Tek ketek tek ketek tek ketek ketek ketek
'Lagi-lagi suara itu! Ingin ku buang mainan berbentuk dua onde-onde yang saling digantung pake tali dengan bunyi yang merusak panca indera ku itu. Bisa-bisanya orang seumurannya menyukai hal absurd begitu!!
"Shanuuuuuum maiiin yuuuuuk" Teriak pemuda itu terdengar tanpa dosa sudah mengganggu hari minggu indahku!
"Minggat sana! Shanum lagi ke Dubai jualan karpet terbang bareng Aladin!!!"
Bukannya pergi laki-laki itu malah duduk menunggu di depan kostku! Sumpah ya, entah kesalahan dan dosa apa yang aku lakukan di kehidupan yang lalu sampai dipertemukan dengan orang gaje super nyebelin kayak Abyan itu!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dfe, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
26. Balikan
Aku percaya, setiap hal yang kita lakukan, entah itu baik atau buruk akan kembali pada diri kita sendiri.
Kek misal kejadian tentang Yudis tempo hari, dia ngamuk dah macam orang kerasukan di kos nya Dieska. Sok hebat dan jago, tapi nggak sok imah juga gengss!
Kelian tahu nasib dia setelah itu? Dia kecelakaan! Nggak parah, cuma mayan lah bikin tangannya dipasang pen atau besi atau apa lah itu buat menopang tulangnya yang patah.
Kami tahu kabar itu dari Dieska. Dieska dapet kabar dari keluarga Yudis. Yudis minta keluarganya menghubungi Dieska, mungkin maksudnya biar Dieska kembali menaruh rasa melas ke Yudis dan berakhir balikan lagi kali ya, nggak tahu pokoknya aku udah negatif thinking duluan!
Ya abis gimana dong, Yudis ternyata temperamen banget. Dan aku baru nemu sifat jelek dia lagi, apaan tuh cowok kok dikit-dikit ngadu! Lagi ada masalah sama Dieska ngadu ke keluarganya biar Dieska mau nemuin dia gitu? Dieh kang drama!
"Kamu mau ke rumah sakit Dies?" Tanya ku sambil menebak.
"Iya lah Num, mau gimana lagi.. Yang telepon aku tadi mamanya. Nggak enak kalau nggak jenguk dia."
Bella baru nyampe di kos, asli ini orang satu ribet bener idupnya. Tak suruh pindah kos aja deket aku sama Dieska, dia nggak mau. Tapi, tiap hari pulang kerja jujukannya ke sini. Nggak tahu deh aku jalan pikiran Bella tuh gimana.
"Nanti kalo maknya minta kau ka_win sama anaknya apa kau iya iya aja gitu Dies? Alasan mu karena nggak enak, yang minta emaknya si kudis! Gitu?" Bella melotot tak suka dengan Dieska yang luluh gitu aja sama bujuk rayu keluarga Yudis.
"Ya nggak lah Atooon.. Aku nggak mau balikan sama dia, ngapa juga aku kudu nikah sama dia! Kamu mah suka senin kemis mikirnya." Protes Dieska.
"Hilih, bilang gitu kan belum ketemu sama maknya si kudis. Ngomong sonoh sama pantat panci!"
Kedua besti ku itu adu argumen tanpa cakar-cakaran tentunya, aku hanya diem sebagai wasit elit nan sholehah. Diam, nyimak, turun tangan kalau suasana makin mencekam aja.
"Menurutmu Num, si pe'ak ini wajib ke rumah sakit nggak? Kasih tanggapan jujur aja, nggak apa-apa meski itu menyakitkan.. Nggak bakal menyakiti atinya juga. Wong dia udah nggak punya ati, atinya udah dikiloin sama si kudis!" Bella bersungut-sungut.
"Kalau aku sih jelas big no. Punggungnya Dieska aja masih bekas lebam biru kok, ya itu kalau kataku sih. Tapi kalau kita pakai asas kemanusiaan yang adil dan beradab di sini, pendapatku ya kamu temuin aja itu si Yudis. Sekalian bilang sama keluarganya kalau kelian udah end, udah nggak ada hubungan apa-apa lagi selain mantan. Jadi apapun yang terjadi pada Yudis ke depannya nggak usah ngasih tahu kamu, karena itu nggak penting." Kataku menengahi.
Apa yang aku bilang langsung diaminkan Bella. Dan untuk menjaga hal-hal yang tidak diinginkan terjadi lagi, aku dan Bella nemenin Dieska ke RS.
"Kita ke sana bawa apa nih? Masa nggak bawa apa-apa. Malu lah sama keluarga Yudis." Dieska udah tak lagi menyematkan kata panggilan abang untuk memanggil nama mantan pacarnya itu.
