Selama 4 tahun lamanya berumah tangga, tak sedikit pun Naya mengecap keadilan.
Hidup satu atap dengan mertua begitu menyesakkan dada Naya, dia di tuntut sempurna hanya karena dia belum bisa memberikan keturunan. Di sepelekan, di olok-olok oleh mertua dan juga iparnya. Sang suami cuek dengan keluh kesahnya, bahkan dengan teganya ia menikah kembali tanpa meminta izin dari Naya selaku istri pertama.
Daripada di madu, Naya lebih baik mengajukan gugatan perceraian. siapa sangka setelah ketuk palu, dirinya ternyata sudah berbadan dua.
Bagaimana kehidupan yang Naya jalani setelah bercerai, akankah dia kembali pada mantan suaminya demi sang buah hati?
"Jangan sentuh anakku! Berani menggapainya itu sama saja dengan mempertaruhkan nyawa." Naya Suci Ramadhani.
Woowww... bagaimana kah karakter Naya? apakah dia lemah lembut? atau justru dia adalah sosok perempuan yang tangguh.
Yuk, simak ceritanya jangan sampai ketinggalan 👉
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reni mardiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Keangkuhan Shireen
Satu minggu berlalu.
Arzan sudah mengerahkan orang-orang kepercayaannya untuk mencari tahu keberadaan wanita yang sudah meracuni Karina. Bukan hanya itu saja, Arzan mengajak Bik Jumi dan juga para sahabatnya mendatangi rumah sakit dan membuat tuntutan atas kelalaian pihak terkait yang mengakibatkan melayangnya nyawa seseorang. Bukan hanya karena meninggalnya Karina saja, melainkan sebagai salah satu tindakan agar kejadian serupa tak terjadi lagi.
Orangtua Arzan tentunya sangat terkejut akan kebenarannya, mereka ikut mendukung keputusan Arzan untuk mencari pelaku dan juga menangkap Azka.
Untuk saat ini, Arzan membiarkan Azka berkeliaran bebas di luar sana sampai wanita yang di carinya dapat. Identitas maupun keluarga Karina sudah Arzan dapat datanya, sekalipun Azka akan kabur sejauh mungkin bisa di pastikan oleh Arzan kalau pria bejat itu tetap berada di dalam genggamannya.
****
…
Naya menata semua kue didalam etalase, Seni ikut membantu dan Rhea sibuk di dapur mengajari karyawan lain untuk membuat resep baru.
Saat ini Naya tengah sedih, akan tetapi ia harus tetap bersemangat menjalani kesibukannya. Bagaimana Naya tak sedih, Egi akan di pindahkan oleh atasannya ke luar kota dan yang pastinya Rhea dan Seni akan ikut menetap dimana Egi bekerja.
Hari ini adalah hari terakhir kebersamaan Naya dengan orang-orang tersayangnya.
"Dimana perempuan yang bernama Naya!" Pekik seseorang masuk ke dalam toko Naya di dampingi dua pria berseragam hitam dan bertubuh kekar.
Sontak para pembeli menatap kearah pintu utama. Naya yang merasa di panggil pun menoleh keadah sumber suara, ia mengelap tangannya dan meletakkan celemek yang di pakainya.
Terlihat wajah angkuh dari seorang perempuan yang tengah melipat kedua tangannya, tatapannya menatap Naya tajam. Sedangkan Naya berjalan dengan santai menghampirinya.
"Selamat siang, ada yang bisa saya bantu nyonya?" Sapa Naya dengan sopan.
PLAAKKK...
Tanpa basa-basi orang tersebut menampar wajah Naya sampai menoleh ke belakang. Seketika di dalam ruangan sana sunyi, Naya memegang pipinya yang terasa kebas dan juga perih.
"Dasa perempuan tidak tahu diri!" Bentaknya.
Naya menatap wajah perempuan yang sudah menampar wajahnya. Seni segera memanggil ibu sambungnya begitu melihat kejadian yang menimpa Naya.
"Kenapa anda menampar saya?" Tanya Naya.
"Tamparan itu belum seberapa. Dasar perempuan tidak tahu diri, gara-gara kau putraku menjadi pembangkang!" Shireen menunjuk wajah Naya dengan penuh kebencian.
"Maksudnya?" Naya tidak paham dengan apa yang Shireen katakan, putra mana yang di maksudnya.
"Dasar janda murahan! Kembalikan putraku." Amuknya.
"Dengar nyonya. Aku tidak tahu putra mana yang kau maksud, kenapa juga kau menyeret statusku? Kalau tidak tahu apa-apa jangan asal menghakimi orang. Aku bisa melaporkanmu atas tindakan pencemaran nama baik dan juga penganiayaan." Ancam Naya.
"Laporkan saja jika kau bisa, aku tidak takut karena hukum di negara ini bisa di beli! Aku ulangi lagi perkataanku, katakan dimana kau sembunyikan putraku?" Tekan Shireen.
"Naya!" Panggil Rhea khawatir.
Shireen memberikan intruksi kepada pengawalnya, sontak saja Rhea dan Seni terkejut karena mereka di tahan. Para pengunjung yang datang segera membayar pesanan mereka di kasir, orang-orang langsung keluar kala melihat hal menegangkan di dalam sana.
"Aku tidak tahu." Jawab Naya.
Shireen menjambak rambut Jaya dengan kuat, Rhea dan Seni berteriak begitu Naya merintih kesakitan seraya memegangi rambutnya yang di tarik Shireen.
