NovelToon NovelToon
Tu Es Belle

Tu Es Belle

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta Seiring Waktu / Identitas Tersembunyi / Bepergian untuk menjadi kaya / Romansa
Popularitas:4.1k
Nilai: 5
Nama Author: Kanian June

Harap bijak dalam membaca.
kesamaan nama keadaan atau apapun tidak berkaitan dalam kehidupan nyata hanya imajinasi penulis saja.

Seorang wanita muda kembali ke tanah kelahirannya setelah memilih pergi akibat insiden kecelakaan yang menimpanya dan merenggut nyawa sang Kakek.
Setelah tiba ia malah terlibat cinta yang rumit dengan sang Manager yang sudah seperti Pria Kutub baginya. Belum lagi sang Uncle dan mantan kekasih yang terus mengusik kehidupan asmaranya.

Lalu di mana hati Alice akan berlabuh? Dapatkah Alice menemukan pelaku pembunuh sang kakek..
Yuk ikutin kisahnya...
jangan Lupa Like Vote Komentar maupun Follow terimakasih..

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kanian June, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 35

Saat Alice terbangun ia terkejut mendapati sang Oma sudah duduk dengan wajah yang tidak pucat lagi. Ia lalu mengucek kedua matanya guna menajamkan penglihatan.

Ia berharap ini bukan mimpi melihat Oma sudah sadarkan diri, ia juga menoleh pada wanita di sebelah sang Oma.

Lalu ia juga melihat dirinya yang berselimutkan jaket milik Steven.

Di lihatnya jam yang melingkar di pergelangan tangannya, ternyata waktu sudah menunjukkan pukul tujuh pagi.

"Al.." Ucap sang wanita

"Al kamu gak kangen sama Oma?" Ulangnya kembali.

"Oma? Apa ini mimpi?" Alice menjawab dengan terbata ia kembali menepuk kedua pipinya guna menyadarkan fikirannya.

Kakinya melangkah menuju ranjang di hadapannya, saat mulai mendekat ternyata ia tidak bermimpi.

Alice lalu berhamburan ke dalam pelukan sang Oma Isak tangisnya pecah seketika. Mendapati sang Oma sudah sadarkan diri.

"Sudah jangan menangis Oma sudah baik-baik saja." Ucap sang Oma mengelus surai Alice yang masih terisak dalam pelukannya.

"Alice kira Oma.. huwaaaa... Hiks... Hiks..." Rengeknya sesenggukan

"Heh ngawur aja. Sudah Oma baik-baik saja, kita hanya harus berdoa untuk kesembuhan William ya." Imbuh Oma mengurangi pelukan nya.

Alice mengangguk lalu mendongak menatap sang Oma sendu. Ia begitu bahagia namun juga masih sedih kala sang Uncle belum sadarkan diri.

...----------------...

Dua hari berlalu setelah Oma tersadar, satu persatu orang-orang berdatangan menjenguk sang Oma. Begitupun Berlian dan Marvel mereka berdua langsung datang saat Bi Mirah menelepon. Meskipun tanpa Moza, karena ia belum pulang lantaran pekerja nya di luar kota.

Steven yang masih di sibukkan dengan perkejaan di kantor belum sempat datang. Selain pekerjaan nya sendiri dia juga harus menghandle pekerjaan sang Direktur karena sampai sekarang William belum tersadar pasca operasi.

Alice kembali turun untuk melihat sang Uncle, kini ia seorang diri. Meskipun tadi ia sempat turun dengan sang Oma tapi rasanya ia ingin kembali menengok sang Uncle. Ada rasa rindu di hatinya karena hampir seminggu ia belum melihat sang Uncle membuka matanya.

Air matanya menetes begitu saja tanpa bisa ia tahan, namun sedetik kemudian ia tercengang. Ia melihat jari sang Uncle sedikit bergerak di susul kedua matanya yang mulai terbuka.

