NovelToon NovelToon
Keikhlasan Cinta

Keikhlasan Cinta

Status: sedang berlangsung
Genre:Hamil di luar nikah / Anak Yatim Piatu / Teen Angst / Angst
Popularitas:45.3k
Nilai: 5
Nama Author: mama reni

Rasa trauma karena mahkotanya direnggut paksa oleh sahabat sendiri membuat Khanza nekat bunuh diri. Namun, percobaannya digagalkan oleh seorang pria bernama Dipta. Pria itu jugalah yang memperkenalkannya kepada Vania, seorang dokter kandungan.

Khanza dan Vania jadi berteman baik. Vania menjadi tempat curhat bagi Khanza yang membuatnya sembuh dari rasa trauma.

Siapa sangka, pertemanan baik mereka tidak bertahan lama disebabkan oleh perasaan yang terbelenggu dalam memilih untuk pergi atau bertahan karena keduanya memiliki perasaan yang sama kepada Dipta. Akhirnya, Vania yang memilih mundur dari medan percintaan karena merasa tidak dicintai. Namun, Khanza merasa bersalah dan tidak sanggup menyakiti hati Vania yang telah baik padanya.

Khanza pun memilih pergi. Dalam pelariannya dia bertemu Ryan, lelaki durjana yang merenggut kesuciannya. Ryan ingin bertanggung jawab atas perbuatannya dahulu. Antara cinta dan tanggung jawab, siapakah yang akan Khanza pilih?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mama reni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab Tiga

Khanza memungut bajunya. Dia lalu memakainya. Ryan juga ikut melakukan itu. Dia mendekati gadis itu.

"Aku antar kamu pulang," ucap Ryan.

Dengan mata tajam Khanza menatap wajah pria itu. Tangannya terangkat dan langsung menampar wajah Ryan. Pria itu merasakan panas di pipinya.

"Aku tak sudi di antar oleh pria ba'jing'an seperti kamu!" seru Khanza.

Dengan langkah pelan dia berjalan keluar. Ryan menatap punggungnya dengan sedikit rasa bersalah. Baru kali ini dia merasa tak enak hati setelah tidur dengan wanita. Padahal dia sudah sering melakukan itu dengan kekasih-kekasihnya dahulu.

Sampai di ruang tamu, Khanza meraih tas miliknya yang berisi ijazah. Saat dia akan berjalan kembali, terdengar suara pintu dibuka. Tampak Fanny keluar hanya dengan menggunakan handuk.

Khanza menatapnya dengan mata menyala. Dia sudah bisa memahami apa yang terjadi, karena setelah minum dia merasakan kantuk.

"Mau kemana, Khanza?" tanya Fanny. Dia lalu berjalan mendekati tanpa tahu jika saat ini temannya itu sedang menahan emosi dan amarahnya.

"Dasar ba'jing'an ...! Kau sama saja dengan pria itu. Apakah sebagai sesama perempuan kau tak memiliki empati. Seharusnya kau melindungi jika ada pria yang akan menodai temanmu, bukannya justru mendukung! Semoga kelak kau tak akan menyesal karena telah melakukan ini padaku!"

Fanny bukannya merasa bersalah. Dia justru tersenyum. "Jangan munafik! Kau pasti senang dapat tidur dengan pria kaya dan tampan seperti Ryan. Banyak wanita di luar sana yang justru menawarkan diri untuk di tiduri. Lagi pula kalian melakukan atas dasar suka sama suka," ucap Fanny dengan santainya.

"Kau pikir aku sama sepertimu! Bisa dengan gampang menyerahkan diri pada pria. Aku tak semurah kau! Jika kau yang begitu, jangan samakan denganku!"

"Jaga ucapanmu! Siapa yang murahan? Seharusnya kau bersyukur karena Ryan mau meniduri wanita miskin sepertimu!"

"Walau aku miskin, aku tak sudi menyerahkan diriku untuk ditiduri. Semoga saja kau tak akan pernah menyesal karena telah menjebak'ku. Semoga tak dihantui rasa bersalah!

Khanza lalu berjalan keluar ruangan dengan pelan setelah mengucapkan itu. Rasa sakit masih dia rasakan. Fanny memandangi tampa ada keinginan untuk meminta maaf.

Saat Khanza telah menghilang dari balik pintu, Ryan keluar dari kamar. Begitu juga Toni.