"Janda murahan. Pantas saja keluargamu hancur, ternyata kau mencari pria kaya untuk kau kuras hartanya. Mischa jauh lebih baik daripada bekasan sepertimu, kalau sampai Naufal tetap menolak perjodohan ini maka akan ku buat kau tidak tenang selamanya." Ancam Shireen.
Sreeettt..
Tubuh Shireen mundur ke belakang nyaris terjatuh namun, ia berhasil mengendalikan keseimbangan tubuhnya.
"Jauhkan tangan kotormu itu!" Tekan Arzan memandang nyalang pada Shireen.
"Jangan ikut campur!" Sewot Shireen.
"Nay, loe gapapa?" Tanya Arzan sambil mengusap pipi Naya yang memerah, ia juga merapikan rambut Naya yang berantakan.
"Cih, mata Naufal memang sudah sangat bermasalah. Lihatlah wanita yang di banggakannya, tidak lebih dari penggoda. Sangat murahan!" Cibir Shireen.
Arzan berbalik menatap wajah angkuh Shireen. Ia mengayunkan beberapa langkah kakinya, tangannya di masukkan ke dalam saku celananya seraya menelisik wajah Shireen.
"Apa? Penggoda? Heh, mulut busukmu itu sangatlah menjijikan nyonya. Naya adalah sosok perempuan yang tangguh, meskipun statusnya seorang janda dia tak pernah menggatal seperti yang kau tuduhkan. Naya tidak bersalah disini, kalau anda memang ingin menjodohkan putra pengecutmu itu maka yakinkan dia dan jangan mengusik orang lain." Arzan menatap remeh Shireen.
Sebelum Shireen kembali mengeluarkan suaranya, Arzan mengangkat tangannya agar Shireen diam.
"Kalau kau masih mengganggu Naya, maka akan ku pastikan kalian hancur tak bersisa. Kau angkuh nyonya, ingat! Sebagian harta yang kau nikmati sekarang ada andil seseorang yang sangat berpengaruh disana. So, jangan menyesal." Arzan memberikan peringatan pada Shireen.
"Aku tidak takut padamu anak ingusan!" Shireen tetap kekeh dengan kesombongannya.
"Lepaskan tangan kalian dari mereka, jangan sampai aku gunakan kekerasan disini." Titah Arzan pada pengawal Shireen.
"Lepaskan mereka, seret perempuan gatal ini ke mobil." Titah Shireen pada kedua pengawalnya.
Pengawal tersebut melepaskan tangan Rhea dan Seni. Naya menggelengkan kepalanya, ia berjalan mundur kebelakang dengan raut wajah ketakutan. Arzan mengepalkan tangannya, ia menendang perut pengawal Shireen secara bergantian.
Bughhh.. Bughhh...
Dua pengawal melawan Arzan, posisinya Arzan saat ini butuh pelampiasan atas amarahnya yang terpendam selama ini, tentu saja ia sangat dengan senang hati melawan secara brutal.
Naufal dan Rama datang dengan wajah syoknya, Shireen menatap kehadiran Naufal dan segera menghampirinya.
"Naufal! Disini rupanya kamu, cepat pulang dan Mama akan tetap urus perjodohan kamu dengan Mischa." Shireen menarik tangan Naufal pergi.
Naufal menghempaskan tangan ibunya, ia berlari menghampri Naya yang langsung menghindarinya.
Arzan sudah berhasil melumpuhkan pengawal Shireen, kini ia beralih meninju wajah Naufal sampai tersungkur.
"Jadi cowo pengecut banget loe! Lihat, gara-gara loe wajah Naya di gampar ibu loe yang sombong itu. Naya gak cinta sama loe, harusnya loe sadar." Bentak Arzan.
Rama berlari membantu Naufal berdiri. Naufal menatap nanar Naya yang menyembunyikan wajahnya di ceruk leher Rhea, keadaan Naufal pun tidak baik-baik saja selama seminggu terakhir ini.
"Nay," Lirih Naufal.
"Pergi loe dari sini!" Usir Arzan mendorong tubuh Rama dan Naufal bersamaan.
"Gue mau ngomong dulu sama Naya, loe jangan halangi gue Arzan." Tolak Naufal.
"Loe mau Naya makin hancur, iya?! Egois lo." Ucap Arzan marah.
"Fal, mending kita pergi dari sini. Keadaannya bakalan makin runyam, gue mohon sama loe dan demi Naya juga." Bujuk Rama.
Rama menarik Naufal keluar, tatapan Naufal tak lepas dari Naya yang tetap menyembunyikan wajahnya. Arzan melempar piring berukuran kecil tepat di sebelah Shireen, ia tidak suka melihat Naya mendapat perlakuan yang tak baik oleh orang lain.
Praannggg . ..
"Aaakhhhh...!" Pekik Shireen.
Sontak Shireen mundur dan serpihan kacanya berserakan serta mengenai kakinya sampai mengeluarkan darah.
"Pergi loe semua, @n*!n9..!!" Teriak Arzan emosional.
Pengawal Shireen berjalan tertatih menghampiri majikannya, mereka semua pun pergi dari toko Naya. Dada Arzan naik turun, tangannya mengepal dengan kuat. Para Karyawan membeku melihat kekacauan disana tanpa bisa menghentikannya, Naya melepaskan pelukannya dari Rhea.
Arzan menarik Naya kedalam pelukannya, ia mengusap rambut Naya dengan lembut.
"Gue bakal lindungi loe, itu janji gue!" Ucap Arzan.
Naya menumpahkan tangisnya di pelukan Arzan, ia sudah menduga kemungkinan besar hal ini akan terjadi.