Setelah kepergian Papaku, aku diasingkan oleh Mama tiriku dan Kakak tiriku.
Aku dibuang kesebuah pulau yang tak berpenghuni, disana aku harus bertahan hidup seorang diri, aku selalu berharap, akankah ada seseorang yang membawaku kembali ke kota ku ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon pelangi senja11, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26. Niat Buruk Brian
"Itu karena mas menduga-duga aja, soalnya mas melihat, sebentar kami senang, dan sebentar kami sedih." Devan menjelaskan pada Cindy.
"O," Cindy hanya ber o, saja dan menganggukkan kepala tanda mengerti.
"Tapi beneran, aku bisa tinggal dirumah mas 'kan ?" tanya Cindy masih ragu.
"Beneran, sayang, kan tidak lama lagi kita akan menikah." Devan sebenarnya hanya bercanda mengatakan akan menikah secepat itu, tapi dia tidak percaya kalau candaannya ditanggapi serius oleh Cindy.
"Iya mas, aku tidak apa-apa walaupun tanpa mahar, yang penting bagiku kita sah dimata agama." Tanggap Cindy serius.
"Tapi aku tidak punya pekerjaan, apa kamu tidak takut kalau nanti kamu hidup menderita dengan ku ?" tanya Devan ingin mendengar apa jawaban Cindy, karena tadi dia mengatakan tidak ada mahar Tidka apa-apa.
"Buat apa takut, aku juga tidak punya apa-apa, aku yatim piatu, bagiku, setiap kita berusaha pasti ada jalan, yang penting kita saling cinta dan saling mengerti, uang itu bisa dicari, dan kita akan sama-sama berjuang." Jawab Cindy bijak.
Devan tersenyum, dia tidak menyangka kalau tanggapan Cindy begitu bijak, Devan sebenarnya ingin jujur pada Cindy stelah sampai di darat, kalau dirinya adalah Presdir diperusahaan ternama milik orang tuanya. Tapi karena Cindy mengatakan kalau dia tidak masalah hidup susah bersamanya, maka Devan akan menguji Cindy, apakah benar yang dikatakan Cindy rela hidup menderita asalkan saling cinta.
Sementara di apartemen, Olivia membuka matanya, dia melihat disisinya ternyata ada Brian yaitu Papa tirinya.
Olivia membuka selimutnya, dia begitu terkejut saat melihat tubuhnya tidak memakai sehelai benang pun.
Olivia menjerit, dan langsung bangun, namun tubuhnya terduduk lagi karena merasakan sakit di antara kedua pahanya.
Brian yang sedang nyenyak segera terbangun karena jeritan Olivia yang menggema di kamar apartemen.
"Kamu kenapa teriak-teriak ?" tanya Brian setelah terduduk karena terkejut.
"PLAAAK," Olivia menampar Brian, wajahnya memerah. "Apa yang Om lakukan, kenapa Om tidur disini ?" tanya Olivia emosi.
Olivia kembali ingin mencakar wajah Brian, namun Brian berhasil memegang tangan Olivia.
"Hei, seharusnya aku yang bertanya, coba kamu ingat siapa tadi malam yang memaksa ku melakukan itu !" Ujar Brian sembari menahan tangan Olivia yang ingin mencakar wajahnya.
Olivia terdiam, dia mencoba mengingat kejadian semalam, pipinya merona saat mengingat siapa yang memaksa Brian, dan begitu agresifnya dia pada Brian.
Namun Olivia tidak mau mengaku kalau dia yang memaksa Brian, karena Olivia tidak mau terima kalau dia menghabiskan malam dengan Brian yang jauh lebih tua darinya, apa lagi Brian adalah Papa tirinya.
Melihat Olivia terdiam, Brian tersenyum karena mengira dia sudah berhasil menjebak Olivia gadis yang sudah sejak lama ingin dia nikmati.
"Tidak, aku tidak mungkin seperti itu, ini semua Om yang memaksa, kenapa Om melakukan ini padaku." Olivia menangis dia memukul-mukul dirinya yang tidak terima kalau dirinya sudah tidak perawan lagi, terlebih lagi dengan Brian jauh lebih tua darinya.
Brian segera memeluk Olivia, mencegah agar Olivia Tidka menyakiti diri sendiri.
"Tenangkan dirimu, apa yang kamu lakukan, jangan sakiti dirimu sendiri, aku tidak mau kamu terluka, aku akan bertanggung jawab," Ujar Brian sembari memeluk Olivia.