"Apa kita tak keterlaluan? Dia masih perawan loh!" ucap Ryan.

Fanny dan Toni saling pandang. Sepertinya mereka terkejut saat mendengar pengakuan dari pria itu.

"Kamu serius, Yan?" tanya Fanny dan Toni serempak.

Mereka lalu duduk bertiga di ruang tamu. Ketiganya masih terdiam.

"Masih ada ya zaman sekarang cewek yang mempertahankan keperawanannya. Aku pikir selama ini dia hanya malu dan sok jual mahal karena banyak yang mengejar, sehingga aku dan Fanny membuat rencana ini," ucap Toni.

"Aku merasa sedikit bersalah. Apa lagi dia tak ada keluarga," ujar Ryan.

Fanny terdiam. Dia menarik napas berat. Dia tak bermaksud membuat gadis itu kehilangan keperawanannya dengan cara begini. Dia hanya sedikit kesal melihat sahabatnya Ryan selalu di tolak. Setiap pria itu mengajak jalan Khanza tak pernah merespon.

"Bagaimana kalau dia menuntut atau dia hamil? Aku melakukan tanpa pengaman karena memang tak ada rencana mau tidur dengan wanita manapun," ucap Ryan.

Selama ini setiap melakukan hubungan dia selalu menggunakan pengaman. Selain takut wanita yang ditiduri hamil, juga untuk menjaga dirinya dari penyakit.

"Kau tinggal beri uang. Dia kan miskin. Pasti lebih butuh uang dari pada tanggung jawabmu. Beri uang seratus juta aja dah tutup mulutnya," ucap Toni.

Ryan tampak terdiam. Dia ingat kata-kata makian dari Khanza uang mengatakan jika dirinya akan mendapatkan karma. Entah mengapa dia merasa sedikit takut, padahal selama ini dia tak pernah takut akan ancaman dari siapa pun.

Toni yang melihat temannya gugup, lalu menyentuh tangannya. Dia tersenyum.

"Kamu takut? Kenapa mesti takut, kamu memiliki segalanya. Lagi pula apa yang akan dia tuntut. Tak ada bukti juga jika kamu telah menodai dirinya," ucap Toni.

"Apa yang Toni katakan itu benar. Lebih baik kita siap-siap ke klub. Kau hubungi aja Dira buat temani kau. Masih mau ngamar lagi'kan?" tanya Fanny sambil tertawa.

Di tempat lain, Khanza tak bisa menyembunyikan rasa sedih dan marahnya. Dia berjalan terus sambil menangis. Tak peduli orang-orang menatapnya dengan raut wajah keheranan.

Tuhan ... Aku lelah. Ingin rasanya aku lari sejauh mungkin, teriak di sebuah tempat yang mungkin tidak ada satupun dari mereka yang tau. Menangis di bawah derasnya hujan, melepaskan semua beban didiri ini. Begitu sempurna cara engkau mendewasakan aku, tapi kenapa harus aku Tuhan? Sampai kapan aku harus belajar tegar di balik rasa sedih ini? Begitu berat skenario yang Engkau buat. Tuhan, bangunkan aku dari mimpi buruk ini.

Khanza terus berjalan dengan menahan rasa sakit yang dia rasakan. Tiba-tiba hujan turun dengan derasnya seolah turut merasakan kesedihan yang dia rasakan.

Hujan begitu derasnya turun dari langit kelabu, membasahi bumi dengan derasnya. Khanza tak peduli jika itu membasahi tubuhnya. Dia terus saja berjalan.

Seperti langit yang gelap serta mendung, begitulah hati Khanza saat ini. Dia teringat pada kenangan indah tadi saat dia wisuda. Semua seakan bertolak belakang dengan perasaannya sekarang.

Khanza mengernyitkan dahi, mencoba menahan air mata yang ingin pecah. Dia merasakan titik-titik hujan yang jatuh seakan-akan menyentuh hati yang patah. Setiap tetes hujan yang turun membasahi tubuhnya, mengingatkannya pada kesedihan yang menghantui pikirannya.

Khanza terlihat rapuh dan lemah, dia ingin meluapkan segala emosinya, namun tidak ada yang bisa dia ceritakan. Sebatang pena tidak sanggup mengungkapkan perasaan yang terpendam di dalam dirinya saat ini.

