NovelToon NovelToon
Satu Atap, Dua Madu

Satu Atap, Dua Madu

Status: sedang berlangsung
Genre:Poligami / Selingkuh / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Penyesalan Suami
Popularitas:1.8k
Nilai: 5
Nama Author: Raynor Mumtaz29

Almira Balqis Khumaira, 29 tahun, menikah dengan Iqbal Ardiansyah, 31 tahun. Dalam pernikahan tersebut mereka baru di karuniai seorang anak di usia pernikahan ke tujuh tahun. Sesuatu yang seharusnya membahagiakan semua pihak.
Namun kebahagiaan itu harus rusak sebab beberapa jam setelah operasi caesar, Almira mendapatkan kiriman foto dan video perselingkuhan suaminya bersama seorang wanita cantik bernama Sinta, 28 tahun, sekretaris dari Iqbal sendiri.
Dunia Almira seakan runtuh seketika. Hatinya patah sepatah-patahnya. Tak ada satupun alasan Almira tetap bertahan hidup selain putranya yang lebar beberapa jam saja.
Di tengah keterpurukannya, Almira justru meminta Iqbal untuk menyatukan dirinya dan Sinta dalam satu atap. Entah apa maksudnya.
Belum genap dua bulan Almira menjalani hidup seatap dengan madunya, datanglah seorang gadis siswi sebuah SMA swasta yang mengaku telah di nodai Iqbal. Apakah Almira masih kuat bertahan hidup?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Raynor Mumtaz29, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Satu Atap, Dua Madu 14

Bukan hanya sang resepsionis yang membelalakkan mata saking terkejutnya atas tindakan di luar kebiasaan atasannya tersebut. Irwan, asisten pribadi CEO sekaligus sekretaris CEO ikut menunjukkan sikap yang sama dengan sang resepsionis. Terlebih sang Asisten, melihat perubahan besar sikap sang CEO sejak bertemu dengan wanita yang kini mengikuti mereka untuk naik ke lantai lima tempat di mana ruangan CEO berada.

Ardha terlihat salting parah dan beberapa kali tertangkap mata membetulkan letak dasinya yang sudah sangat rapi dan simetris. Beberapa kali pula sang CEO terlihat mencuri pandang pada tamu yang entah siapa ini, melalui dinding lift yang memantulkan bayangan mereka bertiga.

Dinding yang terbuat dari metal itu mengkilap seperti cermin. Sehingga Irwan bisa dengan mudah memperhatikan tingkah Ardha yang tiba-tiba menggelikan untuknya. Saking salting nya hingga Ardha tak menyadari sang asisten berkali-kali menatap ke arahnya dan memperhatikan gerak-gerik nya melalui dinding lift.

"Wan, pesan makan dan minum untuk satu tamu ke OB." suara bariton yang sempat tak terdengar selama mereka di lift, kini bergema di lorong yang mengarah ke ruangan CEO.

"Baik Pak." Bukan hanya terkejut, kini Irwan bertanya-tanya siapa gerangan sang tamu sampai Pak Ardha repot-repot memikirkan penyambutan tamunya yang biasa menjadi urusan Irwan.

"Silahkan."

Lagi-lagi Irwan di buat melongo dengan sikap Ardha yang tiba-tiba manis. Ardha membukakan pintu untuk tamunya dan mempersilahkan si tamu masuk terlebih dahulu. Jika biasanya Ardha masuk terlebih dahulu dan masa bodoh si tamu akan mengikutinya atau tidak.

Yang bikin lebih ajaib lagi, ruangan Ardha selama ini steril dari wanita. Hanya Bunda dan Adik perempuannya saja yang pernah memasuki ruangan yang di desain khas laki-laki tersebut. Dan sekarang Ardha memasukkan seorang wanita dengan kesadaran penuh dan dengan penyambutan yang luar biasa manis.

"Terima kasih." lirih Almira yang terlihat malu dan segan.

