para mahasiswa dari Institut Seni Indonesia tengah melakukan projek pembuatan filem dokumenter ke sebuah desa terpencil. Namun hal tak terduga terjadi saat salah satu dari mereka hilang di bawa mahluk ghoib.
Demi menyelamatkan teman mereka, mereka harus melintasi batas antara dunia nyata dan alam ghoib. Mereka harus menghadapi rintangan yang tidak terduga, teror yang menakutkan, dan bahaya yang mengancam jiwa. Nyawa mereka menjadi taruhan dalam misi penyelamatan ini.
Tapi, apakah mereka sanggup membawa kembali teman mereka dari cengkeraman kekuatan ghoib? Atau apakah mereka akan terjebak selamanya di alam ghoib yang menakutkan? Misi penyelamatan ini menjadi sebuah perjalanan yang penuh dengan misteri, dan bahaya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Uswatun Kh@, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 02
Rombongan itu masih berdiri di titik yang sama saat mereka di turunkan, tapi salah satu dari mereka sepertinya mengalami mabuk perjalanan, karena setelah turun wajah nya pucat bahkan muntah - muntah.
"Hoeekk!!"
"Hoeek!!!"
"Lu mabok, Wat?" Tanya Qween, dan membantu memijat tengkuk teman nya, Bahgawati.
Baghawati tidak menjawab, hanya menundukkan kepala dengan mata yang berair. Queen segera merapatkan jaket sweater yang Wati kenakan, lalu mengusap-usap pundak Wati dengan gerakan yang lembut untuk membuatnya merasa hangat.
"Kenapa si cantik?" Tanya Arjuna.
"Mabuk perjalanan kayak nya." Sahut Qween, sambil masih memijat tengkuk Wati.
"Akhirnya sampe juga, tapi emang jalan nya rusak parah sihh, gak heran Wati mabuk. Gue aja pusing ini.." Ujar Valo dengan nada yang santai, sambil menatap kesekitar.
Namun, ekspresi wajahnya berubah menjadi kaget dan takut ketika ia melihat seluruh pemandangan di sekitar nya.
"Eh, buset... Napa serem banget ni tempat, mana sepi banget lagi." gerutu Valo dengan merinding.
Matahari mulai bersembunyi di balik bukit, meninggalkan langit yang berwarna jingga dan ungu. Udara mulai terasa dingin dan sepi, hanya suara jangkrik yang terdengar di kejauhan.
"Yuk jalan, keburu makin gelap." Ajak Arin.
"Wati masih lemes gini, Rin." Ujar Qween.
"Nggak apa - apa, aku udah baikan kok." Ujar Wati, sambil mengusap air matanya.
"Yakin, lu?" Tanya Qween, dan Wati mengangguk.
"Yuk cari tempat istirahat, jangan di sini." Ujar Valo, karena dia ngeri. Padahal yang lain biasa saja.
Mereka pun mulai mengangkat kembali tas mereka dan hendak akan memulai kembali perjalanan mereka, tetapi tiba-tiba Baskoro teriak menghentikan mereka semua.
"Semuanya, stop!" teriaknya dengan suara yang keras.
Semua orang pum menatap ke arah Baskoro dengan heran, tidak mengerti apa yang sedang terjadi.
"Lu ngagetin aja si, Bas!? Ada apaan??" Tanya Fahri dengan nada sedikit kesal.
"Jangan-jangan lu takut hantu, Bas?" tambah Fahri dengan senyum yang nakal.
Baskoro tidak terganggu dengan ejekan Fahri, ia tetap serius. Matanya melihat kesana kemari seolah melihat sesuatu.
"Jangan jalan dulu guys, sek dulu iki udah surup, udah mau maghrib." Ujar Baskoro dengan suara yang pelan.
"Kata orang tua dulu, kalau waktu menjelang malam itu banyak lelembut berkeliaran. Kita tunggu sebentar lagi aja, ya?" tambahnya dengan mata yang serius.
Semua menatap Baskoro dengan rasa penasaran, beberapa di antaranya mulai merasa takut.
"Bener tuh apa yang Baskoro bilang, kita tunggu sebentar lagi aja, ya?" Ujar Valo, semakin takut dia.
