NovelToon NovelToon
Hati Seluas Samudera

Hati Seluas Samudera

Status: sedang berlangsung
Genre:Single Mom
Popularitas:7.8k
Nilai: 5
Nama Author: nurilmi

Perjalanan hidup yang berliku-liku harus diterima dengan penuh keikhlasan. Sebagai seorang single parents yang memiliki seorang anak laki-laki itu tak mudah. Setelah kehilangan pekerjaan di salah satu perusahaan di ibukota.
Akankah berakhir dengan bahagia di perjalanan hidupku ini?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nurilmi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

episode 32

Seminggu telah berlalu sejak liburan bersama keluarga mas Azzam, pesanan kue buatanku dari tokonya Serli kian bertambah. Aku mulai mencari tempat ruko untuk aku mulai usaha membuka toko kue sendiri.

Drrrt drrrt drrrt

Tiba-tiba vibrasi ponselku bergetar saat aku di perjalanan mencari ruko yang bisa aku sewa dengan harga dengan kapasitas keuanganku.

"Halo Assalamu'alaikum ada apa Ratna?" tanyaku

"Walaikumsalam mbak Sarah, bisa kita ketemu mbak?" tanya adikku Ratna.

"Ada perlu apa Rat, omong saja di telepon", ujarku malas.

" Ehm......mbak Sarah punya uang lima juta enggak ya,uang pesangon waktu mbak Sarah kerja masih ada kan ya.......aku tolong pinjamin mbak Sarah?" kata Ratna memelas.

"Kamu apa enggak salah omong Rat, bukannya selama ini kamu sudah enggak pinjam uang ke pinjol?" lanjut ku.

"Memang sudah enggak pinjam ke pinjol mbak Sarah tapi aku mau buat bayar pajak mobil", ucap Ratna kembali.

" Maaf Ratna aku enggak ada uang segitu".

"Masa iya enggak ada sih mbak, bukannya pesangon mbak Sarah besar waktu dapat dari tempat kerja mbak Sarah yang dulu?" kata Ratna.

"Kalau memang enggak ada kenapa kamu maksa Rat, coba kamu pinjam ke yang lain yang sudah kamu banggakan", ucapku menyindirnya.

" Enggak ada mbak Sarah....... kalau ada enggak mungkinlah aku pinjam ke mbak Sarah, lagipula uang pesangon dari tempat mbak Sarah kerja pasti masih ada ", ucap Ratna.

" Memang masih ada Rat, tapi itu tabungan untuk sekolah Fahri".

"Ayolah mbak Sarah itu bisa aku pakai dulu nanti aku ganti mbak Sarah", ujar Ratna memaksa.

" Enggak bisa aku kasih Ratna, maaf aku enggak bisa meminjamkan ke kamu!!!"seru Sarah geram.

"Pelit banget sih jadi orang mbak, jadi orang tuh jangan pelit sama adik sendiri juga!!!!" kata Ratna sewot.

Langsung di matikan teleponnya oleh Sarah. Ia tak tahan mendengar paksaan dari Ratna. Akhirnya Sarah melajukan motornya kembali dengan kecepatan sedang. Sempat menghela nafas agar tak sesak nafas. Telepon masih bergetar tapi oleh Sarah tak diangkat sama sekali. Sampai akhirnya Sarah putuskan untuk kembali ke rumah saja. Karena tibatiba saja kepala terasa pening pusing.

"Ya Allah kuatkan aku dalam perjalanan aku pulang ke rumah, lindungilah diriku dari segala mara bahaya",gumamku dalam hati.

" Ya Allah klu begini terus aku enggak kuat bawa motorku, kepalaku sakit rasanya.......aku harus menghubungi siapa.......", gumamku.

Akhirnya aku putuskan telepon mas Azzam karena jarak kantornya dekat denganku saat ini. Aku putuskan untuk menelepon mas Azzam, saat akan menelepon kulihat panggilan tak terjawab dari Ratna beberapa kali. Tapi tidak ada jawaban sama sekali dari mas Azzam sampai lima kali aku menelepon mas Azzam. Tiba-tiba pandangan mataku terasa gelap samar-samar tak lama aku pingsan di jalan.

Akhirnya aku di bawa ke rumah sakit oleh orang tak di kenal, karena pada itu orang tersebut melihat diriku terjatuh dengan posisi motor menindih badan ku dan bersyukurnya tidak ada cedera yang serius karena pada saat itu aku dalam posisi motor berhenti tapi aku duduk diatas motor.

Kebetulan mas Azzam menelepon ke ponselku dan yang menjawab orang yang menolong diriku. Mas Azzam langsung menuju ke rumah sakit di mana aku di tangani di ruang IGD.

Mas Azzam jalan dengan tergesa-gesa menuju ke ruang IGD didampingi oleh Denis. Saat bertemu dengan si orang penolong, mas Azzam mendengar kronologis dari si penolong dan mengucapkan terimakasih.

"Keluarga bu Sarah!!!!" seru perawa memanggil pihak keluarga dari diriku.

"Iya suster saya keluarganya", jawab mas Azzam melangkah ke arah perawat IGD.

Mas Azzam masuk ke ruang IGD dan dijelaskan oleh dokter jaga IGD. Akupun di observasi saja karena tidak ada luka serius dan tidak perlu di opname hanya sampai cairan infus habis. Mas Azzam menemaniku dengan sabar, sampai akhirnya aku dipertemukan dengan si penolong oleh mas Azzam. Akupun mengucapkan terimakasih banyak pada orang tersebut. Sesudahnya bapak-bapak tersebut keluar ruangan IGD dengan mas Azzam.