Almira tidak tahu jika ruangan Iqbal pun berada di lantai itu. Lantai tempat ruangan para bos berada.

Sebelum menghampiri mejanya untuk menelpon OB, Irwan berkali-kali menepuk pipinya secara bergantian. Kanan, kiri dan kanan lagi kemudian dia ulang kembali seperti semula. Tapi dia masih merasakan sakit. Berarti semua bukan mimpi bukan?

Sementara di ruangan Ardha, Almira tampak berdiri tegak dengan percaya diri tetapi dengan sikap sopan dan tak mendahului duduk sebelum sang tuan rumah mempersilahkan nya.

"Silahkan duduk."

Almira bergegas duduk tepat di hadapan sang CEO. Berkali-kali Ardha berdehem untuk menenangkan debar jantungnya yang tak biasa. Ardha sepertinya segan terhadap Almira.

Bukannya kebalik? Tanya Almira dalam hati. Seharusnya dia yang segan dan tak enak hati karena berani mengganggu kesibukan sang CEO. Bahkan sikap Ardha yang salah tingkah pun sangat terlihat mata polos Almira hingga wanita itu melihat ke arah Ardha dengan dahi berkerut. Apakah ada yang

salah dengan dirinya?

"Ehm. Ada yang bisa saya bantu?"

Almira tersentak dari lamunananya, "Maaf sebelumnya Pak. Saya mau bicara tentang suami saya. Dia salah satu karyawan Bapak di sini." ucap Almira datar dan tegas untuk memulai misinya.

Wajah Ardha seketika tegang dan kaku. Laki-laki itu tampak sangat terkejut dengan penjelasan Almira. Ada apa sebenarnya?

"Terus?"

"Ini bukti surat pernikahan kami." lanjut Almira tak menghiraukan sikap Ardha yang tiba-tiba berubah kaku dan tegang.

Setelah meneliti surat nikah yang di sodorkan Almira sesaat lalu, kali ini wajah Ardha berubah keras dan terlihat memerah seperti menahan marah. Sumpah, jika saja Almira sudah kenal sebelumnya dengan sang CEO, dia akan nekat menanyakan ada apa dengan laki-laki itu.

"Jadi, suami kamu Iqbal?"

"Iya Pak."

"Terus apa yang akan kamu bicarakan atau adukan pada saya?" tanya Ardha seakan tahu tujuan Almira kemari karena hendak mengadu padanya.

"Suami saya menikah lagi tanpa sepengetahuan saya. Saya ke sini karena ingin meminta sesuatu pada Bapak dan manajemen di sini. Itu kalau di perkenan kan. Kalau tidak, ya mau bagaimana lagi." tutur Almira santai tak mau menampakkan kesedihannya.

Anehnya, Ardha sama sekali tidak menunjukkan keterkejutan pada raut wajah maupun mimik mukanya. Padahal Almira sedang membahas tentang perselingkuhan salah satu karyawannya yang menjabat direktur di perusahaannya.

"Apa yang bisa kami berikan."

"Saya ingin mulai bulan depan gaji Mas Iqbal ditransfer ke rekening atas nama saya karena saya istrinya. Selama ini saya tidak pernah tahu dan tak mau tahu berapa gaji dia. Saya bermaksud memberikan dia kebebasan tanpa saya ikut campur dengan urusan pekerjaan dan pribadinya. Namun, kepercayaan saya di salah gunakan dan akhirnya dia menikah lagi. Mungkin karena merasa gajinya cukup untuk menghidupi dua istri."

Ardha hanya terdiam untuk beberapa saat dengan menatap wajah Almira sendu. Almira merasa tak enak hati dengan tatapan mata atasan suaminya tersebut. Wanita itu seketika menunduk sebelum akhirnya mengangkat wajahnya kembali untuk meminta maaf.

"Maaf kalau permintaan saya terlalu berlebihan. Pemilik perusahaan seperti anda tak seharusnya menangani permasalahan kecil seperti urusan rumah tangga karyawannya. Tapi.."

