Gadis Incaran Vampir

Darryl mengajak Angel melihat kerumunan, dimana seorang pria berambut hitam dengan kacamatanya tengah menembak beberapa sasaran di depannya dengan sangat tepat.

"Dia Nelson Valleroy, dia pewaris kedua keluarga Valleroy, seorang dokter!" kata Darryl.

Angel menoleh ke arah Darryl,

"Kak Darryl mengenalnya?"

"Dulu aku satu kampus dengannya. Tapi kurasa dia pasti tidak mengenalku, ruang lingkup pertemanan keluarga Valleroy hanya dengan beberapa keluarga bangsawan di kota ini" jawab Darryl.

Angel kembali menoleh ke arah Nelson. Pria yang punya begitu banyak penggemar di belakangnya itu. Beberapa gadis terlihat mencari perhatiannya, tapi pria itu hanya fokus pada apa yang sedang dia mainkan.

Hingga, setelah tembakan terakhir. Penjaga tempat permainan menembak itu memberikan semua hadiah, tapi pria itu hanya mengambil satu buah boneka beruang putih dengan ukuran yang cukup besar.

"Aku ambil ini saja!" kata pria itu.

Di belakangnya, beberapa gadis sudah heboh. Mereka berpikir, mungkin boneka itu akan diberikan pada salah satu dari mereka. Karena tidak mungkin kan, Nelson membawa boneka itu untuknya. Kenapa dia tidak ambil hadiah yang lain saja kalau memang untuknya. Ada banyak, ada tongkat golf, bola golf, set alat pengering rambut, set senjata juga, ada banyak benda yang lebih berharga dari sebuah boneka beruang besar dan lembut itu.

Tapi pilihannya, malah dia mengambil boneka itu. Setahu mereka juga, Nelson hanya datang dengan kedua saudaranya tadi. Tidak ada gadis atau wanita dari keluarga Valleroy bersama mereka.

"Pasti buat aku!"

"Tuan muda Nelson, pasti mengambilnya untukku!"

"Kalian jangan bermimpi, itu pasti untukku!"

Angel hanya menoleh ke para gadis yang berebut perhatian dan juga mengharapkan hadiah pemberian dari Nelson itu.

Sayangnya pria yang sangat mereka harapkan memberikan mereka hadiah itu malah berjalan ke arah Angel dan Darryl.

Angel cukup terkejut, ketika pria itu melihat ke arahnya. Angel berpikir, mungkin saja dia salah. Pria itu sedang melihat ke arah lain, mungkin seseorang yang ada di belakangnya.

Angel menoleh ke belakang, tidak ada orang. Angel melihat ke arah Darryl, dan bersembunyi di belakang lengan Darryl ketika pria bernama Nelson itu makin dekat dengannya.

Masalahnya adalah, para gadis di sana. Itu sedang mengelu-elukan Nelson. Jika Nelson menghampiri Angel. Bisa habis dia menjadi musuh terang-terangan semua gadis itu kan. Dia orang baru di kota ini, meski sudah hampir satu bulan. Tapi kan tetap saja, dia bahkan belum pernah pergi kemana-mana. Tidak banyak kenal orang juga selain Olivia dan Darryl. Juga beberapa teman Aline dan Olivia ketika mereka pergi ke perkebunan.

Darryl juga cukup terkejut. Nelson berdiri di depannya.

"Kamu, kuliah di universitas Samen vooruit kan?" tanya Nelson pada Darryl.

Dan Darryl mengangguk.

"Benar, fakultas hukum" kata Darryl menjawab pertanyaan Nelson.

"Dari keluarga..." Nelson sengaja menjeda ucapannya, karena pria itu ingin Darryl melanjutkan pernyataannya itu.

"Frank, Darryl Frank" sambung Darryl cepat.

Nelson mengangguk beberapa kali.

"Keluarga Frank, dia adikmu?" tanya Nelson menoleh ke arah Angel.

"Dia... dia pacarku!"

Angel melirik cepat ke arah Darryl. Dia tidak menyangka kalau Darryl akan mengatakan hal itu. Tapi, mungkin Darryl mengatakan semua itu justru untuk melindungi Angel. Angel sejak tadi melihat ke arah gadis-gadis yang sagag mengagumi Nelson. Angel pikir, mungkin saat ini Darryl memang sedang melindunginya. Maka, dia pun tidak membantah hal itu.

"Begitukah? tapi aku belum pernah lihat dia?" tanya Nelson.

"Dia dari ibukota" jawab Darryl cepat.

