NovelToon NovelToon
The Secret Of Possessive Man

The Secret Of Possessive Man

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Diam-Diam Cinta
Popularitas:3.3k
Nilai: 5
Nama Author: Citveyy

Devan Arenra Michael adalah Laki-laki berumur 21 tahun yang menyukai sahabatnya sejak tiga tahun yang lalu. Takut ditolak yang berujung hubungan persahabatan mereka hancur, ia memilih memendamnya.

Vanya Allessia Lewis, perempuan dengan sejuta pesona, yang sedang berusaha mencari seorang pacar. Setiap ada yang dekat dengannya tidak sampai satu minggu cowok itu akan menghilang.

Vanya tidak tahu saja, dibalik pencarian dirinya mencari pacar, Devan dibalik rencana itu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Citveyy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Part 33 Persoalan Warna baju

Vanya maraton nonton drakor sama Anis. Anis sekarang ini berada dikediaman Vanya dan rencananya Anis bakal nginap dirumah Vanya. Vanya sudah dipercaya sekali oleh ayah Anis dan izinnya mau kerjain tugas bareng aslinya Anis cuma nyontek sama Vanya karena ternyata tugasnya sudah lama diselesaikan oleh Vanya. Itu untungnya punya sahabat pintar.

Mereka nonton drakor night has come dan ternyata flmnya bagus banget. Setiap saat jantungan terus rasanya campur aduk sama semua pemainnya dan mereka berdua cuma nebak siapa mafianya.

"Ganteng banget sibanjang ini, mana suaranya kayak ngajak nikah gak sih." Puji Vanya pada pemain cowok di drama tersebut.

"Ganteng sih tapi lebih ganteng yang cowok mati gantung itu, ah lupa gue yang dekat sama si cewek rambut pendek."

"Kata anak tiktok cowok empat episode."

"Benar banget, tapi kayak saling suka gak sih sama si cewek rambut pendek?"tanya Anis masih fokus menonton.

"Gak tahu juga sih."

Keduanya seketika terdiam. Vanya yang dengan pemikirannya entah apa dan Anis yang kini memainkan gawainya karena ada pesan masuk.

"Lo chatan sama Miko?"

Anis langsung menyembunyikan gawainya akan tetapi wajahnya tak mampu menutupi keterkejutannya. Ia tak menyadari kalau Vanya sejak tadi memperhatikannya.

"Dia nembak lo?"

"Lo lihat?" Tanya Anis dengan mata membola.

"Iya tadi dia bahas soal perasaan gitu jadi gue nyimpulin kalau Miko habis nembak lo."

Anis menelan ludahnya susah payah."Jangan tanya sama orang-orang ya, please."

"Yaelah enggaklah,"kekehnya ia mana mungkin memberitahukan privasi orang. "Gimana lo suka gak sama Miko?"

"Gak tahu juga," Jawab Anis jujur karena perasaanya masih abu-abu pada Miko. Jujur ia pernah deg-degan gitu saat bersama dengan Miko tapi Anis tak langsung menyimpulkan kalau ia menyukai Miko karena ia baru pertama kali ditembak langsung oleh seseorang.

"Lah sama perasaan sendiri kok bingung. Kalau suka ya lanjut aja. Miko juga baik kok orangnya, minesnya cuman nyebelin aja kok."

Anis terdiam, ini terlalu cepat gak sih. Mereka berdua baru kenal, Anis juga tak mau langsung nerima gitu aja. Ada banyak pertimbangan termasuk takut pada ayahnya yang punya banyak aturan.

"Takut sama bokap lo?" Tebak Vanya. "Kalau Miko benar-benar suka sama lo pasti dia bakal lewatin ayah lo. Gini ya, cowok itu dilihat dari effortnya."

"Gitu ya," Anis mulai sedikit mengerti namun setelah itu tertegun. "Terus kak Devan gimana?"

"Ha, maksudnya?"

Secepat kilat Anis menutup mulutnya. "Eh, enggak-enggak."Anis menggelengkan kepalanya.

"Ih Anis lo nutupin sesuatu ya sama gue?"Vanya memicing curiga.

"Enggak-enggak."

"Anis!"

"Gue mau buang air besar, bay!"

Anis sudah berlari terbirit-birit memasuki kamar mandi Vanya. Menutupnya rapat-rapat, tak mau Vanya menagihnya. Ia juga kenapa bisa sampai keceplosan begini.

"Astaga mulut gue, kenapa bisa sampai keceplosan gitu sih."

Anis pukul bibirnya karena telah salah bicara. Di luar Vanya terus menggedor-gedor pintu dan memanggilnya. Andai saja Vanya peka dengan omongannya, pasti ia sudah akan dijadikan bulan-bulanan oleh Devan. Anis tidak akan bisa membayangkan bagaimana galaknya Devan memarahinya. Miko dan Noah saja kalau dimarahi Devan mereka langsung kicep, bagaimana dengan dirinya yang sekecil imut ini.

