Di negeri fantasi Qingya, seorang gadis bernama Lian Yue tiba-tiba membangkitkan Spirit Rubah Perak sebelum usianya genap 18 tahun—sesuatu yang mustahil dan sangat berbahaya. Kejadian itu membuat seluruh sekte mengincarnya karena dianggap membawa warisan kuno.
Saat ia kabur, Lian Yue diselamatkan oleh pewaris Sekte Naga Hitam, Shen Ryuko, lelaki dingin dan kuat. Namun ketika tubuh mereka bersentuhan, Qi mereka saling menyatu—tanda bahwa mereka adalah pasangan ritual yang hanya bisa diaktifkan lewat hubungan intim.
Sejak itu, keduanya terikat dalam hubungan berbahaya, penuh gairah, dan diburu para sekte yang ingin merebut kekuatan mereka.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon S. N. Aida, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22 — Persiapan yang Menggoda
Kabar keikutsertaan Ryuko dan Lian Yue ke Festival Bulan Kekaisaran memicu kegilaan di antara faksi-faksi Sekte Naga Hitam. Jika Ryuko telah kehilangan sedikit otoritasnya sebagai Pewaris, ia bertekad untuk memenangkannya kembali dengan kemegahan.
Persiapan pun dimulai, tetapi tidak berjalan mulus.
Pagi-pagi sekali, Feng Ruyin datang ke tempat tinggal Ryuko di puncak gunung, membawanya setumpuk jubah meditasi baru dari klan-nya.
“Ryuko, kau tidak bisa pergi ke Istana dengan pakaian sederhana seperti ini,” Ruyin berkata dengan nada otoritatif. “Aku sudah memilihkan untukmu, jubah Naga Hitam yang dibuat dari sutra dingin, dihiasi sulaman perak. Itu akan memancarkan otoritasmu sebagai Pewaris.”
Ryuko menatap tumpukan pakaian itu dengan pandangan dingin. Ia sedang menyalurkan Qi ke Tanda Naga di punggung tangannya, mengabaikan Ruyin.
“Aku tahu cara berpakaian, Ruyin,” jawab Ryuko, suaranya datar.
“Tapi, Ryuko, penampilan itu penting! Apalagi jika kau membawa… dia,” Ruyin melirik Paviliun Lian Yue, bibirnya membentuk cemoohan tipis. “Aku berasumsi kau tidak akan membiarkannya memilih pakaiannya sendiri. Spirit Rubah itu tidak tahu etika Istana. Aku sudah memesankan gaun dengan warna yang kontras, sehingga perbedaan status kalian akan terlihat jelas. Warna biru laut yang kusam akan cocok untuknya.”
Ryuko akhirnya mendongak. Mata emasnya berkilat.
“Ruyin. Kau tidak akan memilihkan pakaian untukku,” Ryuko mendesis. “Dan kau pasti tidak akan memilihkan pakaian untuk Pasanganku.”
Ruyin terkejut. Kata Pasanganku (My Partner) yang diucapkan dengan otoritas Naga itu sangat melukai harga dirinya.
“Tapi… aku hanya mencoba membantu mempertahankan citra Sekte!” Ruyin bersikeras.
“Pilihanku adalah mutlak,” potong Ryuko, suaranya mematikan. “Keluar. Bawa pakaian klan-mu itu bersamamu.”
Ruyin terpaksa mundur dengan wajah merah karena malu. Intrik kecilnya untuk mengendalikan penampilan Ryuko dan mempermalukan Lian Yue di Istana telah gagal.
Sementara itu, Lian Yue sedang disiapkan oleh sekelompok pelayan khusus yang diperintahkan langsung oleh Elder Mo. Lian Yue merasa tidak nyaman. Ia lebih suka jubah sederhana dan tempat yang tenang untuk bermeditasi.
Para pelayan itu membawanya bukan gaun biru kusam, melainkan gaun yang terbuat dari Sutra Bulan Perak murni—kain langka yang ditenun dari serat daun perak pegunungan tinggi, yang berkilauan lembut seperti cahaya bulan. Gaun itu berwarna putih gading murni, dengan sulaman perak halus di sepanjang garis leher. Gaun itu dirancang dengan siluet anggun yang menonjolkan setiap lekuk tubuh Lian Yue, tetapi tetap sopan untuk etika istana.
Saat para pelayan menyelesaikan rambutnya, menatanya menjadi sanggul tinggi yang dihiasi jepit batu giok sederhana, Lian Yue menatap bayangannya di cermin. Ia melihat dirinya, tetapi juga melihat Rubah Perak yang anggun dan berkuasa. Gaun itu tidak membuatnya terlihat lemah; gaun itu membuatnya terlihat seperti Permaisuri Bulan yang agung.
Saat Lian Yue melangkah keluar dari paviliunnya menuju halaman, ia merasakan Qi Rubahnya berdebar, sedikit kegelisahan dan sedikit kebanggaan.
Di halaman, Ryuko sedang menunggunya. Ryuko sendiri mengenakan jubah yang sangat berbeda dari biasanya. Ia mengenakan jubah meditasi sutra hitam murni, tanpa sulaman, yang hanya dihiasi dengan ikat pinggang giok hitam yang menakutkan. Dia adalah gambaran kesederhanaan, kekuasaan, dan bahaya.