Olivia terdiam, mendengar Brian mengatakan tidak mau dirinya terluka, hati Olivia tersentuh mendengar kata-kata itu, baru kali ini dalam hidupnya ada yang mengatakan seperti itu.
"Kamu jangan menyakiti dirimu sendiri, aku tidak mau kamu sakit, dan terluka, aku akan bertanggung jawab, walaupun kamu yang memaksa aku melakukan itu." Ujar Brian lembut merayu Olivia agar Olivia tidak mengamuk lagi.
Olivia menangis, dia terharu mendapatkan perhatian dari seorang lelaki, walaupun lelaki itu lebih tua darinya.
Brian membingkai wajah Olivia, dia mengusap lembut air mata Olivia dengan ibu jarinya.
"Sudah jangan menangis lagi, semua sudah terjadi, aku tidak bisa melihat kamu menangis, kamu tau, aku terluka jika kamu menangis, aku sedih jika kamu terluka, kamu itu berlian, kamu begitu berkilau di mataku." Brian mendekap tubuh Olivia, dan mengusap lembut pucuk kepala Olivia.
perlakukan dan kata-kata Brian mampu membuat hati Olivia tersentuh, sebenarnya Olivia ingin menolak, tapi hatinya sangat berbanding terbalik. Dia luluh dengan perlakuan Brian yang lembut padanya.
"Jangan menangis lagi, sekarang kamu mandi ya, aku akan menggendong mu, maaf jika sudah membuat kamu sakit." Brian berkata begitu lembut.
Olivia ingin menolak Brian menggendongnya kekamar mandi, tapi hatinya menginginkan.
"Apa mau aku mandikan ?" tanya Brian. Olivia menggeleng, pipinya bersemu, dia sangat malu.
"Ya udah, kalau begitu aku keluar, kalau ada apa-apa panggil aku ya !" Ujar Brian kemudian kelaut dari kamar mandi.
Olivia duduk termenung didalam kamar mandi, pikirannya menerawang.
Dia membayangkan dan mengingat perlakuan Brian dan kata-kata Brian tadi.
"Kalau dilihat-lihat, Om Brian tampan juga, dia juga tidak terlalu tua, dia ternyata sangat baik, dia sangat perhatian." Seketika Olivia terbuai dengan perlakuan dan kata-kata manis Brian, Olivia melupakan apa yang telah Brian renggut darinya.
"Tidak, apa yang aku pikirkan, Dia sudah mengambil kesucianku, aku Tidka boleh luluh padanya, tapi ini sudah terjadi, untuk apa aku membencinya, apa aku manfaatkan aja dia, lagi pula tidak ada guna aku membencinya, nasi sudah jadi bubur, walaupun aku membencinya itu hanya membuat dia lari, lalu bagai mana kalau aku hamil ?" Olivia termenung lagi.
"Om Brian tidak buruk juga, dia tampan walaupun umurnya lebih tua dariku, aku sakit hati pada Mama, aku akan membalas sakit hatiku padanya, Mama pasti sangat sakit hati kalau tau aku merebut suaminya." Pikir Olivia memutuskan untuk bersama Brian.
"Oliv, Oliv, kamu mendengar ku ?" Brian mengetuk pintu kamar mandi karena melihat Olivia Tidka keluar dari kamar mandi hampir 30 menit.
"Iya, bentar lagi," jawab Olivia tersentak dari lamunannya. Olivia segera mandi karena sudah lama bersama didalam kamar mandi.
"Akhirnya kamu jatuh kedalam pelukanku, aku harus baik padanya, agar dia tidak pergi dariku, Olivia kamu sangat nikmat." Brian tersenyum senang karena Olivia sudah di genggamannya.
"Sera, kamu sebentar lagi akan menangis, semua harta itu akan jatuh ke tangan ku." Brian akan memanfaatkan Olivia untuk merebut harta yang disebut oleh Sera dari Cindy.
"Aku harus gercep, aku harus membuat Olivia hamil, dan senang itu, aku akan sangat mudah mendapatkan harta itu." Gumam Brian senang.
Bel apartemen berbunyi, Brian segera membuka pintu, ternyata pengantar makanan.
Brian mengambil makanan itu dan menyiapkan diatas meja makan, seperti niatnya tadi dia akan meratukan Olivia agar Olivia betah dengannya, dan setelah Brian berhasil mengambil harta dari Sera, dia berniat akan mencampakkan Olivia begitu saja.
Bersambung.
jgn kelamaan up nya 😀✌️