NovelToon NovelToon
CANDUNYA SANG CASANOVA, MALIKAKU

CANDUNYA SANG CASANOVA, MALIKAKU

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / CEO / Cinta setelah menikah / Nikah Kontrak / Pembantu / Pernikahan rahasia
Popularitas:41.6k
Nilai: 5
Nama Author: uutami

Sean, seorang Casanova yang mencintai kebebasan. Sean memiliki standar tinggi untuk setiap wanita yang ditidurinya. Namun, ia harus terikat pernikahan untuk sebuah warisan dari orang tuanya. Nanda Ayunda seorang gadis yatim piatu, berkulit hitam manis, dan menutup tubuhnya dengan jilbab, terpaksa menyanggupi tuntutan Sean karena ulah licik dari sang Casanova.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon uutami, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 18

"Gimana?"

Sean menaik-turunkan alisnya. Dari sini saja, Nanda tau Sean hanya mempermainkannya. Menarik bantal sofa dan melemparkannya ke wajah Sean.

"Nggak bisa!" Seraya berdiri dan berjalan pergi.

"Mau kemana? Aku belum selesai! Wooii! Malika!"

Sean berteriak, pandangan matanya mengikuti langkah Nanda yang menjauh masuk ke kamarnya. Lelaki itu tertawa tanpa suara, lalu menggeleng kepala.

"Dia lucu sekali. Enaknya diapain ya?"

Keesokan paginya,

"Aku serius."

Nanda mendongak menatap lelaki yang sudah sangat rapi dengan pakaian kerjanya. Menggeret kursi dan duduk di meja makan.

"Aku serius mau belajar renang, Mal."

Nanda mencebik tanpa mau menjawab. Sean menatapnya, lalu berdecak kesal. Menarik piring dan hendak mengisinya dengan nasi. Sebelum centong berhasil ia ambil, wadah nasi sudah Nanda tarik menjauh.

"Apa ini?" Protes Sean mendelik pada Nanda.

"Kak Sean masih punya hutang dua ratus lima puluh padaku! Kalau mau makan bayar dulu dua ratus lima puluh!"

Sean terperangah tak percaya.

"Kakak sendiri kan yang hilang bakal kasih dua ratus kalau bisa lolos," tukas Nanda masih mempertahankan nasinya.

"Iya, iya," ujar Sean setelah hati. Mengeluarkan dompet dan menarik uang merah dan biru. Lalu meletakkannya di atas meja dengan tepukan keras.

"Kau membuatku bangkrut," dengus lelaki itu."Kemarikan nasinya!"

Nanda mengambil uangnya dengan cepat, barulah ia menyerahkan tempat nasi pada Sean.

"Kenapa masih di rumah?" Sambil menyendok nasi.

"Masuk siang."

"Bungkuskan satu buat ntar siang."

Nanda menatap heran lelaki yang mulai menyantap makanannya.

"Nggak makan di luar?"

"Nggak ada uang. Kamu nggak sadar sudah memerasku dari semalam?"

Nanda menahan senyum, "ini lauk semalam. Kalau buat nanti siang udang nggak enak."

"Terus aku makan apa?" tanya Sean dengan mulut penuh.

"Masa bos nggak ada uang?"

Dengan kesal Sean meletakan dompetnya ke atas meja, lalu mendorongnya ke arah Nanda.

"Lihat! Ada uangnya nggak?"

Nanda tentu saja tak percaya, mengambil dompet Sean dan membukanya. Hanya ada uang dua puluh ribu dan dua ribuan satu.

"Ada beberapa kartu di sini," ucap Nanda mematahkan ucapan tak punya uang Sean seraya menunjukan deretan kartu di dompet Sean.

"Itu punya perusahaan. Uang banyak karyawan di sana," ucap Sean beralasan. "Lainnya kartu kredit."

"Nah, udah biasa utang, utang aja lah." Nanda mencebik seraya mengembalikan dompet Sean.

"Utang apaan?" Sean mendelik.

"Ya itulah, kartu kredit. Itu kan utang."

"Ini bedalah sama utang. Ku jelasin juga kamu nggak ngerti."

"Sa-ma!"

Sean mendengus,"Makan siangku gimana?"

