Hana seorang kariawan biasa yang harus menerima perjodohan dengan anak atasannya yang bernama Rico. Hana pun menyanggupi meski tak ada cinta antara mereka berdua. Ia rela berkorban asalkan atasannya bisa sembuh dan mau di operasi.
Namun, harapan tak selalu sesuai kenyataan. Sang atasan meninggal dunia di saat pernikahannya yang belum genap 24 jam.
Karena merasa tak ada lagi alasan untuk bertahan, akhirnya Rico memutuskan secara sepihak untuk bercerai.
Hana merasa terluka dan di campakkan. Namun, ia juga tak bisa memaksa untuk mencoba menjalani pernikahan mereka. Putusan perceraian keluar. Hana harus menjadi janda perawan.
Tiga bulan setelah perceraian, nasib buruk menimpa Hana hingga membuatnya hamil dan pergi sejauh mungkin.
Mampukah Rico menemukan Hana dan bertanggung jawab. Atau hanya penyesalan yang menghantuinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aluna sweet, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Penantian 6 bulan terbayar
"Sayang, aku mau ke apotik dulu ya!" pamitnya pada Hana yang masih terbaring lemah.
"Ngapain sayang. Ini sudah malam juga." ujar Hana saat melihat jam yang sudah menunjukkan pukul sembilan malam.
"Beli test pack, buat kamu tes besok pagi." jawabnya.
"Kan besok juga mau check ke dokter."
"Hmmm pengen aja kamu coba pakai besok. Kamu tunggu bentar ya." pamitnya mencium kening Hana dan berlalu pergi keluar.
'Ya Allah semoga yang di katakan bibik benar adanya. Aku tidak tega jika melihat wajah kecewa Ryan lagi.' batin Hana.
Ia juga merasa gelisah, selama enam bulan menikah belum ada tanda-tanda kalau dia akan mengandung.
Setengah jam berlalu Ryan sudah pulang dengan membawa beberapa alat tes dari berbagai merek.
"Banyak banget, Ry!"
"Nanti kamu pakai semuanya, siapa tau merek yang satu dengan yang satunya beda hasil."
"Ry, kalau aku memang hamil satu alat saja bisa kok membuktikannya." jelas Hana.
Ryan hanya bisa menggaruk kepalanya yang tak gatal.
Hana hanya bisa menggelengkan kepalanya akan kelakuan suaminya. "Ya sudah nggak papa besok pagi aku coba." tuturnya menghibur wajah cemberut suaminya.
"Makasih, sayang!"
Cup
Ryan menngecup pipinya, "Sekarang kita tidur, yah!" menarik selimut untuk mereka berdua.
"Hmmm... Nyaman-nya." ujar Hana bergelut dalam pelukan suaminya yang membuat Ryan mengeratkan pelukannya.
~
Jam menunjukkan pukul empat pagi, Hana sudah terbangun. Bukan karena ia ingin mencoba alat yang di beli Ryan tapi karena perutnya yang tiba-tiba bergejolak.
Saat sudah sampai di kamar mandi dengan cepat Hana menunduk di closet mengeluarkan isi perutnya.
Setelahnya ia terduduk lemah di lantai kamar mandi. Andai pun hamil, tapi dulu tak separah ini, pikirnya.
"Sayang, mual lagi ya." tanya Ryan
"Iya, tolong bawa aku ke luar." pintanya dengan suara lemah.
"Ok. Apa kamu sudah tes?"
"Belum. Ya sudah sekalian aja. Kamu ambil alatnya aku pipis dulu."
Ryan keluar membawa semua alat tes kehamilan ke dalam kamar mandi. Hana memerintah Ryan untuk mencelup sampai batas yang di sarankan. Tak tanggung semua alat tes ia celupkan.
Dengan perasaan berdebar keduanya menunggu.
"Ini apa tandanya?" tanya Ryan saat melihat ada dua garis.
