Panglima perang Lei Guiying menyusun rencana menyusup menjadi pengantin wanita agar dapat melumpuhkan musuhnya. Namun siapa sangka aliansi pernikahan yang seharusnya menuju negara Menghua. Justru tertukar dan harus menikah di negara Dingxi sebagai Nona Muda pertama dari kediaman Menteri yang ada di negara Menghua.
Lei Guiying menikah menjadi selir pangeran kesembilan. Begitu banyak intrik dan sekema besar terus terikat. Membuat gadis itu harus terus bertahan menjadi seorang pengantin aliansi dari negara lain.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sri Wulandari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pesta pernikahan Tuan muda kedua Jian Huan
Di dalam kamar Lei Guiying menatap diam menunggu bayangan suaminya pergi. Namun pria muda di depan pintu kamarnya masih berada di tempat yang sama. Tanpa membuka pintu dia berkata, "Jika kamu tidak pergi. Aku tidak bisa beristirahat dengan tenang." Setelah dia mengatakan hal itu. Suaminya benar-benar pergi menuju ke ruangan kerjanya.
Lei Guiying duduk di kursi yang ada di ruangan kamar. Dia mengambil surat yang dibuat dari kulit domba. Di saat gadis muda itu menatap kearah tulisan yang terukir di atasnya. Ingatannya kembali pada saat belati ia tusukan tepat di bagian jantung Bibi Sui. Wanita itu berkata, "Selir Li, saya menyimpan bukti keterlibatan Ratu Chu Hua dalam pemberontakan. Jika anda bersedia menyelamatkan putraku juga menantu dan cucuku. Bukti itu pasti akan ada di tanganmu. Namun anda harus berhati-hati. Selir Ming juga ikut terlibat di dalamnya."
Mendengar itu Lei Guiying menyetujuinya. "Baik."
"Terima kasih, sudah bersedia memberikan kematian tanpa rasa sakit berlebihan." Itu adalah kalimat terakhir yang di ucapkan Bibi Sui sebelum meninggal.
Lei Guiying menyimpan surat itu lalu menjatuhkan tubuhnya di atas tempat tidur. Dia kembali memejamkan kedua matanya dan tertidur cukup lelap. Sekitar jam delapan pagi gadis muda itu terbangun karena mendengar kebisingan dari luar kamar. Di saat keluar dari kamar dia melihat pemuda usia dua puluh tahunan membuat semacam alat di halaman depan.
"Selir Li." Pelayan Zue er datang membawa nampan berisi buah anggur segar.
"Dia siapa?"
"Dia pangeran kesebelas yang baru saja kembali dari tugas resmi," jelas Pelayan Zue er.
"Pelayan ambilkan aku satu ember air." Membalikkan tubuhnya. Pangeran kesebelas terkejut melihat seorang gadis muda berdiri tidak jauh dari dirinya. Dia mengusap keringat yang telah berjatuhan dari keningnya. Lalu mendekat menghampiri gadis yang telah menarik rasa penasarannya.
Lei Guiying menunjukkan ekspresi yang lebih bersahabat. "Pangeran kesebelas." Memberikan hormatnya. Begitu juga dengan pelayannya Zue er.
"Dengan dandanan yang kamu kenakan. Aku tidak yakin kamu hanya seorang pelayan," ujar pemuda itu dengan tatapan ragu.
"Saya Selir dari pernikahan aliansi negara Menghua."
Menatap tidak percaya. "Tidak di sangka dia benar-benar bersedia di nikahkan," ujar Pangeran kesebelas dengan di iringi tawa dan sindiran.
Dari pintu masuk halaman kediaman, Pangeran kesembilan baru saja kembali dengan wajah yang terlihat sangat lelah. Dia mendekat setelah melihat adik kesebelasnya sudah bersama dengan istrinya. "Aku sudah mengatakan jangan datang jika tidak benar-benar perlu."
"Setelah melihatnya sendiri alasan kakak melarangku datang. Aku tentu tidak lagi berani datang terlalu sering." Melihat kearah pandangan mata kakaknya yang terus menatap kearah istrinya. Saat dia melihat Selir Li tatapan gadis itu terlihat sangat tenang tanpa kecemasan. "Pelayan bereskan semua barang milikku. Bawa kembali kekediaman ku." Sedikit mendekatkan tubuhnya kearah kakak kesembilannya. Dia berbisik pelan, "Kakak, lebih baik mengejar lebih dulu sebelum istrimu di kejar orang lain." Tatapan mematikan lansung di tujukan kepadanya. Meskipun begitu dia masih saja melanjutkan perkataannya. "Kakak ipar terlalu cantik. Aku saja sebagai laki-laki tidak bisa melepaskan pandangan. Apa lagi orang-orang yang ada di luar sana." Menepuk pundak kakak kesembilannya dengan kuat.
