Seorang mafia yang kejam dan dingin menemukan dua bayi kembar yang cantik di dalam dus yang di letakkan di tempat sampah. Mafia itu merasa iba dan merawat mereka. Kadang dia kesal, lelah dan ingin rasanya melempar mereka ke belahan dunia lain. Itu karena mereka tumbuh menjadi anak yang jail, aktif dan cerewet, selalu menganggu kesenangan dan pekerjaannya. Namun, dia sudah sangat sayang pada mereka. Mereka juga meminta mami sampai nekat kabur karena tidak diberikan mami. Dalam perjalanan kaburnya, ada seorang wanita menolong mereka.
Wanita yang cantik dan cocok untuk menjadi mami mereka. Bagaimana usaha mereka untuk menjadikan wanita itu mami?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dakilerr12, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab.35
Alkana sedang berada di ruangannya di markas. Dia sedang bersama Anton, juga anak buahnya yang lain. Mereka berdiskusi bagaimana mencari Mariam.
"Bos, kenapa Anda melepaskan pelayan itu?" tanya anak buah Alkana yang bernama Jerry.
"Karena dia sudah membantu membebaskan anakku. Jika saat itu anakku tidak dibawa pergi, mungkin dia akan berada di dalam mobil itu dan tidak selamat dalam kecelakaan." Alkana memberi alasan.
"Lagipula mungkin dia akan pergi ke tempat di mana Mariam berada, jika tidak sekarang mungkin suatu saat nanti. Aku minta seseorang awasi dia terus!"
"Siap, Bos. Saya sudah menyuruh seseorang untuk mengawasinya," ucap Anton.
"Jack, bisakah kau lacak keberadaannya?" tanya Alkana pada Jack di layar, mereka sedang melakukan video call.
"Jejaknya menghilang, butuh waktu untuk menemukannya, dia pintar menghindari CCTV. Aku curiga, sepertinya dia bukan wanita sembarangan."
"Apakah Jack sudah menemukan lawannya?" Sindir Alkana.
"Hey, aku masih Jack yang tak terkalahkan." Jack tidak terima.
"Oh, ya ... dan lawannya adalah seorang wanita," ucap Anton, dia terkekeh.
"Ok, Jack! Aku tunggu kabar keberadaan Mariam secepatnya."
"Ok, i'm out!" Jack memutuskan video callnya.
"Kalian carilah diam-diam jangan sampai ada yang tahu kalau anakku menghilang dan ada pada wanita itu. Aku khawatir bila musuh yang tahu mereka akan mencarinya dan melukai wanita itu lalu mengambil anakku."
"Baik, Bos!"
"Aku pulang dulu, Anita pasti menunggu kabar."
"Ayo Anton!"
"Siap Bos!" Alkana meminta bila di markas jangan ada yang memanggilnya Tuan tetapi, Bos.
Alkana pulang bersama Anton, langit sudah gelap bertabur bintang. Nampak indah tetapi tidak bagi Alkana, hatinya gelap tanpa bintang.
***
"Bagaimana cara kita menemukan wanita bernama Mariam itu?" tanya Anita. Kini mereka sedang berada di kamar, berbaring di atas tempat tidur.
Alkana sudah menceritakan semuanya pada Anita, bahwa sebelum dia datang Alarik sudah dibawa pergi oleh seseorang bernama Mariam. Dengan maksud ingin menolongnya, membebaskan Alarik dari Jasmin.
"Jack sedang terus berusaha mencari jejak dan melacaknya. Anak buahku juga mencari mereka. Kalau perlu aku akan menyewa detektif yang hebat dan bisa dipercaya."
"Kenapa kita tidak lapor polisi? Atau sebarkan foto wanita itu dan menjanjikan hadiah, bagi yang dapat menemukannya."
"Itu sama saja mengumpankan anak kita pada penjahat," ucap Alkana.
"Dengar sayang, anak kita sekarang tergantung pada Mariam, jika terjadi sesuatu pada Mariam karena dia menjadi incaran semua orang maka dia dan anak kita tidak akan hidup dengan tenang. Mariam bisa terluka dan anak kita tidak akan ada yang mengurusnya." Alkana menjelaskan pada Anita.
"Orang akan berebut Alarik agar mendapatkan uang. Untuk saat ini hanya Mariam yang bisa kita percaya untuk merawat Alarik. Sebab dia tulus merawat dan menolong Alarik tanpa berharap imbalan."
"Iya, benar sayang. Semua orang tahu siapa kamu. Banyak yang ingin menjatuhkan kamu. Musuh kamu akan mengincar anak kita, para penjilat akan berusaha menolong Alarik berharap imbalan yang besar."
"Nah, itu kamu tahu! Sebenarnya bukan faktor imbalan, bagiku harta berapa pun akan aku Keluarkan untuk anakku. Ini adalah masalah keselamatan anak kita."
"Iya, sekarang aku paham."
"Bahkan lebih aman jika mereka menganggap anak kita telah tiada, dari pada hilang."
"Jangan bilang kalau kamu berniat mengatakan kalau Alarik telah tiada pada publik!"
"I have to, jika rumor anak kita hilang telah tersebar, terpaksa aku akan mengatakan kalau dia telah tiada."
"Kamu gila! Anak kita masih hidup. Aku tidak terima jika dia diumumkan telah meninggal!" Anita murka pada Alkana. Bagaimana mungkin dia akan mengatakan hal seperti itu tentang anaknya? Alarik pasti sedih jika mendengarnya.
"Sst sayang. Dengar dulu, kita tahu bahwa Alarik masih hidup, kita akan mencarinya diam-diam. Anggapan bahwa dia telah tiada hanya untuk publik yang tidak tahu apa pun." Alkana menenangkan Anita dalam rekamannya. Dia membelai rambutnya dengan lembut.