"Nggak ada yang berlebihan. Sudah seharusnya kamu mengadukan hal ini pada saya." sahut Ardha sebelum Almira menyelesaikan kalimatnya.

Almira bernafas lega bersamaan dengan ketukan di pintu ruangan. Rupanya asisten pribadi sang CEO dengan seorang laki-laki yang membawa baki di tangannya.

"Taruh di meja ini saja." titah Ardha.

Setelah selesai menghidangkan makanan kecil dan minuman di meja CEO, sang OB undur diri sementara sang asisten masih berada di ruangan itu tetapi sibuk dengan laptop yang terletak di meja sudut ruangan.

"Jadi, bagaimana tadi? Betul kamu tidak tahu gaji suami kamu? Padahal kalau saya lihat kamu sudah tujuh tahun menikah dengan dia loh."

"Betul Pak."

"Luar biasa. Dapat istri patuh kayak kamu, tapi malah cari lagi yang lain. Yakin hanya ingin gajinya di transfer ke rekening kamu?" tanya Ardha yang terdengar sok akrab.

"Iya Pak."

"Kamu nggak ingin dia di pecat begitu?"

"Jangan Pak. Masih ada cicilan di bank sementara yang jadi jaminan adalah rumah pribadi saya. Saya tidak bekerja. Dari mana saya dapat uang untuk mengangsurnya." Ardha mengangguk-angukkan kepalanya tanda mengerti.

"Kamu punya anak?"

"Punya Pak. Satu, laki-laki."

"Usia berapa?"

"Enam hari Pak."

"Apa?!" teriak Ardha kencang hingga Almira dan Irwan tersentak kaget.

"Kamu nggak lagi ngarang 'kan? Terus kapan kamu tahu suami kamu selingkuh?"

"Tak ada untungnya saya ngarang tentang aib saya sendiri. Bagaimanapun kami masih suami istri, jadi aib dia aib saya juga. Saya tahu suami saya selingkuh dan punya istri lainnya yaitu beberapa jam setelah saya selesai operasi caesar."

"Dasar gila!!" teriak Ardha dengan menggebrak meja kerjanya hingga minuman yang ada di gelas ikut bergetar hebat sampai ada beberapa tetes yang tumpah.

"Irwan, kasih tahu manajemen secepatnya terutama HRD dan orang keuangan untuk mentransfer gaji si Iqbal mulai bulan depan ke rekening Mbak ini. Jangan sampai terlambat. Dua hari lagi tanggal gajian. Kalau sampai gaji so Iqbal tidak terkirim ke rekening dia, aku pastikan gaji kamu yang akan aku jadi gantinya. Paham?!" perintah Ardha tegas seakan tak terima bantahan.

Irwan dan Almira sama-sama tak. tahu apa yang menyebabkan Ardha semarah ini. Kejadian sedih yang menimpa Almira seolah menimpa salah satu keluarga dekatnya.

"Paham Pak." sahut Irwan sembari bergegas keluar ruangan untuk melaksanakan perintah sang atasan. Sebab terlambat sedikit otomatis dia akan puasa selama sebulan.

"Irwan!"

"Iya Pak." sahut Irwan sontak membalikkan badan dan menghentikan langkah tegapnya.

"Ingat, hanya gaji Iqbal. Tidak yang lainnya."

"Baik Pak." sahut Irwan sebelum benar-benar menghilang di balik pintu.

Almira melongo melihat atasan suaminya yang tiba-tiba tantrum setelah mendengar ceritanya. Terlebih tindakan tegasnya untuk membela dirinya yang diselingkuhin oleh suaminya. Tapi, wajar nggak sih reaksi yang di tunjukkan Ardha ini?

1
Daisuke Jigen
Terharu banget
Felix
Aku geram banget sama si antagonis di cerita ini, tapi itu membuatku ga bisa berhenti baca!
Lia_Vicuña
Wow, nggak nyangka sehebat ini!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!