MENGEJAR CINTA ISTRIKU

Di pucak pegunungan Atlas, seorang bocah lelaki berusia tiga tahun tengah membantai setiap monster yang datang mendekat kepadanya dengan pedang hitam yang ada ditangannya.

Mata hazelnya yang semula berwarna biru kini berubah menjadi merah darah menatap tajam kedepan, siap membunuh siapa saja yang ada dihadapannya.

SETHHH

SETHHH

CRASHHH

Nathan melesat cepat dengan gerakan zigzag dan membantai monster yang tampak menatapnya lapar dengan satu kali tebasan pedang.

Dengan tubuh penuh darah, Nathan segera berlari dan mengambil inti monster yang telah dibunuhnya kemudian memasukkannya kedalam sebuah kantong sihir miliknya dan langsung menyimpannya didalam tas kecil yang dibawanya.

“Perasaan ini ?”, Nathan tampak mengepalkan tangannya dengan wajah kesal.

Meski begitu, bocah kecil ini masih memiliki hati sehingga diapun tergerak  karena tidak ingin memiliki rasa bersalah dimasa depan.

Duke Raymond yang melihat Nathan mengkerutkan kening cukup dalam pun bertanya dengan wajah penuh selidik.

“Ada apa Nathan?”

“Apa ada sesuatu yang mengganggumu?”, tanyanya sedikit khawatir.

“Duke, bisakah aku minta tolong pada anda”, ucapnya sopan.

“Minta tolong apa ?”, Duke Raymond kembali bertanya dengan wajah penasaran.

“Jika ibu beserta kakek dan nenekku datang, tolong bilang jika aku masih bermeditasi untuk menstabilkan kekuatan sihir yang baru saja aktiv ditubuhku dan baru akan turun esok hari”, ucap Nathan sedikit ragu.

Duke Raymond yang masih belum paham akan apa yang akan Nathan lakukan dipuncak pegunungan Atlas setelah sihir dalam tubuhnya sudah bisa dia taklukan menatapnya curiga.

“Apa yang sebenarnya kamu rencanakan Nathan?”

“Jika berbahaya sebaiknya urungkan niatmu”, ucap Duke Raymond penuh kekhawatiran.

Nathan tak bisa mengatakan yang sebenarnya kepada Duke Raymond yang pasti akan menghalanginya untuk pergi dengan terpaksa pun menggunakan jurus andalannya agar hati lelaki itu luluh.

“Duke...please”, ucapnya sambil menatap Duke Raymond dengan puppy eyesnya yang mengemaskan.

Duke Raymond yang melihat tatapan penuh harap dari Nathan pada akhirnya menyerah dan mengantar bocah kecil tersebut ke tempat dimana dia bermeditasi dua hari sebelumnya.

“Baiklah, aku akan meninggalkanmu disini dan akan menjemputmu esok hari”, ucapnya mengalah.

Duke Raymond pun menempatkan sepuluh pengawal bayangan miliknya yang terkuat untuk menjaga Nathan sementara dirinya akan pulang ke kastil untuk menyambut kedatangan Tuan dan nyonya Lunox beserta Dunchess Roselyn.

Setelah bayangan Duke Raymond menghilang dibalik kabut salju, Nathan pun segera memanggil Rexy, ular es peliharaannya yang didapatkannya ketika bemeditasi ditempat tersebut dua hari kemarin.

Ular es yang sama dengan ular yang telah menghisap racun ditubuhnya hingga nyawanya bisa diselamatkan.

Mungkin itu lah yang dinamakan jodoh, aura kuat yang keluar dari tubuh Nathan ketika sihir ditubuhnya mulai aktiv memancing ular es karena aura sihir yang keluar dari tubuh Nathan membuat regenerasi tubuhnya berjalan dengan cepat.

Nathan yang merasa kehadiran ular es membuat energi sihir yang semula meluap-luap menjadi stabil dan mudah dikontrolpun segera membuat kontrak darah dengan hewan melata mistis tersebut sehingga sekarang ulas es tersebut menjadi miliknya dan diberi nama Rexy.

“Rexy, ayo berangkat sekarang”, perintahnya tegas.

Rexy mengangguk dan segera melilitkan tubuhnya kebadan Nathan sebelum keduanya berubah menjadi titik-titik cahaya yang menyatu dengan udara dan menghilang.

CLINGGG

Keduanya pun langsung menghilang dari gua tanpa semua orang ketahui karena selama bermeditasi Nathan menutup pintu gua menggunakan batu agar tak ada yang bisa mengganggunya.

***

“Roselyn!”

Duke Armand ingin mencegah wanita itu agar tak pergi, namun Roselyn sama sekali tak mengindahkan teriakannya.

Wanita itu terus maju kedepan tanpa sedikitpun menoleh ke belakang, namun Duke Armand tak pantang menyerah dan berusaha mengejar istrinya tersebut.

Setelah Duke Armand bisa mensejajarkan langkahnya, dia menarik tangan istrinya dan memaksanya menghadap kearahya.

“Roselyn, tetaplah disini bersamaku, aku mohon”, pinta Duke Armand dengan suara lirih dan tatapan penuh sesal.

Roselyn menatap wajah lelaki yang sempat mendiami hatinya tersebut dan mengusap kedua pipi Duke Armand dengan lembut.

Bibir ranum Roselyn membentuk simpul yang indah ketika mengingat pertemuan pertamanya dengan Duke Armand yang membuatnya jatuh cinta pada pandangan pertama dengan pria itu.

