Hipotermilove

Suara Tiara yang seperti cleret (petir) di siang hari ternyata cukup berguna dalam kondisi kayak begini, Yagsa dan para Lowo lainnya berhasil menemukan keberadaan Den ketika mereka mendengar suara Tiara yang melengking cemengkring itu.

Ternyata memang para Lowo dan temen-temen satu tongkrongan Den yang lain lah, yang sedang membantai anak buah Tikar. Tak tanggung-tanggung, mereka datang bukan menggunakan motor atau mobil, melainkan truk! Iya truk! Sekelompok manusia yang ditampung dalam wadah truk itu bersenjatakan cangkul, linggis, sabit, parang, bambu runcing, ketapel, juga benda benda tumpul lainnya. Benda tumpul di balik celana masing-masing nggak diitung sebagai senjata ya gaess ya!

Pintu yang memang sudah terbuka memudahkan para master Lowo buat masuk ke dalamnya. Abis deh itu orang yang nembak Den dibikin hidup segan mati tak mau. Gimana nggak kelojotan nyaris didatengin malaikat Izrail kalau master Lowo memperlakukan si preman dengan nggak manusia sama sekali. Kaki pindah ke muka, ke perut, ke dada, dan ke bagian di mana semua pria amat sangat membanggakan keberadaannya.. pokoknya abis itu manusia satu diinjek-injek oleh para Lowo.

Setelah puas membabat habis markas Tikar, para Lowo langsung membawa Den ke rumah sakit yang paling dekat dengan lokasi penculikan. Nggak cuma gradak gruduk saja, tapi para Lowo juga mengorek informasi tentang siapa dalang di balik penculikan dan penganiayaan, juga percobaan pembunuhan yang mereka lakukan kepada Den.

Satu orang preman di sana diseret Slamet juga Cireng untuk diajak healing ke kantor polisi guna mempertanggungjawabkan perbuatannya. Dan preman yang lain yang masih napas dipaksa memberikan informasi tentang keberadaan Tikar dan Pras, raja demit yang sesungguhnya!

Sedangkan Yagsa, dia sudah mondar-mandir di rumah sakit untuk mengurus Den yang langsung di bawa ke ruang operasi. Ada Tiara di sana yang terus menangis. Yagsa jadi pegel sendiri melihat Tiara yang nggak berhenti mewek meski Den sudah mendapat penanganan medis.

"Mbak, bisa diem dulu nggak? Aku mau ngabarin istrinya Den ini lho, kalo mbak nya nangis terus nanti orang-orang pada mikir kalo aku ngapa-ngapain mbaknya!" Yagsa sampai menaikkan intonasi suaranya ketika bicara dengan Tiara saking frustasinya.

Bukannya mereda, tangisan Tiara malah semakin menjadi-jadi. Yagsa geleng kepala lalu melanjutkan langkahnya agak menjauhi Tiara. Ini urgent! Nggak ada waktu buat menunda-nunda memberi kabar tentang keadaan Den kepada Tisya.

Terhitung delapan kali panggilan tak terjawab yang bakal terpampang di layar ponsel Tisya nantinya, kepala Yagsa makin nyut-nyutan rasanya. Ini wadon satu pergi kemana coba? Ya kali ke kamar mandi sampai bisa sebudek itu hingga nggak denger kalo hp nya bunyi tanpa jeda! Kecuali rumahnya di Blok M, sedangkan kamar mandinya di ujung Tangerang, beda kasus kalo kayak gitu ceritanya!

"Ini mbak Titis pergi kemana sih? Ya kali aku nelpon genep mabelas kali (15x) kagak denger denger juga itu kupingnya! Selain galak, dia juga bolot gitu?? Wah.. Luar biasa sekali istri mu Den Den!" Yagsa bicara sendiri.

sudah cukup. Dia putuskan untuk ngasih pesan singkat berupa chat saja kepada Tisya. Siapa tahu memang Tisya sedang sesibuk itu sampai tak bisa bawa hp kan ya?

'Bojomu di rumah sakit mbak Titis! Kena tembak preman, sekarang masih dioperasi. Cepat ke sini mbak.' Sudah diketik, tinggal dikirim tapi dihapus lagi.

'Den ada di rumah sakit. Kritis.'

Udah. Itulah yang Yagsa kirimkan. Masa bodoh mau dibales atau nggak, Yagsa kantongi lagi ponselnya. Dia berlari kecil menuju ruang operasi. Masih ada Tiara di sana. Melihat kondisi Tiara yang berantakan dengan darah hampir mengering di baju serta tangannya, Yagsa jadi tak tega. Dia merasa bersalah udah sedikit membentak perempuan ini tadi.