"Alhamdullilah, ini positif. Lihat yang lainnya."
Ryan terlonjak bahagia dari enam alat tes yang ia beli semua menunjukkan hasil positif.
"Terima kasih, sayang." mengecup kening Hana dan memeluknya erat. "Ini kado terindah untuk keluarga kita."
"Iya, sayang." Hana juga membalas pelukan Ryan.
"Ny. Narendra!" panggil seorang suster. "Kita periksa tensi dulu ya, bu." sembari memasangkan alat periksa tensi.
"Apa kabar, bu! Ada keluhan!" tanya dokter kandungan itu ramah.
"Iya, dok. Mual-mual sama suka pusing."
"Ok. Kalau gitu kita periksa dulu. Sudah pernah di tes, bu?"
"Sudah, tadi pagi. Dan hasilnya positif, dok." terang Hana.
"Ibu berbaring dulu. Sus, bantu turunkan celana ibunya."
Suster itu juga memberikan gel di perut Hana dan dokter mulai menggerakkan alat untuk melihat keadaan rahim Hana.
"Nah, itu, liat!" menunjuk layar menggunakan korsur ada titik hitam di rahim Hana. Dari tadi Ryan fokus memperhatikan ucapan dokter dan juga layar usg.
"Selamat ya, bu, pak. Ibunya hamil sekitar enam minggu." ucap sang dokter menyimpulkan hasil pemeriksaannya. Ia memprint out hasil USG tadi.
"Ini saya resepkan vitamin untuk menambah nafsu makan dan juga penambah darah. Ibu tadi tekanan darahnya rendah sekali. Kalau mual di waktu-waktu tertentu itu hal yang lumrah untuk ibu hamil. Yang penting jaga kesahatan, makan yang banyak. Minum air putih juga. Jangan terlalu capek juga, ya bu." nasehatnya sembari menulis nama-nama obat yang harus mereka tebus di apotik.
"Ibu, sudah pernah melahirkan, ya? Tadi saya liat ada bekas operasi!"
"Iya, dok. Ini anak kedua kami." jawab Ryan.
"Biasanya kalau pertama operasi maka yang kedua pun akan mengikuti. Kalau tidak bermasalah pada kehamilannya satu bulan sekali saja kontrol-nya, ya bu, pak."
"Kalau untuk berhubungan suami istri, masih boleh. Asal durasinya jangan lama dan harus pelan." tambah sang dokter lagi.
Ia menyerahkan kertas resep dan juga print out pada Ryan. "Terima kasih, ya dok. Kalau begitu kami permisi dulu." pamit Ryan.
"Sama-sama. Silahkan, pak, bu! Sus, pasien selanjutnya ya."
Ryan terus melengkungkan bibirnya sejak keluar dari ruang periksa tadi.
Menggengam tangan Hana mengayunkannya sambil berjalan. Saat ini tak kabar yang paling menggembirkan untuknya selain mendengar kalau Hana tengah mengandung hasil buah cinta mereka.
Enam bulan penantian mereka akhirnya kabar bahagia itu datang juga.
Ryan menyerahkan kertas resep pada apoteker untuk di tebus.
"Apa kau menginginkan sesuatu?" ujar Ryan saat mereka di dalam mobil untuk pulang.
"Hmmm untuk saat ini nggak ada. Kita langsung pukang aja, yah. Tiap kena matahari pasti kepala aku langsung pusing." keluh Hana.
"Siap, nyonya." Ryan pun mempercepat gas mobik agar segera sampai ke rumah mereka.
Bersambung
Biarkan dulu kebahagiaan menyelimuti rumah tangga mereka. Karena kan biasanya tahun pertama, kedua, ketiga biasanya masih harmonis.
Jadi untuk saat ini mari kita ikuti kebahagiaan keluarga kecil Ryan.
Tenang, nggak ada kok yang namanya velakor ya.
😘😘😘😘😘