"Ya makan aja, kan banyak warung."

"Di bilang nggak punya uang, juga," gemas Sean.

Nanda mengetuk-ngetuk meja berpikir. "Aku masuk siang, jam makan siangmu juga sudah lewat. Kenapa nggak pulang saja makan di rumah kalau uangmu habis."

"Jauh." Sean beralasan. Nanda terkekeh. Nyatanya hanya makan dua puluh menit perjalan ke kantor.

"Jadi, mau COD an? Aku nggak mungkin nganter ke kantor, nanti ketahuan."

"Ya udah, COD aja," sahut Sean menyetujui seraya mengusap bibir dengan tisu setelah meminum setengah gelas air putih sebagai penutup sarapannya.

Berdiri dari duduknya, melirik kotak toples yang masih tersisa beberapa butir onde-onde mini dan mocil.

"Ini aku bawa, buat ganjal dijalan, macet suka bikin laper," cetus lelaki itu menyaut kotak itu.

"Satu bijinya lima ratus perak. Itu ada sepuluh. Jadi lima ribu," cetus Nanda.

"Astaga!" Dengan kesal Sean mengeluarkan uang dua ribuan.

"Kok dua ribu? Kan masih ada dua puluh itu didompet."

"Utang!" Dengus Sean melangkah lebar.

Nanda menggeleng, mengikuti punggung Sean yang menghilang di balik pintu dapur.

"Apalah, dia ini, semua makananku diembat," gerutunya, "mana cuma dua ribu lagi."

.

.

.

"Makasih ya, onde-onde kamu enak banget. Kanaya suka."

Suara Irham terdengar ketika Sean melintas melewati salah satu lorong. Ia menoleh ke sana, lelaki berambut cepak itu sedang mengobrol lewat sambungan telpon.

"Enggak. Langsung habis kemarin malah," ucap lelaki itu. "Putu ayu juga enak kata ibuk. Kamu pinter banget ya ngolah makanan."

Sean melihat sisa mocil dan onde-onde di dalam kotak toples yang ia bawa, lalu mendengus kesal. Membawa langkah dengan lebih lebar ke ruangannya.

"Sialan! Padaku perhitungan sekali, sama lelaki itu malah kasih gratis," umpanya melempar begitu saja kotak berwarna biru ke meja kerjanya."Bikin jengkel saja."

Waktu berlalu, Nanda sudah menyiapkan makan siang Sean dalam kotak makan. Hari ini ia hanya memasak bahan yang tersisa di kulkas. Buncis dan brokoli yang di orek dengan telur. Tidak ada tambahan lain karena memang bahan udah habis.

Nanda menunggu di tempat tadi pagi ia dan Sean sepakati sebagai tempat cod. Tak jauh dari rumah dan kantor, pas di tengah-tengah. Nanda menanti dengan sabar sambil duduk di trotoar, jalan itu termasuk sepi, jadi aman bagi Nanda untuk duduk di sana.

Setengah jam berlalu, Nanda melihat jam di gawainya. Mengecek lagi pesan yang sudah ia kirimkan pada Sean. Sudah berganti dari abu-abu ke centang biru. Itu artinya sudah dibaca walau tidak di balas.

"Lama banget, ngapain aja sih? Apa dia sibuk banget?"

Nanda melihat ke ujung jalan dimana Sean diperkirakan akan muncul nanti.

Di sisi lain, di kantor Sean.

"Nunggu aja kamu sampai ubanan, nggak bakal aku datang. Bikin jengkel saja," gumam Sean tersenyum melihat gawainya. Dimana di sana terpampang pesan dari kontak bernama Malika yang sengaja tak ia balas.

Meletakkan gawainya di meja, fokusnya kembali pada seorang karyawan yang tengah mempresentasikan di depan sana.

.

.

Dengan menahan jengkel di dada, Nanda beranjak dari tempat COD dengan lelaki yang tak kunjung datang.

"Kalau memang sibuk, harusnya bilang. Jadi aku tak menunggu selama ini," gerutu Nanda.

Kembali ke rumah dengan tergesa karena waktu sudah sangat mepet dengan jam kerjanya. Mengganti baju dengan seragam kerja, lalu pergi dengan cepat menggunakan ojek online.

