatangannya disambut papanya secara langsung.
Shaka keluar dari mobil Arya dengan wajah berseri. Ingin rasanya Shaka memeluk papa secepatnya.
"Assalamualaikum....Assalamualaikum...Papa ini Shaka, buka pintunya dong!" teriak Shaka dengan rona kebahagiaan.
Di samping kanan dan kirinya ada Arya dan bu Maryam yang sellau tersenyum mendampingi Shaka.
Mereka sangat senang akhirnya bisa mengantarkan Shaka ke rumah papanya.
Seorang lelaki berbadan tegap membuka pintu depan dengan wajah heran. Seraya memicingkan matanya berusaha untuk mengingat wajah yang sedang ada di hadapannya.
Seketika wajah Shaka yang berbinar itu berubah menjadi murung, karena yang menyambutnya ternyata...
eh tpi sy jga jualan mie ayam grobakan dahh/Grin//Facepalm//Joyful//Curse//Curse//Curse/