Darryl seorang pengacara, tidak sulit baginya menjawab pertanyaan Nelson dengan cepat.

"Untuk pacarmu! jangan menolak! anggap saja hadiah sambutan selamat datang dari keluarga Valleroy!" kata Nelson memberikan boneka itu pada Angel.

Angel menoleh ke arah Darryl. Dan Darryl tahu, pria di hadapannya itu bukan seseorang yang bisa di singgung keluarganya. Darryl menganggukkan kepalanya. Angel pun mengulurkan tangannya menerima boneka itu.

"Terimakasih" ucap Angel pelan.

Nelson tersenyum.

"Sudah sampai di tempat ini, tentu saja tidak seru kalau tidak masuk arena labirin kan? mau bermain denganku?" tanya Nelson mengajak Darryl dan Angel.

Darryl menoleh ke arah Angel. Mungkin di arena labirin, dia justru bisa lebih dekat dengan Angel kan. Selama Aline dan Olivia sedang di lukis. Darryl pun mengangguk dan setuju.

"Oke" katanya.

Nelson tersenyum, dia pun mengajak keduanya pergi ke arena labirin. Angel menghentikan langkahnya, kenapa seperti tempat ini membawa suasana yang tidak nyaman baginya.

"Kak Darryl, aku rasa..."

"Nona..."

"Angel, namanya Angel!" kata Darryl.

Nelson mengangguk.

"Nona Angel tidak merasa kalau pacar nona ini tidak bisa menjagamu dan membawamu ke pintu keluar kan?" tanya Nelson.

Sebenarnya daripada sebuah pertanyaan, kalimat itu lebih terdengar seperti Nelson sedang menguji keduanya. Membuat Angel merasa tidak enak. Bukankah kalau dia menolak, atau mundur, sama saja artinya dia meremehkan dan tidak percaya pada Darryl.

Nelson sepertinya sangat pandai bermain kata-kata. Membuat Angel tidak bisa mundur.

"Kamu mau mundur?" tanya Nelson.

Angel pun menggelengkan kepalanya.

"Tidak, ada kak Darryl kan? aku tidak akan mundur" kata Angel.

Sebenarnya mulutnya sedang mengatakan sesuatu yang sangat bertentangan dengan hatinya.

"Baiklah, ayo mulai!" kata Nelson.

Labirin itu sangat luas, dan terbuat dari dinding semak tanpa atap, setinggi 3 meter. Cukup tinggi, memang sengaja di buat seperti itu agar lebih seru.

Ada tiga jalur, Nelson lagi-lagi menunjukkan senyum khasnya di depan Angel dan Darryl.

"Kalau kalian sampai lebih dulu daripada aku di pintu keluar. Aku akan berikan hadiah besar untuk kalian. Kalian tentukan mau lewat jalur yang mana!" kata Nelson.

Darryl melihat ke arah tiga jalur itu. Dia selalu percaya pada intuisinya.

"Yang kanan!" kata Darryl.

Nelson mengangguk.

"Baiklah, aku yang tengah! ayo mulai!" kata Nelson yang masuk ke jalur tengah itu.

Entah kenapa, Darryl merasa jiwa kompetitifnya muncul begitu saja.

"Ayo!" ajak Darryl pada Angel.

Angel pun melangkah mengikuti Darryl, keduanya berjalan cukup cepat.

"Jika aku terlalu cepat, kamu bisa mengatakannya, Angel!" kata Darryl.

"Baiklah" kata Angel menyahut dengan cepat.

Hingga mereka merasa mereka sudah sampai setengah jalan.

"Sepertinya sudah dekat dengan pintu keluar!" kata Darryl.

Wushhh

Tapi tiba-tiba saja ada angin kencang melewati mereka.

"Angel, pegang tanganku!" kata Darryl mengarahkan tangannya pada Angel.

Angel melihat sebuah tangan terulur padanya, meski tidak jelas, karena memang angin itu membuat cahaya lampu menjadi terganggu. Cahaya tertutup angin tebal dan kencang itu, ada kabut hitam bersama angin itu.

Angel merasa lega, ketika dia berhasil meraih tangan itu. Tapi tangan itu menggenggam tangannya terlalu kuat. Dan perasaan yang aneh muncul, perasaan sama seperti ketika pria misterius itu menyentuhnya.

"Kak Darryl!"

Brakk

Mata Angel melebar, ketika dia di dorong dengan cukup kuat. Hingga punggungnya menabrak dinding semak itu.

"Kamu..."

"Beraninya kamu memanggil nama pria lain!"

Deg

***

Bersambung...