"Anis buka!"

"Gue buang air besar Vanya."

•••

Devan itu keras kepala, tidak suka dibantah, dan emosian. Jadi ketika Vanya menolak ajakan Devan untuk jalan-jalan, Devan mana bisa menyerah begitu saja. Tukang pemaksa itu julukan untuknya, kalau tidak dipaksa ia tak akan bisa jalan-jalan bersama Vanya.

Devan menyemprotkan parfum keseluruh badannya, ia menyisir rambutnya yang baru ia potong tadi setelah itu berdiri dengan tampang gagahnya didepan cermin. Kata orang cowok itu akan terlihat tampan sekali jika sudah memakai baju berwarna hitam. Bukan Devan berlagak sok kegantengan ya, tapi memang pada dasarnya ia sangat tampan buktinya banyak yang mengejarnya. Kata maminya karisma bule itu gak ada yang menolaknya. Untung aja mukanya ngikut sama papinya, gak kayak adiknya mukanya ikut sama maminya.

"Lo gak akan bisa berpaling dari gue Vanya," Ujarnya dengan yakin. "Anak kita bakal ganteng sama cantik kalau lo nikah sama gue, spesies bule kayak gue gak ada yang nolak terutama lo Vanya Allessia Lewis."

Devan perbaiki lagi tatanan rambutnya. Sambil bersiul manja di depan cermin, ia perlihatkan senyum paling manisnya.

"Cuman, tunggu waktu kita bakal sama."

Devan terdiam, andai saja ia punya keberanian lebih untuk mengungkapkan perasaanya. Pasti ia akan memiliki Vanya sudah sejak lama.

Ia juga ingin seperti teman-temannya. Punya keberanian mengungkapkan perasaannya dan sudah menjalani bahtera cinta bersama dan saling memperjuangkan satu sama lain. Tidak seperti dirinya, sedikit-sedikit takut. Ia bahkan sudah lelah menahan semuanya, tapi apa buat, karena ketidakberanian sialannya ini, ia begitu tak berdaya.

Devan segera mengambil kunci mobilnya untuk pergi menuju rumah Vanya. Devan meramal pasti Vanya juga akan memakai baju berwarna hitam seperti dirinya. Kalau baju warna hitam Vanya bakal jadi jodohnya. Ia terkikik, sampai itu terjadi ia akan sangat bersujud syukur.

Sampai dirumah Vanya, ia langsung masuk saja, toh ia calon menantu disini. Denis dan Vanesa saja Mak dan pak comblangnya, jadi mana mungkin ia begitu sungkan untuk sekedar masuk saja.

"Langsung ke kamar Vanya aja Dev, om gak tahu tuh kalau kalian mau date."

Tuh kan sudah Devan duga, belum jadian aja sudah calon ayah mertuanya sudah katakan ngedate. Gawat banget, sepertinya hilal untuk menikahi Vanya sudah terlihat, mungkin tahun depan kali ya.

"Vanya Allessia Lewis." Panggil Devan karena kamar cewek itu terkunci. "Vanya, buka dong." "Buka hatinya dong."

Devan terkikik dalam hati, dasar hati yang tidak punya keberanian, ngomong atuh, jangan teriak dalam hati doang, Vanya sudah ada didepan mata ini.

Saat pintu terbuka, Devan melongo karena ekspetasinya tak sesuai realita.

"Lo pake baju biru?"

Vanya menaikkan alisnya sewot. "Kenapa?"

"Gak-gak, gak papa."

Vanya memicing mata curiga. Devan yang ditatap seperti itu hanya tersenyum takut.

"Ada yang salah ya sama penampilan gue?"

"Enggak kok,"Devan menggeleng cepat.

Vanya masih tetap saja tak percaya. Menurutnya Devan sangat mencurigakan sekali. Apalagi sejak pertama ia melihatnya ia terus saja melihat bajunya.

"Baju gue jelek?"

"Enggak."

"Terus kenapa natap baju gue terus tadi?"

"Karena warnanya cerah, seperti langit hari ini."

Vanya memasang tampang jijik. Ia segera pergi dari sana, karena tidak Mau melihat keanehan lain lagi dari Devan.

"Jangan kabulin ya Allah, yang tadi cuman bercanda. Maksud saya itu, yang baju biru langit itu, itu adalah jodoh hamba. Oke, jadi jangan kabulin permintaan yang tadi ya."

"Devan!"

"Iya-iya gue jalan."

1
Istiy Ana
Perempuan tuh butuh kepastian Dev, lebih baik nyatakan ke Vanya apapun yg terjadi
Risfani Nur: Halo terimakasih sudah membaca karyaku, tolong dukung terus karyaku ya terimakasih 😀
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!