NovelToon NovelToon
SISTEM BALAS DENDAM

SISTEM BALAS DENDAM

Status: sedang berlangsung
Genre:Dikelilingi wanita cantik / Identitas Tersembunyi / Kebangkitan pecundang / Crazy Rich/Konglomerat / Sistem / Harem
Popularitas:6.5k
Nilai: 5
Nama Author: BRAXX

Jayden hampir tidak punya harapan untuk menemukan pacar.

Di sekitarnya ada banyak wanita cantik, tapi tidak ada yang benar-benar tertarik pada pria biasa seperti dia. Mereka bahkan tidak memperdulikan keberadaannya. Tapi segalanya berubah ketika dia diberikan sebuah tongkat. Ya, sebuah tongkat logam. Saat membawa tongkat logam itu, dia baru saja mengambil beberapa langkah ketika disambar petir.

Saat dia kehilangan kesadaran, Jayden ingin memukul habis orang sialan yang memberinya tongkat itu, tapi saat dia bangun, ada kejutan menantinya. Dia mendapatkan sistem yang akan membantunya mendapatkan gadis-gadis dan membuatnya lebih kuat.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon BRAXX, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

HAH... NAIK MOTOR?

Jayden duduk di meja sudut di kedai kopi yang nyaman itu, memainkan ponselnya dengan gelisah sambil menunggu Lyra. Dia sudah berada di sana sekitar satu jam atau lebih, menggulir ponselnya sambil merencanakan kencan hari ini untuk Lyra.

Tiba-tiba bel kecil di atas pintu berbunyi, dan secara refleks Jayden mengangkat pandangannya dari ponsel. Jantungnya berdegup kencang saat dia melihat ke atas untuk memastikan siapa yang masuk, beberapa kali sebelumnya hanya kekecewaan. Tapi kali ini, benar-benar Lyra yang melangkah masuk.

Saat dia masuk, seolah semua mata tertuju padanya, bukti dari kecantikannya yang memancar. Rambut gelap Lyra tergerai di bahunya, menangkap cahaya hangat kafe. Senyumnya memadukan pesona dan keakraban saat tatapannya bertemu dengan Jayden, membuat dadanya berdebar.

Dia mengenakan gaun putih yang sederhana namun elegan. Gaun itu menonjolkan lekuk tubuhnya di tempat yang tepat, dan kepercayaan dirinya terpancar dari caranya membawa diri. Jayden tak bisa menahan diri untuk mengagumi bagaimana gaun itu begitu sempurna melengkapi sikap anggunnya.

Jayden berdiri saat Lyra mendekat, senyum tulus merekah di wajahnya. "Kau... Kau... Kau... Kau terlihat sangat luar biasa," pujinya, tatapannya sempat berlama-lama padanya, "Pantas menjadi wanitaku."

Pipi Lyra memerah lembut, dan dia dengan main-main menepuk lengannya. "Che... Siapa wanitamu? Kau cuna bercanda."

"Tidak, serius," Jayden bersikeras, senyumnya tak pudar. "Lihat sekeliling... Kau berhasil membuat banyak kepala menoleh kearahmu."

Senyum malu Lyra berubah menjadi senyum lembut. "Yah, terima kasih. Kalau kau sudah selesai, kita berangkat sekarang?"

Dengan anggukan, Jayden memberi isyarat agar dia memimpin jalan. Lyra melangkah percaya diri ke arah meja kasir, dan Jayden mengikutinya, menikmati ayunan anggun bokongnya saat ia berjalan. Dia tak bisa menahan perasaan celananya mengencang dan sensasi antusias membayangkan waktu yang akan dihabiskan bersamanya.

Di balik meja berdiri seorang pria setengah baya yang tampaknya mengenal Lyra dengan baik. "Lyra! Lama tak bertemu," serunya, matanya berbinar.

"Hai, Finn!" Lyra menyapa dengan senyum hangat. "Bagaimana bisnis nya?"

"Tidak ada keluhan. Kalian dari rumah sakit tidak pernah membiarkanku beristirahat," jawab Finn, matanya berkilat. "Jadi, mau pesan apa hari ini?"

Lyra melirik Jayden, dan dia mengangguk.

"Aku hanya ingin ice tea," katanya, sambil tersenyum kikuk.

Finn mengalihkan perhatiannya ke Jayden. "Dan untukmu, sayang?"

"Hanya cold coffee, tolong," jawab Jayden dengan sopan.

Finn mengangguk dan segera menyiapkan pesanan mereka. Sambil menunggu, Lyra menatap Jayden dan bertanya, "Apakah kau menikmati tempat ini?"

"Tentu," jawab Jayden sambil tersenyum. "Ini kafe yang cukup bagus."