Sesampainya di kantor, ia langsung mengerjakan tugasnya. Karna ia sempat terlambat lima belas menit dan tidak ikut apel. Alhasil ia kena tegur leadernya. Sebagai hukuman, Nanda harus membersihkan toilet di lantai atas.

"Loh, kamu kok di sini, Nda?" Irham merasa heran melihat Nanda sedang menyikat toilet di lantai lima."Ini bukan areamu kan?"

"Iya, mas. Tadi Nanda telat. Jadi kena hukum deh," ujar Nanda malu.

"Nggak biasanya kamu telat. Ada apa?"

"Tadi ada urusan yang menyita waktu sangat lama, jadi..."

"Tapi.... Malah jadi ketemu kamu di sini kan?" Kekeh Irham.

"Mas Irham juga masuk siang?"

"Iya, tapi nanti baliknya duluan aku."

"Hehe, iya mas."

"Nggak bisa bareng dong," cetus lelaki itu berulang kali memberi sinyal pada Nanda.

Bukannya Nanda tak menangkap sinyal itu, hanya saja, ia cukup sadar diri siapa. Tak mungkin seorang leader gudang akan melirik padanya yang hanya seorang cleaning servis, mending kalau cantik, ia juga sadar jika tampilan dirinya tak seindah gadis-gadis lain, namun ia tak lantas mengeluh, hanya sadar diri saja. Agar tak jatuh dan terluka karena secuil rasa yang disebut cinta.

Sinyal yang Irham berikan hanya Nanda anggap sebagai candaan pembunuh waktu kala bersama. Lagi pula, Irham memang orang yang ramah pada siapapun.

"Mas duluan ya, masih ada kerjaan nih," pamit Irham.

"Iya mas."

Irham melangkah keluar dari toilet. Nanda melanjutkan menggosok lantai toilet. Tiba-tiba pintu toilet di buka dan diganjal dengan ember air pel, membuat Nanda tersentak kaget.

1
Cinta_manis
iya, nih
Nur Adam
lnjut
Cinta_manis: oke ka, 😊
total 1 replies
azalea_lea
haduh...
kok bisa ada dtempat yg sma yaaa??
apa yg akan terjadi??
lanjut thor 🙏🌹❤👍🤔🤭
Cinta_manis: makasih Kaka, siap lanjutin 😊
total 1 replies
Uthie
Wadduuhhhh...salah paham itu 😥
Cinta_manis: iya, nih kak 🤧
total 1 replies
Uthie
Tuhhh kaann.. 😂
azalea_lea
nahloh siapa itu yg datang??
sampai bikin malika kaget
🤔👍❤🌹🙏
Yessi Kalila
tamu siapa yaaaa....
Uthie
surprise.. itu... kayanya mertua yg datang dehh 🤩😁😁
Yessi Kalila
hahah....kirain mau bilang apa...ternyata iiii....temm.....😄😄😄
azalea_lea
hahaahaa semakin kamu menyangkal perasaanmu kamu akan semakin tersiksa sean
hayooh nti terlambat loh keburu diambil irham
🤣🤣🙏🌹❤👍
Uthie
Hahaha... Nanda...terus jaim dan pegang teguh kamu agar gak mudah jatuh ada si Sean itu 💪😆
mending kamu terus aja hubungan sama Irham 👍👍👍😁
azalea_lea
hahaaa dasar kau malika siap siap saja nanti dibucinin sean
🤣🙏🌹❤👍
Uthie
Nahhh.. tuhhh.. udah tindihan aja itu 😂😂😂
Asih Rara
malika kedelai hitam..top markotop😂
Desmeri epy Epy
lanjut thor
azalea_lea
siapa malika??? hyaoo kalian cari tau s
heheee... pasti kaget lou tau 🤭🙏🌹❤👍
Uthie
Akhirnya... mengakui jugaa 🤩🤩😁👍
Yessi Kalila
Malika....akhirnya jatuh cinta juga...😄😄
Nur Adam
lnjut
azalea_lea
hahaaa malu yaa kamu maura
dah tau sean udah muak sama kamu udah dblokir pula ehhh PD bgt sok nlpon2
🤭👍🌹❤🙏
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!