Entah kenapa tangisan Alice semakin menjadi meskipun tanpa suara, ia lalu bergegas keluar untuk menemui dokter.

Tak berapa lama sang dokter datang dengan seorang perawat. Mereka menyarankan agar Alice menunggu di luar. Dokter kemudian memeriksa keseluruhan keadaan William.

Alice hanya mondar-mandir di depan ruangan berharap semoga yang ia lihat bukan khayalan semata.

"Bagaimana dok?" Kata Alice dengan wajah yang penuh harap mendekati Dokter yang berjalan keluar dari ruangan.

"Syukurlah pasien punya keinginan yang kuat untuk bertahan. Tubuhnya menunjukkan peningkatan yang signifikan. Setelah ini beliau dapat dipindahkan ke ruang perawatan." jelas dokter dengan memasukkan stetoskop ke dalam sakunya.

"Ya Tuhan! Terimakasih dok. Bolehkah saya masuk?" pinta Alice dengan perasaan yang campur aduk.

Setelah mendapatkan persetujuan akhirnya Alice kembali berjalan menghampiri William yang ternyata sudah duduk di ranjang. Ia berjalan Pelan dengan cemas, dengan perasaan yang tidak menentu. Alice juga berusaha untuk menahan agar air matanya tidak tumpah di hadapan William saat tatapan mereka bertemu.

William hanya melihat Alice dengan tatapan haru, ia tersenyum perasaan nya tak kalah campur aduk. Ia bersyukur masih bisa melihat adiknya, bersyukur masih bisa menjaganya. Awalnya ia begitu cemas saat kecelakaan ia tidak akan bisa lagi melihat Alice.

"Al.." Sapanya dengan lemah mengulurkan tangan. Dan jangan di tanya William masih berusaha menyunggingkan sebuah senyuman meskipun setipis tissue.

Alice masih mematung tak percaya bahwa sang Uncle sudah sadarkan diri. Ia pun lalu berjalan Pelan menghampiri ranjang. Sedetik kemudian dia berhamburan ke pelukan sang Uncle dengan perasaan yang begitu bahagia.

"Bodoh! Kenapa baru bangun? Sekalian aja pergi biar aku gak kepikiran. Hiks.. Hikss.. Hikss.." Kata Alice dengan Isak tangis yang akhirnya pecah setelah mati-matian ia tahan namun akhirnya gagal.

"Maafkan aku, kamu pasti ketakutan." Ucap William mengeratkan pelukan.

"Jangan tinggalin Alice lagi uncle." Mohon Alice masih bertahan di dekapan William.

"I'm Promise! Aku akan lebih berhati-hati. Maafkan aku." Setelah tenang ia mengurai pelukan, mengusap air mata Alice yang masih menetes.

"Sudah jangan lagi menangis, aku sudah bangun. Aku gak mau kamu sedih gini Al. Jelek tauk!"

BUGH

"Aw! Sakit Al! Baru juga bangun udah kena pukul." Ringis William mengusap punggungnya yang dapat pukulan Alice.

"Tauk Ah!" Ucap Alice lalu memalingkan wajah.

Setelah beberapa saat kemudian beberapa suster datang untuk memindahkan William menuju ruang Perawatan. Alice kemudian mengikuti William sampai ke ruangannya. Kebetulan kamar di sebelah sang Oma kosong jadi Alice meminta untuk memindahkan kesana.

...***...

Seorang wanita cantik tengah berdiri di lobby hotel dengan koper di sebelahnya. Ia masih menunggu sang manager yang mengurus kepergiannya dari hotel.

Kristian yang melihat pun berjalan menghampiri Moza yang duduk sendiri.

"Belum pulang Za?" Tanya Kristian yang kemudian duduk di sebelah Moza.

"Eh belum, masih nunggu ini." Jawabnya dengan kikuk.

"Za, maaf apa kamu bisa pulang sendiri? Tiba-tiba adikku ngabarin kalo bapak sakit." Ucap sang manager yang tiba-tiba datang menghampiri mereka.