Mendapati senyuman dan tatapan penuh cinta dari sang istri, hati Duke Armand bergetar dan darahnya berdesir hebat.

Duke Armand ingin rasanya waktu berhenti sehingga dia bisa menyasikkan senyum lembut dan tulus itu lebih lama.

Pandangan Duke Armand tiba-tiba kabur saat sebuah cahaya terang muncul membuatnya terpaksa menutup kedua matanya dengan satu tangan untuk menghalaunya.

Begitu tangannya dibuka, sosok sang istri yang ada dihadapnnya menghilang, membuat Duke Armand panik seketika.

“Roselyn!”

“Roselyn!”

“Roselyn, jangan pergi!”

“Jangan tinggalkan aku, kumohon”, ucapnya dengan berlutut sambil menangis.

Duke Armand terus meneriakkan nama sang istri dalam igauannya hingga tubuhnya tersentak hebat, seperti ada aliran listrik yang menyengatnya kuat langsung membangunkannya.

“Ternyata hanya mimpi”, gumannya parau.

Duke Armand berusaha menetralkan nafasnya yang tersenggal-senggal akibat berlari mengejar sosok sang istri yang hadir didalam mimpinya sambil terus meneriaki namanya.

Sambil memegangi dadanya yang sakit, Duke Armand terus menyebut nama sang istri sambil berurai air mata.

“Tidak, aku tak boleh seperti ini.Aku harus bisa keluar dari sini secepatnya dan kembali menemui Roselyn untuk membujuknya agar mau kembali hidup bersamaku”, gumannya penuh tekad.

Duke Armand pun mulai bisa mencerna semuanya, mengenai semua hal yang terjadi dan situasi yang dialaminya saat ini.

Menyadari jika Jonathan dan para pengawal keluarga Bernard tak bisa melihat dan mendengar suara teriakannya, bisa dipastikan jika dia saat ini terbelenggu dalam sarang Molueta.

Molueta merupakan sejenis hewan melata seperti kadal berukuran besar yang memiliki kekuatan mistis dimana dia akan mengurung mangsanya didalam sebuah lubang atau gua yang dilapisi oleh ludahnya sehingga orang biasa yang tak memiliki kemampuan sihir tak bisa melihatnya.

Monster kadal inilah yang menangkap tubuh Duke Armand bersama kudanya ketika terjatuh kejurang dengan lidahnya yang menjulur panjang sehingga jejaknya tak terlihat.

Nasib Duke Armand sedikit beruntung karena Molueta meninggalkannya didalam sarangnya tidak seperti kudanya yang kini telah berada didalam perut si monter menjadi santapan makan malamnya.

Kedua mata Duke Armand melotot sempurna waktu tanpa sengaja satu tangannya mengenai dua buah telur yang ukurannya cukup besar.

“Sial, monster itu menjebakku disini agar bisa dijadikan santapan anaknya ketika lahir nanti ”, gumannya panik.

Melihat jika dua telur yang ada didekatnya tampaknya masih utuh, Duke Armand merasa jika dia masih memiliki kesempatan untuk kabur dari sarang Molueta sebelum kedua telur tersebut menetas.

Sambil menyeret satu kakinya yang sepertinya patah akibat jatuh tadi, Duke Armand mencoba untuk bergerak maju agar bisa menjauh dari sarang Molueta.

SREKKK

SREKKK

Duke Armand terus berjalan sambil menyeret satu kakinya berusaha keluar dari dari lubang cukup dalam yang membelenggunya.

Sayangnya, seberapa keras usaha Duke Armand untuk kabur, dia tetap kembali ketempat semulah seolah ada karet tak kasat mata yang kembali menarik tubuhnya ketempat semula ketika dia hendak keluar dari dalam sangkar.

“Tidak, aku tak boleh menyerah demi anak dan istriku”, gumannya memotivasi diri.

Dengan tertatih-tatih, Duke Armand kembali mencoba dan terus mencoba meski hasilnya tetap sama namun dia tak pantang menyerah hingga suara bunyi retakan telur membuat wajahnya pucat seketika.

KRIEKKK....

KRAKKK....

Satu kepala kadal muncul dari dalam telur dan langsung menjulurkan lidahnya kearah tubuh Duke Armand yang terlihat berusaha menghindar.

Melihat satu telur kembali retak sementara satu telur lagi sudah hampir sepenuhnya pecah membuat wajah Duke Armand pucat pasi.

“Oh Tuhan, tolong selamatkan aku”

“Aku masih ingin hidup dan meminta maaf dengan tulus kepada istri dan anak yang selama ini aku sakiti”, ucapnya ketakutan.

Duke Armand terus memundurkan badannya melihat kini dua kadal yang ukuran tubuhnya dua kalinya menatap lapar kepadanya.

Punggung Duke Armand yang terbentur tanah membuat langkahnya terhenti sehingga dia pun memejamkan kedua matanya ketika lidah kedua kadal tersebut menjilatinya, pasrah akan kematian yang sebentar lagi menjemputnya hingga sebuah sinar terang mengejutkannya.

SETHHH

SETHHH

CRASHHH

Kedua tubuh kadal tersebut terpotong menjadi dua dan inti monster berwarna hijua langsung terbang menuju sang eksekutor.

Duke Armand yang terkejut akan sinar terang yang tiba-tiba melintas segera membuka mata dan dia sangat syok melihat sosok yang ada dihadapannya.

“Nathan!”