Pangeran kesembilan tidak menanggapi perkataan adiknya. Dia lebih memilih mendekat kearah istrinya. "Kamu sudah sarapan?"
Lei Guiying menatap untuk sekilas lalu pergi kembali kedalam kamarnya.
Melihat sikap istrinya yang masih sangat dingin Shui Long Yin hanya bisa terdiam.
"Kakak, kamu sudah tamat." Tawa terdengar dari pengeran kesebelas.
Lirikan Shui Long Yin membuat pemuda itu mundur perlahan lalu berlari pergi. "Jika kakak tidak bisa menjatuhkan hati kakak ipar. Katakan padaku, aku ahlinya jika berurusan dengan wanita muda." Memberikan isyarat kepada para pelayan untuk segera mengemasi barang-barangnya. Sehingga dia dapat dengan cepat pergi dari kediaman itu.
Setelah Lei Guiying mandi dan berganti gaun baru. Gadis itu keluar dari dalam kamarnya menuju ruangan makan. Di sana suaminya juga sudah mulai menyantap makanan yang ada. "Pangeran kesembilan." Memberikan hormat lalu duduk di kursi yang ada di depan suaminya.
Senyuman samar terlihat di wajah Shui Long Yin di saat istrinya ikut sarapan bersama dengannya. Meskipun ruangan makan terbalut keheningan. Tetap saja pria muda itu merasa senang dengan kehadiran gadis yang ia cintai. Di suapan terakhir dia berkata, "Hari ini pernikahan tuan putri kedua di langsungkan. Setelah sarapan bersiaplah untuk berangkat bersama."
"Baik." Setelah sarapan Lei Guiying segera pergi dari ruangan makan menuju kamarnya untuk berganti gaun baru.
"Selir Li, bagaimana dengan gaun ini?" Pelayan Zue er memperlihatkan gaun berwarna kuning bunga sepatu dengan campuran warna putih susu.
Lei Guiying mengangguk setuju. "Ini saja." Memakai gaun yang di pilihkan pelayannya. Rambut indahnya juga di ikat pada bagian luarnya saja. Sehingga rambut bagian dalam bisa jatuh dengan indah di punggungnya. Membutuhkan waktu satu jam lebih untuk Lei Guiying berbenah. Di jam sepuluh pagi dia keluar dari kamarnya menghampiri suaminya yang sudah menunggu di depan pintu masuk kediaman. Di sana kereta juga sudah tersedia.
Shui Long Yin melangkah masuk kedalam kereta setelah melihat kedatangan istrinya. Lei Guiying juga langsung masuk kedalam kereta karena waktu mereka tidak banyak lagi sebelum pesta pernikahan di langsungkan. Membutuhkan satu jam untuk bisa sampai di kediaman mewah dari keluarga Jian. Di saat mereka turun dari kereta penyambutan terlihat cukup mewah. Empat pelayan wanita datang menunjukkan jalan.
Pelayan Yu Ji memberikan kotak berisi hadiah yang telah di siapkan kepada penerima tamu di depan pintu masuk utama kediaman. Para tamu undangan juga sudah berdatangan memenuhi halaman luas yang telah tertata indah.
"Pangeran kesembilan."
"Pangeran kesembilan."
Semua orang memberikan hormat kepada pangeran kesembilan Shui Long Yin. Tuan Jian juga datang memberikan hormatnya. Pria paruh baya itu menunjukkan tempat khusus yang telah di sediakan.
Dari kejauhan pengantin pria sudah datang dengan gaun pengantin berwarna merah. Dia sesekali mengobrol bersama para tamu undangan yang datang. Dan tepat di saat pandangan matanya melihat kearah Lei Guiying dia terdiam sejenak. Menatap pria yang ada di samping gadis itu. Dengan membawa rasa penasaran yang cukup kuat. Tuan muda kedua Jian Huan mendekat kearah pangeran kesembilan. "Pangeran kesembilan." Memberikan hormat.
Pangeran kesembilan hanya memberikan anggukan kecil tanpa senyuman.
Sedangkan Lei Guiying bangkit memberikan salam. "Tuan muda kedua, selamat atas pernikahan anda."
"Anda?"
"Saya, Selir pangeran kesembilan."
Mendengar itu Shui Long Yin melihat kearah istrinya lalu menatap calon kakak iparnya. Kedua alisnya menyatu di saat tatapan pria muda di depannya terus memperhatikan istrinya. Dia bangkit menggenggam kuat tangan Lei Guiying dengan menatap tajam kearah calon kakak iparnya.
Tuan muda kedua Jian Huan yang tersadar kembali langsung pamit pergi.
lanjut up lagi thor