*Ah iya gapapa aku bisa urus diriku, kamu cepat kesana kasihan pasti mama kamu khawatir banget." Jawab Moza yang langsung berdiri mendapati wajah sang manager yang begitu gusar.

Setelah kepergian sang manager Moza lalu mengambil ponselnya bermaksud untuk mencari taxi online.

"Kalo gak keberatan mau aku anterin?" Tawarnya melihat Moza yang terlihat bingung.

"Ehm, apa aku tidak merepotkan? Nanti ada yang salah faham." Ucap Moza

"Sudahlah ayo, tunggu di depan ya." Jawab Kristian yang langsung mengambil koper milik Moza kemudian melenggang begitu saja keluar dari lobby hotel.

Moza yang bingung hanya mengangguk pasrah, ia lantas menunggu di depan hotel seperti yang di sampaikan oleh Kristian.

Setelah menunggu beberapa saat akhirnya mobil Kristian datang kemudian ia keluar untuk membukakan pintu.

Moza pun sedikit canggung dengan aktivitas yang dilakukan oleh Kristian.

Meskipun pada akhirnya dia memutuskan untuk menerima bantuan nya.

"Kris, tapi bisakah kamu menurunkan ku di Rumah Sakit di ujung jalan sana?" pintanya dengan hati-hati.

"Oh, it's Ok. Tapi siapa yang sakit?" Tanya Kristian menyelidik.

"Ehm, Oma sama Uncle ku yang sedang sakit. Mama kebetulan tadi ngabarin kalo Uncle sudah sadar biar aku langsung mampir dulu." Jelas Moza kemudian.

Akhirnya Kristian mengarahkan mobilnya menuju tempat yang di maksud oleh Moza setelah 30 menit menempuh perjalanan.

Saat Moza ingin membuka bagasi bermaksud untuk mengambil kopernya Kristian dengan cepat langsung menghentikan tangan Moza.

Ia akan menunggu di parkiran agar nanti ia bisa mengantarkan Moza pulang kerumahnya.

Awalnya Moza menolak karena tidak ingin terlalu merepotkan Kristian. Tapi karena gigihnya Kristian memberi alasan akhirnya Moza menyerah.

Ia langsung berpamitan menuju rumah sakit dengan menenteng dua bingkisan untuk sang Uncle dan Oma.

1
Kanian June
Maafkan aku anak lagi sakit gak bisa di tinggal /Sob/
Choi Jaeyi: astaga, semoga cepat sembuh🥺🤲🏻
total 1 replies
Choi Jaeyi
lanjut thor, yg semangat yaaa. btw lama nih kamu nggk mampir di tempatku, sibuk kh beb😭
Choi Jaeyi
ngeri ancamannya😭
Fatma Kodja
wah Oma berlian ternyata jahat, jangan" kecelakaan yang terjadi pada Kakek Antoni dan Alice juga ulahnya Oma berlian
Kanian June
Thankyou kak /Whimper/
Kanian June
ok aku edit thankyou yaaaaa /Grin/
Kanian June
Astaga efek sambil gendong bocil lagi sakit ini ketik nya pada ngawur/Facepalm/
Kanian June
tunggu ya
Aurora79
William ini ternyata adiknya si Jhon kayanya...😁😁😁
Aurora79
Darren, bukan Darah...
Aurora79
Hampir, bukan Hamil.kak...😂😂😂
Choi Jaeyi
lanjut syangku, ttap semangat yaaa😍
Kanian June
ada udang di balik bakwan /Joyful/
Kanian June
semangat kembali /Grin/
Kanian June
biar sekali kali loh /Shhh/
Kanian June
Terimakasih support nya /Grin/
Choi Jaeyi
bisa aja kamu wkwkk
Aurora79
Semangat kak...😊🍻
Choi Jaeyi
kiw kiw, dilirik cewek nih wkwkk
Aurora79
Enggak membosankan koq, kak... Malah enak, jadi baca santai...😊🌹
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!