"Aku dengar dari orang tua, kalau waktu menjelang malam itu banyak setan yang berkeliaran. Kita harus berhati-hati, kalo nggak ntar kita bisa di bawa ke alam goib." Ujar Baskoro.
"HUSS! Sembarangan lu, mau magrib nih!" Ujar Valo.
Tiba - tiba Fahri berjalan menghampiri Baskoro, sambil merangkul pundak Baskoro dia bilang..
"Ya elah... pada penakut banget si kalian, mana ada setan? mana! Mana coba, gak ada ya setan - setanan." Ucap Fahri dengan nada yang mengejek.
Fahri memang tak pernah mau percaya dengan takhayul seperti itu, ia meyakini jika di dunia ini tak ada yang namanya setan. Selain tukang usil Fahri juga sangat keras kepala tak mau mendengarkan ucapan siapapun, Arin yang berdiri di belakangnya, menggelengkan kepala dengan frustrasi.
"Udah-udah jangan pada ribut!" Ujar Arin dengan suara yang tegas, sambil mengangkat tangan untuk menenangkan suasana.
Fahri tidak peduli dengan peringatan Arin, dia tetap saja pententang - petenteng sambil terus berkata..
"Apaan setan, bullshit itu mah. Takhayul, akal - akalan orang jaman dulu aja itu mah." Ujar Fahri.
"Kalau kita gak jalan, emang kalian mau nunggu di sini sampe kapan? Makin malem bukan nya makin bahaya? Liat noh, sekeliling kita bangunan tua dan hutan, gue sih lebih ngeri di makan macan atau di bunuh begal." Ujar Fahri lagi.
Melihat teman - teman nya tidak bergeming, akhir nya Fahri memutar matanya kesal dan kembali duduk. Valo yang penakut sudah menempel pada Arin si ketua, padahal Arin perempuan.
Daffa yang semula diam berjalan menghampiri Qween yang masih membantu Wati yang mabuk perjalanan, Wati masih mual - mual dan lemas meski sudah meminum obat dan memakai minyak angin.
"Dia oke?" Tanya Daffa pada Qween, tapi Queen menggelengkan kepala.
"Gak tau ni, tiba-tiba Wati panas gini kayak orang meriang." Sahut Qween, masih memijat tengkuk Wati.
"Abis kelar adzan, kita jalan." Ujar Baskoro.
Semua sepakat, setelah adzan maghrib baru mereka akan melanjutkan perjalanan mereka. Sambil menunggu, ada dari mereka mencoba memfoto sekitar, ada juga yang duduk saja.
Sampai tak lama adzan maghrib pun berkumandang dan selesai.. mereka menunggu jam sholat selesai dan akhir nya Baskoro berdiri.
"Bismillah yuk guys, kita jalan. Inget ya, kita berjumlah delapan orang. Karena kita masih jauh dari tempat nginap, setiap lima belas langkah kita ngitung sesuai anggota." Ujar Baskoro.
"Maksud lu?" Tanya Qween.
"Arin, dia ketua jadi dia paling depan. Kedua Wati deh, dia lemes harus di papah, selanjutnya ketiga sampe lapan." Ujar Baskoro.
"Gue terakhir deh, kagak caya gue mah sama setan. Dah kalian depan gue, biar gue paling belakang." Ujar Fahri, masih menantang.
"Oke kalo gitu, kalo sampe ada yang bilang sembilan.. jangan lari apalagi nengok, karena itu mereka." Ujar Baskoro, dengan nada serius.
"Cih, ayok lah buru!" Ujar Fahri.
Daffa lantas meletakkan tasnya di membantu Qween memapah Baghawati, ia meletakkan tangan Wati di pundaknya dan membantunya berdiri. Queen berdiri di belakang mereka, membantu membawakan barang-barang Wati.
Baskoro yang membantu Daffa dengan membawakan barang milik Daffa. Queen yang berjalan di belakang Daffa dan Wati, tidak bisa tidak menaikan sudut bibirnya.
'Ternyata Daffa baik juga. Wait, jangan - jangan dia suka sama Wati.' Batin Qween sambil senyum.
Memang benar, siapa juga yang tidak suka dengan gadis secantik dan elegan Wati, gadis yang menjadi bunga sekolah. Queen melihat sekeliling dengan seksama, ia merasa bulu kuduknya berdiri dan merinding.