Minuman mereka segera siap, dan Lyra meraih dompetnya untuk membayar. Namun sebelum ia sempat melakukannya, Finn berbicara, "Oh, ya, temanmu sudah membayarnya."

Lyra menatapnya dengan kaget, alisnya berkerut. "Temanku?"

Finn menunjuk ke arah Jayden, yang tersenyum dan melambaikan tangan santai. Lyra menoleh padanya, bibirnya membentuk cemberut main-main. "Kau tidak perlu melakukan itu, tahu. Seharusnya aku yang membayarmu."

Jayden mengangkat bahu, sorot nakal di matanya. "Anggap saja sebagai tanda terima kasih untuk semalam. Biarkan Aku mentraktirmu untuk pengalaman yang luar biasa itu," Jayden berbisik.

"Kau..." Wajah Lyra memerah saat ia merasakan napas Jayden di lehernya. Dia memutar mata, tapi senyumnya mengkhianati rasa senangnya. "Baiklah. Kali ini aku biarkan saja," kata Lyra sambil meraih minumannya dan melangkah keluar kafe dengan langkah cepat.

"Menarik... Apa yang kau katakan padanya?" Finn bertanya pada Jayden, matanya penasaran menatap Lyra.

"Tidak ada... Hanya mengungkapkan cintaku padanya," Jayden menyeringai dan mengikuti Lyra keluar sambil membawa minumannya.

"Hei, tunggu aku," di luar, Jayden memanggil Lyra saat ia menyusulnya.

"Kenapa aku harus menunggumu?" Lyra memalingkan wajahnya. "Kau hanyalah anak laki-laki yang belum dewasa.”

[ 1. Batalkan rencana (Godaan +5)

2. Coba menenangkan Lyra (Godaan +10) ]

‘Tidak mungkin aku akan melakukannya,,’ Jayden menatap opsi kedua dan memandang sistem dengan jijik. 'Aku tidak akan mengemis di depannya...'

"Kalau begitu kurasa kau tidak ingin berkencan dengan orang mesum sepertiku. Kita harus membatalkan rencananya," Jayden berpura-pura terlihat kecewa.

"Kenapa? Kapan aku bilang kita membatalkan kencan?" Lyra menatap Jayden dengan sorot mata tajam. "Katakan padaku, kita akan pergi ke mana?"

"Aku berpikir untuk menonton film, lalu berbelanja sedikit, dan mengakhirinya dengan makan malam yang menyenangkan. Tapi sekarang..." Jayden menggelengkan kepalanya.

"Terdengar bagus," Lyra setuju dan merangkul lengan Jayden. "Aku tahu tempat yang bagus. Tapi agak jauh. Jadi biar aku panggil taksi.”

"Taksi?" Jayden ragu sejenak, pikirannya sempat mempertimbangkan ide itu. Dia tahu itu saran yang praktis, tapi ada sesuatu yang menahannya.

"Ada apa?" Lyra hendak memesan taksi, tetapi ia berhenti.

"Sebenarnya, Aku datang ke sini naik motorku," Jayden memberi tahu Lyra.

Mata Lyra berbinar oleh rasa ingin tahu dan sedikit kegembiraan. "Kau naik motor? Kedengarannya menyenangkan."

Jayden terkejut oleh antusiasmenya, keraguannya sejenak terlupakan.

"Kau... ingin naik motor denganku?" Jayden tampak agak bingung.

Lyra mengangguk bersemangat, senyum tulus menerangi wajahnya. "Kenapa tidak? Ini bisa jadi sebuah petualangan."

Jayden berkedip, terkejut oleh jawabannya. Dia tidak menyangka Lyra akan begitu antusias tentang naik motornya. Dia melirik motornya yang terparkir di dekat sana, campuran emosi berputar di dalam dirinya.

"Jangan bilang kau belum pernah naik motor?" Ungkap Jayden.

"Iya... Belum pernah sama sekali," Lyra mengangguk, "Aku ingin mencobanya."

'Kau sudah pernah menunggangi penis tapi belum pernah naik motor. Masuk akal kah?' Jayden ingin bertanya, tapi dia menahan rasa penasarannya.

"Kau yakin? Ini bukan perjalanan paling nyaman, dan... Yah, Kau memakai gaun," Jayden bertanya sebagai gantinya.

Lyra menepis kekhawatirannya dengan gerakan meremehkan. "Ayolah, Jayden. Aku siap untuk sedikit petualangan. Lagipula, Aku tidak memakai sesuatu yang terlalu berlebihan. Akan baik-baik saja," Lyra memamerkan gaunnya.

"Baiklah, kalau kau yakin, ayo kita lakukan. Tapi motorku bukan yang terbaik. Nanti jangan menyalahkanku," kata Jayden sambil tersenyum.

