Meninggal dalam kekecewaan, keputusasaan dan penyesalan yang mendalam, ternyata membawa Cassie Night menjalani takdir kehidupannya yang kedua.
Tidak hanya pergi bersama kedua anaknya untuk meninggalkan suami yang tidak setia, Cassie juga bertekad membuat sahabatnya tidak bersinar lagi.
Dalam pelariannya, Cassie bertemu dengan seorang pria yang dikelilingi roh jahat dan aura dingin di sekujur tubuhnya.
Namun, yang tak terduga adalah pria itu sangat terobesesi padanya hingga dia dan kedua anaknya begitu dimanjakan ....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Itsme AnH, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Aku Terpesona
Pagi itu, udara segar memenuhi halaman depan rumah Cassie. Dengan sinar matahari yang lembut, dia menyajikan sarapan sederhana untuk kedua putranya, Austin dan Charlie, keduanya asyik mengobrol sambil menikmati pancake hangat dan buah segar.
Pemandangan di sekitar mereka menambah keceriaan suasana, pohon-pohon hijau bergetar tersapu angin dan burung-burung berkicau merdu.
Namun, perhatian Cassie tiba-tiba teralihkan dengan suara gaduh dari arah jalan. Ketika menoleh, dia melihat segerombolan pekerja sedang mengangkut perabotan rumah tangga ke dalam rumah kosong yang ada di ujung jalan. Rasa ingin tahunya menggoda, sehingga tanpa berpikir panjang, dia menghampiri salah satu pekerja dari pagar rumahnya.
“Selamat pagi, Tuan. Apa akan ada yang pindah ke rumah itu?” tanyanya, mencoba terdengar ramah.
Pekerja itu melanjutkan pekerjaannya dengan santai, “Ya, rumah itu sudah lama dibeli, tapi baru akan ditempati beberapa hari lagi.”
“Oh, bisakah Anda memberi tahu saya siapa yang akan tinggal di sana?” Cassie tidak bisa menahan rasa penasarannya.
“Saya tidak tahu identitasnya, tapi dia sepertinya dia pernah tinggal di Star City,” jawab pekerja itu sebelum melanjutkan langkahnya.
Kalimat itu membuat Cassie terdiam. “Pernah tinggal di Star City?” Suaranya samar, bahkan terdengar seperti bisikan.
Hati Cassie bergetar, perasaan gelisah mulai menggelayut.
Kemarin, dia baru saja menggelar pameran lukisan, dan wajahnya muncul di layar TV nasional. Sebuah kemungkinan muncul dalam pikirannya. 'Apakah Felix, melihatku dan memutuskan untuk pindah ke sini?'
Cassie merasakan jantungnya berdegup kencang. Setiap detak terasa seperti suara gendang perang dalam dadanya.
Dia tidak masalah bertemu Felix, tetapi bayang-bayang masa lalu membuatnya merasa bahwa pertemuannya saat ini terlalu cepat.
Dengan sedikit guncangan, dia mengambil ponselnya dan mengirim gambar rumah itu kepada Arthur, sahabatnya yang selalu bisa diandalkan dalam keadaan sulit seperti ini.
Dalam hitungan detik, teleponnya berdering oleh panggilan Arthur.
“Apa kabar, Cassie?” Suara Arthur penuh energi menembus lubang speaker handphone Cassie.
“Aku mungkin akan pindah,” jawab Cassie, sedikit ragu.
"Maksudmu?" tanya Arthur, nada suaranya terdengar penasaran, mendesak Cassie untuk berbagi lebih banyak.
“Rumah di ujung jalan itu … Pekerjanya bilang ada seseorang yang pernah tinggal di Star City akan pindah ke sana. Dan aku … aku khawatir itu Felix.”
Mendengar itu, Arthur tahu apa yang dikhawatirkan Cassie.
Mendengar itu, Arthur langsung memahami kekhawatiran Cassie. "Sisie, jangan panik." Dia mencoba menenangkan. "Tunggu dan lihat, apakah benar-benar bajingan itu yang akan pindah."
'Bajingan itu,' kata Cassie dalam hati, membayangkan senyuman penuh pesona dan tatapan matanya yang seperti api. Kenangan indah sekaligus menyakitkan bercampur aduk di dalam dirinya.
Betapa cepatnya waktu berlalu, seolah-olah semua kenangan mereka terbang ke dalam kotak di sudut gelap hidupnya.
Cassie menghela nafas dan membatin, 'Benar juga, jika itu adalah Felix, dia pasti akan langsung mendatangiku, daripada membeli rumah dan menjadi tetangga seperti sekarang.'
"Baiklah," katanya pasrah, berusaha untuk menenangkan kegelisahannya sendiri. "Mungkin hanya kebetulan orang dari Star City pindah ke sini juga."
***
Saat ini, Aleena dan Tuan Clark berdiri di depan rumah mereka menanti kedatangan Arthur Douglass yang membuat hari mereka menjadi lebih istimewa.
"Ayah, apa aku sudah cantik?" Aleena bertanya dengan antusias pada Tuan Clark. Dia sudah mempersiapkan penampilannya dengan penuh perhatian, menghabiskan waktu berjam-jam di depan cermin hanya untuk memastikan setiap detail dari dirinya sempurna.
Aleena memilih gaun sederhana berwarna putih, yang menonjolkan kecantikannya tanpa berlebihan. Dia ingin terlihat seperti wanita polos, bukan hanya untuk menarik hati Arthur, tetapi juga untuk menunjukkan bahwa dirinya adalah sosok yang tulus.