Ryuko berbalik, dan pandangannya jatuh pada Lian Yue.
Ryuko membeku.
Untuk sesaat, ia benar-benar lupa caranya bernapas. Seluruh otoritas Naganya lenyap. Ia hanya melihat seorang gadis yang memancarkan cahaya bulan murni.
Lian Yue telah terlihat cantik sebelumnya—saat menangis, saat marah, saat bergejolak. Tetapi kini, ia memancarkan kecantikan yang tenang, dingin, dan agung, persis seperti Permaisuri Rubah legendaris yang diceritakan dalam dongeng.
Ryuko menelan ludah, mata emasnya terpaku pada Lian Yue.
Lian Yue berjalan ke arahnya, rasa malu bercampur dengan keberanian. “Apakah… ini terlalu berlebihan?”
Ryuko tidak menjawab. Ia hanya berjalan perlahan ke arahnya, tatapannya tidak pernah lepas. Ia meraih tangan Lian Yue, dan sentuhan itu mengirimkan sengatan Qi ke meridian mereka.
“Sama sekali tidak,” bisik Ryuko, suaranya serak. “Kau adalah Pasangan Ritual Naga Hitam. Kau adalah Permaisuri Bulan.”
Lian Yue tersipu, Qi Yin-nya yang senang merespons pujian itu.
Ryuko kemudian menarik sebuah kotak kecil dari sakunya. Itu terbuat dari kayu giok tua dan berukir naga kuno.
“Ini adalah Kalung Pelindung Qi,” jelas Ryuko. “Ini berisi batu Naga Hitam yang telah aku isi Qi murni selama tiga hari. Ini akan membantu menyerap kelebihan Qi Yin-mu di tengah energi bulan yang mengamuk di Festival nanti. Tapi yang paling penting…”
Ryuko melangkah ke belakang Lian Yue. Gaun sutra itu memiliki garis leher yang tinggi di depan, tetapi terbuka sedikit di belakang, memperlihatkan Tanda Sisik Naga yang samar-samar.
Ryuko dengan hati-hati melepaskan kalung dari kotaknya. Kalung itu sendiri sederhana, dengan liontin kristal hitam yang dingin.
“Yang paling penting,” Ryuko mengulangi, suaranya kini berbisik di telinga Lian Yue, “Ini akan menutupi Tanda Kepemilikan. Hanya aku yang boleh melihat Tanda itu.”
Lian Yue merasakan napas Ryuko yang dingin menyentuh lehernya. Ia tahu Ryuko cemburu, tidak hanya pada pandangan orang lain, tetapi juga pada pandangan spiritual yang mungkin bisa melihat Tanda itu.
Ryuko mengangkat rambut perak Lian Yue, menahannya dengan satu tangan. Dengan tangan yang lain, ia memasangkan kalung itu.
Jari-jari Ryuko yang dingin dan kuat menyentuh kulit halus di pangkal leher Lian Yue. Sentuhan yang tidak disengaja itu terjadi tepat di atas Tanda Sisik Naga.
Boom!
Bukan ledakan, tetapi resonansi Qi yang mendalam. Ryuko merasa seperti ribuan volt Qi Yang mengalir dari Tanda Naganya ke Tanda Sisik Naga Lian Yue, membanjiri meridian mereka berdua.
Lian Yue terkesiap. Ia menyandarkan punggungnya ke dada Ryuko. Qi Yin-nya merengek kegirangan, meminta lebih banyak Qi Yang Ryuko. Itu adalah reaksi naluriah.
“Tahan…” Ryuko berbisik, suaranya dipenuhi perjuangan yang mengerikan. Ia memejamkan mata, memaksakan kendali Naganya. Ia harus menahan diri, ini bukan waktu dan tempatnya.
Sentuhan sederhana ini, hanya untuk memasang kalung, telah membawa mereka ke tepi Ikatan Tubuh lagi.
Ryuko menyelesaikan penguncian kalung itu. Ia melepaskan rambut Lian Yue, tetapi tangannya tetap di bahu Lian Yue, napasnya memburu.
“Kau… kau membuatku gila, Lian Yue,” bisik Ryuko, pengakuan yang penuh hasrat.
Lian Yue menoleh, matanya berkabut. “Aku tahu. Kau juga.”
Ryuko membalikkan Lian Yue ke hadapannya. Ia mengangkat dagu Lian Yue. Ryuko tahu ia tidak bisa menciumnya, tetapi ia tidak bisa menahan diri. Ia mencium kening Lian Yue, tepat di mana titik Baihui berada, titik di mana Qi mereka bersinkronisasi. Itu adalah ciuman kekuasaan dan kepemilikan.
“Ayo kita pergi,” Ryuko memerintahkan, Qi-nya yang baru tersinkronisasi dan bersemangat membantunya mendapatkan kembali kendali. “Kita tunjukkan pada Kekaisaran apa yang telah Naga Hitam klaim.”
Lian Yue mengangguk, memegang kalung di lehernya, yang kini terasa panas karena Qi Ryuko. Ia tahu, di balik kemegahan Istana dan Festival Bulan, ancaman yang jauh lebih besar menanti. Ancaman terbesar adalah hasrat mereka sendiri.