"Bawa diri aja udah cukup! Mau bawa apa lagi emang? Aku belum gajian nggak usah buang-buang duit buat orang nggak penting macam kudis." Bella sedikit kesal karena masih menangkap untaian perhatian dari Dieska untuk Yudis.
"Kita bawa doa Dies. Itu dah lebih dari cukup." Ucapku santai. Aku dan Bella tos ghoib dengan kedipan. Dieska hanya menghembuskan nafas berat melihat kelakuan kami.
"Inget Dies! Misi mu ke sana cuma buat jenguk dia atas dasar kesian sebagai sesama manusia. Nggak ada ya acara balikan sama mantan, nyampe kepalamu yang pitak itu ditumbuhi uban ratusan jumlahnya nggak ridho aku kalau sampai kamu balikan sama dia!" Jelas Bella mengingatkan Dieska.
"Mulutmu! Mana ada palaku pitak!" Jawab Dieska berlalu pergi.
Yupz, kami emang udah nyampe di RS. Kami pake jurus kamehameka dengan kekuatan cahaya, makanya cepet sampe di mari.
"Inget! Gosah balikan! Jadi cewek jangan lemah, tunjukkin kalo kamu kuat di atas!" Bella duduk di depan ruang rawat inap Yudis, memberi wejangan sebelum Dieska bertemu makhluk berkudis!
"Dari mana kamu tahu kalau Dieska kuat di atas Jumi?" Tanyaku yang hanya dijawab eseman tak berarti dari Bella.
Aku memainkan hp, udah ketebak lah siapa yang aku ajak chat. Yupz gengss, kang lato! Bella juga, sok sibuk dia. Tapi, jarinya nggak menunjukkan kesibukan chat dengan makhluk lain, dia lagi main game. Matanya fokus ke layar ponselnya, egonya tak membiarkan dirinya kalah dari permainan virtual itu.
"Mod_yar! Aku kok dilawan!!" Seketika mataku teralih langsung ke arahnya.
"Bahasa mu nggak ada yang lebih elegan dikit Bel? Kamu ngasih contoh buruk buat generasi micin tau nggak!"
"Lebih elegan? Ada."
"Apa?"
"Bong_-"
"Cukup Bel! Aku tau kelanjutannya, jangan diterusin. Kamu ini, parah banget emang!"
Kami malah ngakak. Lima belas menit nunggu, itu si Dieska ngobrol apa aja nyampe lama banget nggak keluar juga.
Kepo merasuki ku dan Bella. Bella yang punya inisiatif buat ngintip, aku tim hore sekedar ngikut alur aja.
"Dieska!" Bentak Bella saat membuka pintu ruangan itu.
Oalah.. Ini Dieska kena pelet apa sama si Yudis? Sekarang mataku mengunci dua orang yang lagi bertautan bibir. Hmm, gimana Bella nggak ngamuk kalo semua wejangannya nggak di gagas kek gitu.
Lihat, mereka malah dengan santai melihat ke arah kami. Dieh, rasanya pengen jedotin pala Dieska ke tembok deh!
"Kamu apa-apaan Dies? Wah.. Kacau sih," Ucapku agak emosi.
"Lho kelian juga di sini? Kok nggak masuk aja? Ngapain di luar?" Tanya Yudis tersenyum sengak.
"Njir! Num, aku mo pulang. Males sama orang nggak ngotak kek mereka." Bella marah, dia membanting keras pintu rumah sakit. Untung aja nggak ambruk.. Kalo sampai roboh, ku suruh aja tuh orang cosplay jadi pintu di sana.
"Balikan?" Tanyaku.
Dieska mengangguk, aku bisa melihat rasa sesal di matanya. Entahlah.
"Oowh.. Ya udah. Aku pulang."
"Heh Yudis!! Aku ingetin ya, jangan karena Dieska maafin kamu dan mau balikan lagi sama kamu, nantinya kamu bisa seenaknya sama dia! Jangan ulangi kesalahan mu kemarin. Jaga Dieska baik-baik!" Aku tak melihat dia mengangguk atau mengiyakan. Dia diam aja aku ngomong gitu. Dieh..
"Num.. Maaf ya.." Ucap Dieska masih sempat ku dengar.
"Untuk apa?" Tanyaku sebelum membuka pintu.
"Aku masih sayang banget sama abang, aku nggak bisa liat abang kayak gini.. Dia kecelakaan karena terus mikirin aku Num.. Kamu ngerti kan? Tolong kasih tau Bella ya.. Aku minta maaf." Ucapnya dengan suara bergetar.
Aku berbalik melihatnya. "Iya. Kita masih bestie. Mau siapapun pasangan mu. Aku pulang dulu ya."