Namun, rasa gugup terus menggelayut dalam pikirannya. "Bagaimana jika dia tidak menyukaiku? Bagaimana jika dia lebih memilih yang lain?" pikirnya tak henti.
Tuan Clark, yang melihat putrinya berjuang dengan kecemasannya, menatap Aleena dari ujung kepala hingga ujung kaki. Dalam pandangannya, tidak ada yang salah dengan penampilan sang putri.
Dia mengangguk puas dan tersenyum lembut. "Putriku, kamu sangat cantik. Tuan Arthur pasti menyukaimu."
Pujian dari ayahnya membuat netra Aleena berbinar. Ia merasa sedikit lega, tetapi keraguan masih menyelimuti hati kecilnya. "Ayah, benarkah?" tanyanya lagi, seolah menginginkan jaminan lebih.
"Tentu saja, tidak ada pria di dunia ini yang bisa menolak pesona putriku!" Tuan Clark berkata dengan keyakinan.
Dia teringat akan Felix, pria yang rela mengorbankan segalanya demi Aleena, sampai-sampai mengkhianati istrinya sendiri.
Apalagi Arthur, yang kabarnya belum pernah dekat dengan wanita manapun.
Rasa percaya diri sang ayah membuat Aleena merasa sedikit lebih baik, tetapi bayangan Arthur yang misterius menjadi perisai ketidakpastian.
Saat jam berdentang, detak jantungnya semakin cepat. 'Apa yang harus kukatakan? Bagaimana jika aku terlihat bodoh?' serunya dalam hati.
Ketika bunyi kendaraan terdengar, Aleena memegang tangan ayahnya, menggenggam erat seolah mencari kekuatan.
Tuan Clark menyeringai, merasakan kepanikan putrinya yang membara. "Tenanglah, pasti tidak akan ada masalah."
Pintu mobil terbuka, dan seorang pria tampan dengan senyuman memikat keluar. Arthur Douglass, sosok yang selama ini hanya ada dalam khayalan Aleena. Dia terlihat tenang dan percaya diri, seakan dunia di sekelilingnya menghilang saat matanya bertemu dengan Aleena.
"Selamat siang, Nona Aleena," sapanya lembut dan berwibawa. Suara itu cukup khas, mampu menyebarkan getaran di seluruh penjuru hati Aleena
Aleena merasakan dunia bergetar di sekelilingnya, dia membalas sapaan itu dengan senyuman lembut. "Tuan, Anda sudah datang."
Di belakang Arthur, Aleena melihat ada dua buah mobil hitam mewah yang mengikuti dan empat pria keluar dari sana. Dengan setelan hitam dan wajah yang tampak tegas, mereka seolah iring-iringan pembawa mahar pernikahan.
Aleena merasa gugup, seperti seorang ratu yang tidak siap menghadapi panggungnya.
Tuan Clark yang sejak tadi berusaha menyembunyikan kebahagiaannya, kini berulang kali melirik Arthur dengan rasa harap.
"Tuan, silakan masuk," seru Tuan Clark, memberikan laluan kepada Arthur.
Meskipun suasananya seakan damai, ada ketegangan yang menyelimuti udara sekeliling.
Arthur tidak langsung masuk, dia melambaikan tangannya dan beberapa pria bersetelan hitam itu mendekat dengan gesit.
Masing-masing membawa nampan berkain merah yang berkilauan, seolah menyimpan rahasia besar di dalamnya.
Setelah Tuan Clark membawa semua tamunya masuk, pria-pria itu meletakkan nampan berisi kunci mobil, sertifikat rumah, perhiasan langka, dan surat saham ke atas meja.
Kemudian, keempat pria pembawa hadiah itu keluar dan asisten Arthur mengambil alih pembicaraan dengan sopan. "Ini adalah hadiah pertemuan sekaligus ucapan terimakasih dari Tuan Douglass untuk Nona Aleena."
"Tuan, Anda tidak perlu sungkan. Saya tulus membantumu," ucap Aleena yang mempertahankan sikap lemah lembutnya seolah-olah dialah wanita paling berbudi luhur di dunia ini.
"Karena ketulusanmu itulah, aku terpesona," balas Arthur, tatapannya dalam dan berarti. Kata-kata itu menggantung di udara, mengubah suasana menjadi lebih intim.
Aleena merasa ada sesuatu yang lebih dalam di antara mereka, dilakukan tanpa kata-kata. Hatinya bergetar, bagaikan merideth dalam simfoni yang tak terduga.
"Oh, iya, besok malam adalah acara ulang tahun kakekku. Aku tidak tahu, apakah bisa mengundang Nona Aleena sebagai teman wanitaku." Permintaan Arthur membakar harapan yang terpendam dalam hati Aleena, membawa angan-angan yang selama ini dia simpan untuk dirinya sendiri.
Aleena menahan diri untuk tidak berlonjak kegirangan atas ajakan Arthur, dia tetap bersikap kalem. "Baik, aku akan pergi."
“Kalau begitu, aku akan mengirimkan orang untuk mengantarkan gaun dan perhiasan.” Arthur tersenyum, matanya berkilau penuh rasa suka. “Nona Aleena, sampai jumpa besok malam.”
mulai membuka hati sma Athur...
tunggu aj pd waktux Cess keluar bersama ..
kesuksesanx dan kemakmuran disertai kebahagian x ...