Tempat itu sangat gelap, hanya ada beberapa lampu toko yang sudah tutup yang memberikan cahaya remang-remang.
Terminal yang mereka singgahi itu terletak di depan pasar, namun pasar itu tidak begitu besar. Hanya ada beberapa kedai dan toko yang terlihat sudah tua dan tak terawat. Tempat itu terlihat lebih seram jika malam hari, sekeliling pasar bukan pemukiman melainkan kuburan tua yang terlihat terbengkalai.
Makam yang berjejer di sepanjang jalan menambah ngeri tempat itu. Queen merasa seperti ada yang mengawasi mereka dari balik makam-makam itu. Ia melihat ke sekeliling, tetapi tidak ada apa-apa. Hanya keheningan dan kegelapan yang menyelimuti tempat itu.
Baskoro yang berdiri di belakang Valo tiba-tiba berhenti dan menoleh kesana kemari.
"Apa kalian dengar itu?" tanyanya dengan suara yang pelan.
Queen dan Daffa berhenti juga, mereka menatap ke sekeliling dengan rasa penasaran.
"Suara apa? Nggak ada suara apa - apa, kok. Jangan nakutin gitu dong.." Sahut Valo.
Baskoro memperhatikan sekitar , ia segera menyusul Daffa dan Queen. Yang lain sudah menunggu di depan toko tua dengan teras yang tak begitu lebar. Mereka meletakkan tas dan barang-barang lainnya di sana sambil menunggu mobil jemputan mereka.
Arjuna segera menghampiri Wati yang tengah di papah Daffa.
"Awas-awas lu, gue aja yang papah si cantik." Arjuna hendak mengambil alih Wati. Namun usahanya di gagalkan Queen.
"Mau apa lu?" Queen menepis tangan Arjuna.
"Gue mau bantuin Wati lah, liat dia lemes gitu." Ujar Arjuna, dan Queen melotot ke arahnya
"Gak perlu, dasar kadal lu... mau cari kesempatan dalam kesempitan!" Ucap Qween.
"Lu pelit banget sih Queen, lagian Daffa boleh bantuin Wati kenapa aku nggak coba!?" Protes Arjuna.
"Ya beda lah, Daffa gak punya niat jelek kayak lu... dia kan gak play boy kayak lu." Ujar Queen.
Queen sangat melindungi Wati, ia merasa bertanggung jawab atas Wati. Karena dia Wati harus ikut mereka dalam perjalanan kali ini. Queen memang sengaja meminta Wati untuk menjadi pemeran utama di film nya karena parasnya yang cantik dan anggun.
Wati juga merupakan idola kampus dan memiliki banyak pengikut di akun media sosial nya. Wati merupakan mahasiswi semester 5 , dia juga berbeda jurusan dengan mereka semua dan merupakan junior mereka. Itulah sebabnya Queen sangat melindunginya dari Arjuna si kadal buntung.
"Lu belom baikan, Wat?" Tanya Arin.
Wati hanya menggeleng dalam dekapan Daffa, ia menutup mulutnya merasa mual.
"Apa lu biasa begini kalau perjalanan jauh?" Tanya Arin lagi.
"Gak kok kak, gak tau juga napa tiba-tiba aku begini. " Sahut Wati.
Fahri datang dengan jaket di tangannya, ia lalu meletakkannya di punggung Wati dengan pelan.
"Mending suruh dia duduk dulu deh, kasian dia pucet banget. "
Perlahan Daffa membantunya duduk di lantai, Valo mengambilkan kardus bekas yang ada di sana untuk alas duduk.
"Ini bagaimana sih! kenapa mobil yang menjemput kita belum sampe coba!!" Arin sudah mulai kesal.
"Siapa yang bertugas mencari kendaraan, sampai jam segini gak ada nongol keburu malem kita di sini. Mana tempatnya kayak gini lagi." Arin bersendekap dada tak sabar.
Valo tak berani berkutik, ia ikut duduk bersama Wati. Ia sangat takut ia memilih duduk di tengah-tengah. Matanya membelalak saat melihat ke arah dalam pasar seperti ada sekelibat orang tengah lewat namun sangat cepat, ia merasa merinding.
"Apa itu tadi." Suaranya lirih hampir tak terdengar.
BERSAMBUNG.....