"Aku takut Al, bagaimana jika dia benar-benar telah tiada?" Anita mengungkapkan ketakutannya.
"Dia baik-baik saja. Dia berada di tangan yang handal. Mariam bukan wanita sembarangan."
"Apa maksudmu?" tanya Anita.
"Dia bisa terhindar dari pantauan Jack. Selama ini belum pernah ada yang berhasil menghindari Jack!"
"Mungkin itu hanya kebetulan?"
"Tidak sayang, ini bukan kebetulan tapi dia memang hebat, sekarang kita tidur."
Alkana memeluk Anita, dia mencium kening Anita dan memejamkan matanya. Mata Anita ikut terpejam, dalam hati dia berdoa semoga buah hatinya juga dapat tidur dengan nyenyak.
Anita sudah tertidur lelap, Alkana kembali membuka matanya, dia tidak dapat tidur. Alkana secara perlahan beranjak bangun dari tempat tidur. Setelah itu dia pergi ke keluar kamar.
Ada sesuatu yang mengganjalnya, saat ini mereka masih berada di rumah orang tua Alkana. Dia pergi ke ruang keluarga dan melihat ruangan dalam keadaan gelap.
Alkana menyalakan lampu, nampak olehnya seseorang sedang duduk di sofa. "Mamah? Belum tidur?"
Adhisti menatap ke arah Alkana.
Pandangannya nampak sendu. Alkana menghampiri dan duduk di samping Adhisti.
"Mamah, kenapa?" Alkana memeluk mamanya.
"Maafkan Mamah, Al. Mamah merasa sangat bersalah. Alarik di mana dia sekarang dan bagaimana keadaannya? Apakah dia dapat tidur?"
"Mamah, di mana pun dia berada, aku yakin keadaannya baik-baik saja. Mamah tidak usah khawatir ." Alkana melepaskan pelukannya dan menceritakan semua yang terjadi pada Adhisti.
"Sekarang, Mamah bagaimana keadaanmu? Maaf aku tidak sempat melihatmu, karena langsung mencari Alarik."
"Mamah baik-baik saja, sayang. Tidak usah mengkhawatirkan Mamah. Alarik lebih penting."
"Tidak bisa begitu Mah, bagiku Mamah juga penting. Kalian semua keluargaku adalah penting."
"Kamu sangat baik, tapi kenapa banyak orang yang menjahatimu?" tanya Adhisti.
"Ini sudah takdir Mah."
"semoga saja Mariam dapat mengasuh Alarik dengan baik. Jika bertemu dengannya, aku ingin berterima kasih, karena telah menolong cucuku."
"Iya, mah. Sekarang Mamah tidur yuk."
Alkana mengajak Mamanya untuk bangun.
Dia mengantarkan Adhisti ke dalam kamarnya. "Mah, jangan pernah merasa bersalah lagi, tidak ada yang salah dalam hal ini, semua sudah takdir," ucap Alkana pada Adhisti sebelum Adhisti masuk ke kamarnya.
"Iya, terima kasih," ucap Adhisti.
Alkana lalu kembali memeluknya dan mencium kening Mamahnya. "Masuklah dan tidur."
"Kamu juga tidur Al," ucap Adhisti. Alkana mengangguk, Adhisti lalu masuk dan menutup pintu.
***
Satu minggu sudah berlalu. Alarik belum juga di temukan. Alkana, Anita dan Si kembar sudah berada di rumahnya.
"Sayang, mana twins?"
"Mereka sudah berangkat sekolah."
"Bagaimana mereka sekarang?"
"Mereka tidak seceria biasanya, mereka sekarang menjadi pendiam."
"Aku nanti akan bicara pada mereka. Nanti biar aku yang jemput mereka di sekolah."
"Iya,"
Alkana baru mulai sarapan, selama seminggu ini Alkana akan pulang malam. Sehingga bangunnya agak siang.
***
Di lain tempat, seorang bayi tampan sedang di mandikan oleh seorang wanita di dalam bak bayi.
Dia tertawa dan memukul-mukul air. "Oh, sayangku senang sekali main air, sudah ya jangan lama-lama nanti kamu kedinginan."
Bayi itu diangkat dan digendongnya lalu di bungkus handuk. Dia membawa bayi itu ke atas tempat tidur dan dibaringkannya. Wanita itu kembali menggosok-gosok badan bayi itu dengan handuk.
Begitu badannya di miringkan ke kiri, nampak olehnya tanda lahir pada belakang pundak kanannya berbentuk hati warna merah. "Kamu sangat lucu dan menggemaskan, Yusuf Aiden." Dia memakaikan minyak telon dan bedak bayi, lalu memakaikan baju dan celana.
Wanita itu kemudian menggendongnya lalu keluar untuk menjemur bayi itu. "Habis ini kita makan ya, sayang." Wanita itu tersenyum dia senang sekali melihat Yusuf yang ceria dan tumbuh dengan sehat.
Setelah memberi Yusuf makan, dia pun bersiap-siap dan mereka pergi keluar. Rutinitas setiap hari yang selalu mereka lakukan selama satu minggu ini. Wanita itu berjalan kaki, suasana pagi di tempat ini begitu menyegarkan.
Aroma pohon dan suara burung membuat hidupmu terasa begitu bebas. Yusuf tersenyum sambil bertepuk tangan dia melihat seekor tupai sedang berjalan di antara ranting-ranting di atas pohon. Wanita itu terus berjalan. Sesekali dia tersenyum ketika berpapasan dengan orang lain.
.
.
.
.
. jgan sampai dimitri kabur dehk
tor apa anton terLibat dalam kasus in soal . gak pernah terdengan . mang antos