" Denis tolong antar bapak-bapak ini pulang dan kasih tanda terimakasih padanya. Kamu handle di kantor sementara aku menemani Sarah ", ucap mas Azzam pada Denis.

" Baik Pak", ujar Denis seraya berlalu dan mengantarkan bapak si penolong.

Kulihat mas Azzam mendekatiku dan duduk di kursi samping ranjang tempatku berbaring. Mas Azzam menatapku lekat seperti menelisik tatapan ku sepertinya mas Azzam mengetahui sesuatu. Tapi mas Azzam tidak bicara apa-apa selain menatapku sesekali. Satu setengah jam cairan infus habis dan di cabut dari tanganku oleh perawat IGD. Sementara motor ku di urus oleh orang suruhan mas Azzam. Aku diantar pulang oleh mas Azzam. Dalam perjalanan aku masih banyak diam karena kepala ku masih sedikit pusing. Baru kusadari dalam perjalanan, mobil yang dikendarai oleh mas Azzam bukan jalan ke rumah.

"Kita mau kemana mas Azzam?" tanyaku penasaran.

"Ke suatu tempat, nanti kamu akan tahu setelah sampai di tempat",ucapnya datar.

Aku terdiam saja dan aku pun tertidur sampai akhirnya sampai di sebuah kamar aku berbaring. Aku terbangun melihat sekelilingnya tak ada mas Azzam. Aku keluar kamar sayup-sayup mendengar suara mas Azzam sedang menelepon seseorang entah siapa. Lalu aku duduk di sofa yang berada tak jauh dari mas Azzam berdiri sambil menelepon.

" Mas Azzam kita di mana.....di tempat siapa?" tanyaku penasaran.

Mas Azzam sempat terkejut melihatku sudah duduk tak jauh dari tempatnya berdiri. Lalu mas Azzam duduk di sampingku seraya tangannya berada di sandaran sofa di belakang bahuku.

"Sekarang kita berada di apartemen ku, sengaja aku membawamu ke sini. Apa ada yang ingin kamu ceritakan padaku Sarah?" tanya mas Azzam dengan tatapan dalam menelisik wajahku.

Aku terdiam menundukkan kepala, tibatiba airmataku menetes di pipi.

"Menangislah dan ceritakan uneg-uneg dalam pikiranmu, aku siap mendengarkan...... berbagilah cerita jangan kamu pendam sendiri".

Aku menghambur memeluk mas Azzam tiba-tiba dan membuatnya terkaget dengan tindakanku terhadapnya,memeluk mas Azzam erat sambil menangis sesegukan. Mas Azzam membalas pelukanku dengan ragu karena biasanya aku marah bila dipeluknya sewaktu pernah di gendong ke kamar saat aku tertidur pulas.

Setelah aku tenang aku melepaskan pelukanku dan mas Azzam menatapku lekat sambil tersenyum.

" Mas Azzam mengapa setiap kali aku lagi tenang ada saja permasalahan, adikku Ratna tadi saat aku di jalan menelepon meminta bantuan pinjam uang padaku dan aku enggak ngasih ia pinjaman sampai ia memaksa pun aku enggak ngasih. Aku selama ini sudah mengalah menerima apa yang sudah terjadi, sampai rumah peninggalan orang tua di jual olehnya sampai uang hasil jual rumah peninggalan orang tua aku enggak di bagi habis begitu saja olehnya aku pun enggak meminta bagianku selama ini. Apa orang seperti itu enggak akan pernah puas ataupun bersyukur dengan rezeki yang telah dia nikmati", kataku seraya menatap mas Azzam.

"Itulah manusia yang enggak bisa mensyukuri nikmat yang Allah berikan. Setiap harta yang kita miliki pasti ada hisabnya. Segala sesuatunya kalau di jalan Allah pasti akan mudah hidup yang dijalaninya. Secara tidak sadar adikmu Ratna sedang mengalami karma dari Alloh, hidupnya selalu kekurangan enggak pernah puas akan hasil yang dia peroleh itulah orang yang enggak pernah mensyukuri nikmat Allah. Jadi pandai-pandailah kita mensyukuri nikmat Allah, besar kecil hasil kita terima dengan ikhlas dan agar hisab kita ringan rajinlah bersedekah, berinfak juga berzakat setiap tahunnya", ucap mas Azzam menjelaskan padaku.

" Sekarang kita makan dulu aku sudah order online.......setelah itu kita pulang, enggak baik kita berlama-lama seperti ini takut aku khilaf karena aku hanya manusia biasa tak luput dari dosa", lanjut mas Azzam kemudian.

"Bukannya mas Azzam sendiri yang mengajakku ke sini?"

"Kalau enggak gitu kamu enggak meluk aku tadi, sering-seringlah memelukku tandanya kamu sudah mulai menerimaku dan nyaman buatmu", kata mas Azzam seraya tersenyum.

Lalu aku cubit lengannya sampai mas Azzam bilang ampun karena cubitanku sakit katanya. Kami berdua makan pada akhirnya dan setelah itu aku diantar pulang ke rumah oleh mas Azzam.

1
Nụ cười nhạt nhòa
Update secepatnya thor! Kami sudah tidak sabar ingin tahu kelanjutannya!
ISIMPFORMITSUKI
Nggak sabar buat lanjut ceritanya!
Isabel Hernandez
Jangan berhenti menulis thor, karyamu bisa memberikan inspirasi bagi banyak orang!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!