Gadis Penggoda Duda

"Jadi kamu diajak ke klinik kecantikan terus dibayarin paket perawatan sebulan empat kali?" Selfia berseru semangat mengkonfirmasi ulang cerita yang baru ia dengar dari Agnes.

"Iya, bahkan kita sempet nonton juga di bioskop. Pulang jam 8 malam." jawab Agnes tidak bisa menyembunyikan kebahagiaannya.

Selfia langsung mengacungkan jempol. "Mantap! Gitu dong, jangan sedih-sedih lagi. Orang udah dapet pengganti idaman ciwi-ciwi. Ganteng, perhatian, royal."

"Tapi terlalu kecepetan ga ya kalo aku tiba-tiba suka dia?" tanya Agnes takut dibilang perempuan gampangan.

"Engga, kita realistis aja lah. Udah diselingkuhin sampe gagal nikah terus dilabrak tunangan orang, masa mau meratapi nasib terus. Kamu harus berubah, Nes. Harus menjalani hidup lebih baik lagi, dapat pasangan yang lebih baik lagi. Meskipun kamu sama Mas Daru baru kenal, menurut mu ga ada masalah kalo kalian menjalin deket. Atau kamu melakukan pendekatan lebih jauh. Tapi kamu udah mastiin kan, kalo dia jomblo?"

"Aku udah nanya ke Mas Daru, dia jomblo. Makanya berani ajak keluar aku. Kata dia, hidupnya sepi karena dirumah tinggal mamanya. Jadi pas kenal aku dia seneng dapet temen baru. Mana jarak kontrakan aku sama komplek rumahnya deket. Jadi kalo mau main tinggal cus ngeng sampe." kata Agnes yang memang sudah menanyakan itu saat mereka keluar malam.

"Nah itu jomblo. Gas aja lah, ngapain takut dan ragu. Kalo ada yang bilang kamu kok gampang banget cari pengganti tinggal jawab aja, kenapa harus lama-lama meratapi hubungan yang kandas akibat perselingkuhan. Nanti aku tambahin salam tabok pipi deh kalo mereka. asih nyerocos jelekin kamu." ujar Selfia menyemangati Agnes.

Selfia benar-benar senang melihat Agnes tampil cerita tanpa harus pura-pura kuat. Dia senang melihat Agnes langsung merasakan kembali era butterfly.

"Eh kayaknya hari ini kamu mulai ubah penampilan ya?" sambung Selfia melihat Agnes memakai blazer oversized, inner tanktop dan celana high-waist. Tampilan smart casual yang tetap santai, sangat cocok sekali pada Agnes. "Cantik banget temen aku ini." puji Selfia dengan tulus.

"Aku semalem cari referensi di internet. Pas banget aku juga punya di lemari jadi aku coba aja." jawab Agnes merasa senang karena penampilannya tidak gagal.

TOK TOK TOK

"Pagi Mbak Agnes, ini ada kiriman bunga buat Mbak Agnes." seorang OB masuk dengan membawakan bucket bunga segar yang harumnya tersebar ke ruangan.

Agnes segera menerimanya. "Ini dari siapa pak?" tanyanya bingung, merasa tidak memesan.

"Ga tau Mbak, tadi saya cuma diminta tolong bagian keamanan aja biar nganter. Mungkin di dalam ada memonya mbak. Ya udah saya permisi ya, mbak." jawab OB itu langsung pergi.

"Itu ada kartu ucapannya, Nes." tunjuk Selfia melihat memo tertempel di dalam bucket.

Segera Agnes mengambil dan membacanya.

Pagi Agnes, semangat menjalani aktivitas. Kata orang, melihat bunga cantik dan segar itu bikin semangat. Jadi aku kirimkan ini untukmu. Biar semangat dan ga patah hati terus ya! ~ Handaru

"Woh dari Mas Daru." seru Selfia menggoda Agnes.

"Sel, ini beneran ga sih?" tanya Agnes salting.

PLAKKK

"Aduhh.... "

Selfia memukul tangan Agnes. "Sakit kan? Berarti beneran."

"Widih, pagi-pagi udah dapet kiriman bunga aja nih. Wanginya nyebar ke semua sudut ruangan ini." Mas Rio baru saja tiba langsung mendekati meja Agnes.

"Lagi era butterfly mas. Semangatin aja dia, biar ga sedih mulu pikirannya." jawab Selfia melirik Agnes.

"Jelas ini harus kita semangatin terus. Penting yang sekarang cowok baik-baik kan?" ujar Mas Rio bertanya menyelidik.