"Bersihkan dirimu mbak. Pakai ini. Di ujung sana ada kamar mandi, mau dianter apa pergi ke sana sendiri?" Yagsa melepas jaketnya.

Tiara mendongak, dia melihat jaket yang disodorkan Yagsa ke arahnya. "T-Terimakasih.. Saya bisa ke sana sendiri..." Pelan sekali suara Tiara.

Gadis itu berjalan semakin menjauh dari pandangan Yagsa. Yagsa menghubungi Cireng dan Slamet agar cepat menyusul dirinya ke rumah sakit, setelah itu dia duduk diam dengan hati tak tenang terus menatap ke arah ruang operasi.

"Jangan mati dulu Den.. Yang lanjutin jadi tokoh teraniaya dan paling terjolimi di nopel ini nanti siapa kalo kamu mati duluan?" Sambil meraup mukanya sendiri Yagsa berkata demikian.

Yang datang bukan Tisya tapi Jiwan. Mertua Den itu mendekati Yagsa yang sedang duduk di kursi tunggu. Dari Yagsa, Jiwan mendapat informasi jika Den diculik dan ditembak oleh preman yang berkerja untuk Pras, adiknya.

Bukan hanya itu, Yagsa juga bercerita jika mungkin saja Den akan terkenal sebentar lagi. Viral bukan karena berita tentang penculikannya tapi tentang fitnah yang sudah dirancang Pras untuk menghancurkan menantunya sampai rata serata ratanya!

Tentu saja Jiwan marah. Mukanya sudah merah padam, emosi ngumpul di ubun-ubun. Yagsa memang sedikit membumbui ceritanya dengan berbagai versi karangannya sendiri. Bodo amat, perang perang dah sana sama sodara sendiri! Punya sodara tapi vibes nya kayak bebegig sawah, heran!

Menunggu dua jam, Den keluar dari ruang operasi dalam keadaan kritis. Sama seperti pesan singkat yang Yagsa kirim pada Tisya. Nah.. Pertanyaannya, ini Tisya sebenarnya ada di mana? Ya kali laki nya lagi berjuang antara hidup dan mati, dia malah enak-enakan gegulingan sama selimut di kamarnya?!

"Tisya juga di rawat di sini. Dia terkena hipotensi. Kata dokter, Tisya tengah mengandung. Usia kandungannya baru dua minggu. Masih sangat rentan.. Dia syok melihat foto Den bersama wanita lain, aku tidak tau siapa yang mengirimkan foto tersebut. Yang jelas, setelah melihat foto itu.. Tisya langsung tak sadarkan diri." Jelas Jiwan lesu.

"Apa di foto itu pak Den sedang berada di ranjang? Tidak menggunakan pakaian, dan terlihat seperti tidur?" Tanya gadis bersuara lembut yang muncul dengan jaket kedodoran milik Yagsa.

"Iya. Bagaimana kamu tahu?" Jawab Jiwan cepat. Lalu bertanya setelahnya.

"Karena perempuan yang bersama pak Den di dalam foto itu adalah saya, pak." Tiara menatap Jiwan dengan sorot mata sayu. Lelah.. Tiara benar-benar lelah!

Setelah mendengar pengakuan Tiara serta kesamaan cerita dari Yagsa, Jiwan tak lagi bisa bersabar. Dia ingin mengubur Pras hidup-hidup kalau memang bisa! Kurang ajar sekali orang itu!

Bahkan Jiwan merasa Pras bukan lagi manusia, tapi sosok iblis di dunia nyata. Bagaimana bisa Pras berbuat setega itu terhadap keluarganya? Kurang baik gimana coba Jiwan kepada manusia tak tahu rasa terimakasih itu?

"Kalian tenang saja. Semua ini biar aku yang urus. Sebelumnya terimakasih karena sudah menyelamatkan nyawa menantu ku, calon ayah dari janin yang Tisya kandung. Terimakasih banyak." Jiwan melenggang pergi setelah mengatakan rasa terimakasihnya kepada Yagsa dan Tiara.

Belum sempat sadar dari kritisnya, Den sudah viral bersamaan dengan berita yang menyebutkan jika Den terciduk tengah tidur bersama Tiara, klien yang dulu pernah dimenangkan kasusnya oleh Den.

Pras dan Tikar apa nggak tau kalau markas mereka udah diserbu para master Lowo? Bisa-bisanya ngeviralin berita yang nantinya bakal jadi boomerang untuk diri mereka sendiri?! Yo wes kono lah, opo karep.. Ra melu melu pokoe!