"Ahh... Kau terlalu banyak bicara," Lyra mengeluh. Matanya berkilau penuh kegembiraan saat Dia melangkah lebih dekat kepadanya. "Tentu saja. Tunjukkan jalannya."

Jayden terkekeh mendengar nada main-mainnya. Yah, sekarang dia tidak perlu kembali mengambil motornya nanti.

~ ~ ~ ~ ~

Bibir Lyra sedikit bergetar saat ia mengamati motor itu, pikirannya berpacu di balik matanya. Dia menghargai tawaran Jayden untuk naik motor, tetapi ia tak bisa menyingkirkan sedikit keraguan. Honda Navi itu tidak seperti motor mana pun yang pernah ia lihat sebelumnya, dan dia tidak sepenuhnya yakin harus berpikir apa tentangnya.

Ketika Jayden membawa Lyra ke motornya, sebuah Honda Navi, dia tak bisa tidak menyadari keraguannya. Ekspresinya tetap netral, tidak menunjukkan apa pun tentang apa yang mungkin dia pikirkan.

"Jadi, ini motorku, Honda Navi," Jayden memberi tahu Lyra.

Lyra menatap motor itu sejenak sebelum beralih ke Jayden dengan senyum sopan. "Ini... lucu."

Jayden menangkap nada halus di balik jawabannya. Dia merasa Lyra mungkin tidak sepenuhnya nyaman dengan ide naik motor seperti ini. Dia menggaruk kepalanya dengan gugup.

"Kalau kau tidak nyaman dengan ini, kita bisa menaiki taksi saja. Itu tidak masalah," saran Jayden.

Mata Lyra bertemu dengannya, dan dia tampak ragu sejenak sebelum akhirnya berbicara.

"Oh, tidak, bukan itu. Maksudku, aku tidak mengatakan bahwa motormu yang bermasalah. Ini bagus... Hanya saja..." Lyra mencoba membenarkan kata-katanya. Namun pada akhirnya dia tetap berhenti sebelum mengatakannya.

Alis Jayden terangkat, "Apa itu? Katakan saja. Mungkin Aku bisa menyesuaikannya untukmu," tanya Jayden.

"Yah begini... Ini... Joknya terlalu kecil. Kalau kita berdua maka kita akan..." Lyra tersipu saat mengatakan itu. Dia tidak menyelesaikan kalimatnya, tapi pesannya tersampaikan dengan sangat jelas kepada Jayden.

"Kau... Itu memang tujuan utama mengajakku naik motor. Menurutmu kenapa lagi kita melakukannya?" Jayden menatap Lyra dengan wajah tercengang.

"Itu alasannya?" Lyra menatap Jayden, mencoba memastikan dia mendengarnya dengan benar. Dan Jayden mengangguk.

"Apakah semua laki-laki biasanya berpikir seperti ini dalam kehidupan sehari-hari?" Lyra bertanya dengan serius.

"Kau tidak perlu memikirkan pria lain. Fokus saja padaku," kata Jayden. Dia menaiki motor dan memberi isyarat agar Lyra naik di belakangnya. Dia ragu sejenak, pandangannya terkunci pada Jayden dengan campuran antisipasi dan sedikit gugup.

"Kau yakin dengan ini, kan?" Lyra masih belum sepenuhnya yakin.

Jayden membalas tatapannya dengan senyum meyakinkan. "Tentu saja. Pegang aku erat-erat, dan kita akan baik-baik saja."

Dengan anggukan ragu-ragu, Lyra memposisikan dirinya di belakang Jayden, lengannya secara naluriah melingkari pinggangnya. Rasa kedekatannya mengirimkan getaran ke tulang punggung Jayden, tetapi dia fokus menjaga ketenangannya.

'Kenapa mereka selembut ini?' Jayden mengutuk nasibnya, 'Aku ingin merasakannya. Tapi bagaimana sesuatu yang selembut ini bisa terasa begitu menyakitkan?' Jayden menunduk ke arah ereksi yang menonjol di celana jinsnya dan tersenyum kecut. Apakah dia baru saja menjebak dirinya sendiri?

1
ariantono
up
BoBoiBoy
keren
july
teruskan thor
july
sangat menakjubkan
july
percepat
july
sip author
Afifah Ghaliyati
😍😍
Afifah Ghaliyati
😍
Pramudya Yudistira
👍👍👍
eva
update
eva
up
Irzamaulana Maulana
percepat
Irzamaulana Maulana
percepat
Pramudya Yudistira
sejauh ini menarik..lanjutkan min
eva
up
eva
hot
ariantono
mantap
Stevanus1278
update
Stevanus1278
up
vaukah
update
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!