Hujan semakin deras, mengalir membasahi tubuhnya. Khanza merasakan air hujan mencium pipinya, tetes demi tetes, seolah membacakan cerita kesedihannya.

Ketika kilatan petir melintas di langit, Khanza teringat pada kejadian tadi yang telah menimpanya. Dia merasakan kekosongan mendalam, seakan-akan kebahagiaan telah meredup menjadi nyala kecil yang hampir padam. Hujan semakin menekan hatinya, seperti mencoba memadamkan cahaya itu.

Hingga akhirnya Khanza berhenti saat berada di atas jembatan. Dia tak tahu sedang berada dimana. Kakinya melangkah tanpa tujuan. Dia melihat ke aliran sungai yang tampak deras karena hujan.

Terlintas di kepalanya untuk mengakhiri saja hidupnya. Khanza menarik napas dalam.

"Maafkan aku, Tuhan. Aku tau ini salah, tapi aku tak memiliki pilihan lain. Aku sudah tak suci lagi. Aku malu. Lebih baik aku akhiri saja hidup ini," ucap Khanza.

Khanza lalu mendekati pagar pembatas jembatan tersebut. Dia memejamkan matanya. Dia sudah yakin dengan pilihannya.

Khanza mengangkat kakinya, menaiki pagar pembatas. Saat dia ingin menjatuhkan tubuhnya, tiba-tiba dia merasa tubuhnya melayang. Dalam hatinya Khanza berpikir, apakah dia telah mati.

1
Valen Angelina
bucin emg buta si.. ahhaba
Yuliana Tunru
gitu yuh klo sdh buta krn cinta semua jd musuh lupa gmn vania menampubg khanza dan bantu hingga melahirkan apa semua cm pura2 baik terlalu egois kamu dipta tp nikmati z saat semua orang terdekatmu oergi dr hidup mu
dyah EkaPratiwi
kog pengen nampol Dipta ya
ken darsihk
Alhamdulillah Khanza dan Mika dalam keadaan sehat dan selamat
Semoga kalean selalu dalam lindungan Alloh SWT dan selalu di jaga oleh mama Reni 🤗🤗😍😍
Ickhaa PartTwo
Lanjutt
🌷💚SITI.R💚🌷
Alhamdulillah..khanza kembali ktmu sm orangbyg baik..mungkin khanza dulunya. memang orang baik jd sekarang memetik buah dr kebaikan dia dulu....smg vania jg visa di pertemuan sm orang baru danbaik sm vania tdk menyakiti dia..lanjuut mam
Ida Nur Hidayati
Alhamdulillah Kganza bertemu dengan orang baik
Sugiharti Rusli
kalo memang bu Siti pengurus yaysan panti anak terlantar, Khanza berarti di orang yang tepat dan mana tahu mereka bisa saling bersinergi mengurus panti tersebut
Sugiharti Rusli
apalagi dia bawa bayi malam" dan pasti sangat rawan kejahatan juga sih
Sugiharti Rusli
baguslah si Khanza menemukan orang baik pas dia butuh penginapan di luar kota yah itu,,,
Sugiharti Rusli
kalo saja kamu tahu Dipta yang menyebab kan Khanza keluar dari rumah Vania yah karena kedatangan mama kamu, yang dilalah tidak dilihat sama si bibinya
Sugiharti Rusli
entah ke mana kira" tujuan Khanza sekarang yah, apalagi dia pergi menjelang malam kan dari rumah Vania
Sugiharti Rusli
memang ga mungkin sih si Khanza ke tempat yang pasti dengan mudah diketemukan oleh Vania maupun Dipta
Teh Euis Tea
alhamdulilah khanza dpt pertolongan lg dari orang baik, semoga bu siti tulus nolongnya
Apriyanti
semoga ibu Siti tulus dan baik menolong Kanza,, lanjut thor 🙏
Felycia R. Fernandez
Sekali lagi Khanza mendapatkan pertolongan dari orang asing...
tapi kali ini dia berada di tempat yang tepat.
tanpa ada konflik dalam hubungan orang...
semoga kamu betah ya Khanza...
hadapi rintangan dengan senyuman...
Enny Suhartini
lanjut
dyah EkaPratiwi
dipta kog jahat ya sama vania
Ninik
ptp masak rumah dokter g ada cctv dan g ada satpam apalagi dirumah itu ada buka praktek jg aneh
Tasmiyati Yati
lanjut ma
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!