Ketika hidayah datang menyentuh hati, namun masalalu yang kelam terus menghalangi kaki untuk melangkah kembali ke jalan suci.
Kisah Zee, seorang pelacur kota yang ingin Hijrah namun menemui banyak rintangan dan tantangan. Apakah hidayah Allah mampu membawanya kembali? Atau dia akan menyerah pada keadaan?
Baca kisah lengkapnya di sini😁
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Shan_Neen, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 35 Gue rela
Malam semakin larut dan hujan turun dengan derasnya. Seorang wanita terlihat baru turun dari ojek dan segera masuk ke dalam sebuah rumah sakit yang sudah sangat sepi.
Tubuhnya hampir basah kuyup, jika dia tak masuk ke dalam jas hujan si pengemudi ojek yang ditumpanginya.
Wanita itu lalu berjalan masuk melalui pintu IGD yang buka 24 jam, lurus terus hingga ke depan ruang operasi yang ada di gedung lain rumah sakit tersebut.
“Sus, apa operasi korban penyerangan klub malam udah selesai?” tanyanya saat berpapasan dengan seorang tenaga medis berpakaian APD
“Operasi masih berjalan, dan kemungkinan akan selesai besok pagi,” sahut si perawat.
“Oh gitu. Terimakasih,” ucap Azizah.
Dia tak lagi menahan nakes tersebut dan berjalan dengan sedikit melambatkan temponya.
Sambil mengatur nafas yang sejak tadi terus memburu, seolah tengah berkejaran dengan sesuatu, dia berjalan ke depan pintu ruangan operasi dimana Rini berada.
Dia nampak bersandar di dinding, sambil mengusap kasar wajah cantiknya.
Azizah merasa begitu lelah. Selama seharian, beberapa hal terjadi dan membuat emosinya naik turun bakal rollercoaster.
Tubuhnya yang kelelahan seolah tak mampu lagi menahan beban dirinya.
Dia pun merosot ke bawah dan terduduk lemas di sana, dengan kedua kaki yang perlahan ia coba luruskan.
Gue mohon lu bertahan, Rin. Gue mohon, batin Azizah.
...☘️☘️☘️☘️☘️...
Keesokan harinya, matahari belum sepenuhnya muncul, dan rintik hujan sisa semalam masih terlihat membasahi semua yang ada di permukaan bumi ini.
Azizah yang tertidur dengan posisi duduk di depan ruang operasi, dibangunkan oleh seorang suster yang baru saja keluar dari ruangan tersebut.
“Mbak... Mbak...,” panggil si perawat.
Azizah yang tak benar-benar pulas pun dengan mudah terbangun, dan segera memaksa dirinya untuk segera sadar.
Melihat petugas medis dari ruang operasi sudah keluar, dia pun segera berdiri dan bertanya tentang kondisi temannya.
“Apa operasinya berhasil, Sus?” tanyanya cepat.
“Alhamdulillah semuanya lancar. Pasien sedang disiapkan untuk dipindahkan ke ruangan ICU. Untuk lebih jelasnya, nanti akan disampaikan dokter setelah semuanya selesai,” jawabnya.
Azizah tak mampu berkata-kata lagi. Dia meraih tangan perawat itu dengan mata yang berlinang air mata. Ingin mengucap terimakasih, namun rasa sesak di dadanya membuat dirinya tak mampu berucap apapun.
Tak berselang lama, pintu terbuka dan sebuah brangkar pasien di dorong oleh beberapa nakes pria dengan pakaian APD lengkap.
Azizah pun segera menyusul mereka dan berjalan mengiringi brangkar tersebut.
Air matanya mengalir kembali dengan deras melihat kondisi Rini yang sangat memprihatinkan.
Hampir seluruh Wajahnya tertutup perban. Lehernya dipakaikan alat penopang, dengan banyaknya selang yang menempel pada tubuhnya.
Dadanya semakin sesak hingga ia kesulitan bernafas. Azizah terus memegangi bagian itu dan menahan semuanya hingga tiba di depan ruangan ICU.
“Mohon tunggu di luar. Jika ingin masuk, harap patuhi protokol kesehatan di ruangan ini,” ucap salah satu nakes yang membawa Rini.
Azizah pun berdiri di depan pintu, dan hanya bisa melihat dari kaca bagain luar dimana temannya akan ditempatkan.
Gue janji, gue bakal lakuin apapun asal lu sembuh, Rin. Gue rela jadi cewek gila kek semalem, atau balik lagi jadi p*rek, gue nggak peduli. Gue cuma mau lu hidup, batin Azizah.
Ditengah kalutnya pikiran Azizah, sebuah bunyi notifikasi terdengar dari dalam tas selempang miliknya.
Azizah dengan malas meraih benda pipih itu dan melihat sebuah pesan dari bagian administrasi rumah sakit.
Namun rupanya, tak hanya satu pesan yang belum dibacanya, tapi ada tiga pesan di sana, dan salah satunya membuat mata Azizah kembali basah.
Pesan itu bahkan sudah ada disana sejak sebelum Azizah mendatangi Mirna.
Namun kali ini, ada perasaan hangat yang muncul dalam dada wanita dingin itu.
Dia terlihat belum membuka pesan tersebut, dan hanya melihat isinya sekilas dari menu pemberitahuan.
[Azizah, kamu baik-baik aja kan?]
Bersambung ▶️▶️▶️
Jangan lupa like, comment dan rate novel aku ya 😄, kasih dukungan banyak-banyak ke sini 🙏
dan menerima masa lalu nya yang kelam....🤲🤲🤲🤦🏻♀️
semoga di pesantren biar tambah adem...
semangat ya
dah habis ajah nih... pdhl cuma tarik napas ajah dah habis....🤦🏻♀️...
tak kirra² masih ada bab lagi😌😌😌
dah habis ajah nih... pdhl cuma tarik napas ajah dah habis....🤦🏻♀️...
tak kirra² masih ada bab lagi😌😌😌
Semangat yaw/Kiss/
padahal 1 tarikan napas aja langsung habis...🤦🏻♀️...
ini gimana konsep nya...😌😌
teman/ sahabat yang tulus akan menerima apa ada nya....
walaupun cobaan silih berganti..
sebagai teman/sahabat memberi semangat dan mensuport Azizah..
pada saat down malah menjauh bukan memberi semangat untuk menjalani semua cobaan...😞
gak bisa kata²..🤭
biar kuat iman dan mental nya...
pelangi/ punbkebahagian nya masih jauh di gapai...
jadi nikmatin ujian dan cobaan nya yg di berikan othor😂😂😂....
orang lain pada mandang sebelah mata...
gak di sisi positif nya......
istiqomah lebih sulit dari pada jarkoni😂😂😂😂
(iso ngaKAR ora iso nglaKONI)
walau pun itu nyata nya fakta...
walau pun itu nyata nya fakta...
semoga istiqomah...
dan kuat iman nya🤲🤲🤲
dah nyaman malah ending nya kesandung lagi....🧐🧐🧐🧐...
ending nya masa lalu lagi🤦🏻♀️🤦🏻♀️🤦🏻♀️🤦🏻♀️