"Baik Mas, udah beberapa kali bantuin Agnes."

"Kapan-kapan ajak kita ketemu lah, makan bareng gitu. Biar kita juga tahu orangnya seperti apa. Iya ga, Mas Wahyu?" ucap Mas Rio melemparkan pertanyaan pada Mas Wahyu yang sedang ngopi santai melihat mereka.

"Betul itu. Ajak ngopi bareng juga boleh." jawab Mas Wahyu mengangkat gelas kopinya.

"Cuma temen biasa kok Mas, Selfia terlalu berlebihan." Agnes berkata dengan malu.

"Temen mana yang pagi-pagi kirim bunga seger? Itu tanda-tanda cowok lagi PDKT, Nes." sahut Mas Wahyu meledek.

"Mbak Agnes, seger banget itu bunga. Dari depan lorong sana udah ke cium wanginya." Andi juga baru tiba, langsung mendekati meja Agnes.

"Ini pasti mahal ya, Icha." ujar Andi menirukan gaya seorang pemain film India yang dulu sering di tonton ibunya.

"Kalo bunga asli emang mahal. Yang kecil aja kisaran 80 ribu, itu juga kadang isinya campuran, ga semua bunga dengan kualitas bagus. Aku yakin sih itu harganya bisa diatas 300 ribu. Kualitas bunganya ga main-main." Wita, seorang karyawan senior yang tengah hamil tua ikut berkomentar. Dia cukup paham dengan macam-macam bunga dengan kualitas terbaik.

"Anjay 300 ribu duit ngopi kita pagi sore selama dua bulan." kata Mas Rio menggelengkan kepala.

"Itu pun kopi rencengan yang dijual di warung." sahut Mas Wahyu membuat mereka tertawa.

"Kalo kata mbak sih jangan dilepas, Nes. Pepet terus sampe halal. Duitnya pasti banyak itu cowok. Kita harus realistis, hidup butuh duit. Biaya apapun sekarang mahal. Cek kandungan ini bayi dalam perut aja bisa satu juta. Kecuali ke bidan desa apa puskesmas. Tapi namanya orang kerja ga bisa kan asal ambil libur." Mbak Wita memberikan saran yang diangguki oleh Mas Rio dan Wahyu.

"Bener itu kata Mbak Wita. Kemarin anakku imunisasi sama beli vitamin aja rogoh duit hampir 2 juta. Kita sebagai orang tua tetep pengen yang terbaik buat anaknya. Jadi jangan asal pilih suami buat Agnes dan Selfia. Buat Andi juga, jangan cepet-cepet mau nikah kalo buat diri sendiri aja masih susah, masih mendang mending. Kan punya anak itu atas perbuatan kita, anak juga karunia Tuhan. Jadi jangan sampe lah anak lahir dan hidup dalam kondisi kesusahan." Mas Rio memberikan wejangan positif untuk mereka.

"Periksa di fasilitas kesehatan emang bagus juga. Cuma inget, kesibukan kita sebagai kepala keluarga seperti apa, kesibukan istri juga seperti apa. Kalo bisa periksa anak itu berdua, jadi sama-sama tahu kondisi tumbuh kembang anak. Aku sendiri ga pernah periksa di puskesmas, yang emang lebih murah. Bukan apa-apa, kalo ke puskesmas harus izin dulu, mana lagi antri lama, kadang anak udah rewel. Jadi ya akhirnya ke rumah sakit aja lah. Mahal dikit penting aktivitas kita lancar, tumbuh kembang anak juga kita paham." Ujar Mas Wahyu ikut berkomentar.

"Wah apa ini pagi-pagi udah bahas tumbuh kembang anak aja." Aina baru masuk ruangan, dia memang sudah tiba bersama Agnes dan Selfia. Tapi tadi harus ke ruang arsip mencari sesuatu.

"Ini juga, jangan nikah cepet-cepet. Kerjaannya tiap hari update status galau karna pacarnya susah dihubungi. Namanya kerja buat negara emang ga mudah, taruhannya nyawa." kata Mas Rio membuat Aina bersungut kesal.

"Ihh siapa juga mau nikah cepet. Orang hubungan Aina sama abang langi break. Dia sibuk banget, masa nelpon seminggu sekali, itupun sinyal putus-putus. Berasa jadi orang oon kalo telponan sama abang, hah hah apa bang."

Perkataan Aina membuat kami tertawa, apalagi gadis itu memang lucu setiap menceritakan pengalaman pacarannya dengan Abdi Negara. Ada saja keluh kesah yang Aina ceritakan tiap hari dijam makan siang.