Kanayah memeluk lututnya serta mengigit lengannya. Gadis itu tengah menahan tangisnya. Terlihat sebuah alat tes kehamilan dengan dua garis merah ia genggam dengan gemetaran. Kanayah hamil, dan lebih parahnya lagi benih dalam rahimnya itu adalah milik Jacob Garadha, putra sulung dari Keluarga Garadha yang saat ini telah memiliki tunangangan.
Kanayah menangisi dirinya yang begitu memiliki nasib mengenaskan. Hidup sebagai yatim piatu, dengan memiliki kelebihan wajah cantik bak dewi serta tubuh indah nyatanya tidak membuat hidup Kanayah beruntung. Karena kecantikannya itu Kanayah harus mengalami diskriminasi oleh warga desa dan difitnah sebagai penggoda hingga diusir dari desanya.
berharap di kota akan menemukan kebahagiaan namun nyatanya Kanayah justru harus merelakan harta wanitanya yang berharga di renggut paksa oleh Jacob Garadha.
Lalu akankah Jacob Garadha mau bertanggung jawab akan kehamilan Kanayah?
Dan bisakah hidup Kanayah berubah serta hidup bahagia? simak kisahnya di novel ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Duyung Indahyani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 35
Ting...tong... ting... tong
Suara bel terus bertaluh, membuat dua penghuni apartemen yang tengah menyelesaikan sarapan pagi mereka saling menatap.
"Biar Aku saja yang buka Mas, "ucap Kanaya.
"Iya. "
Kanaya beranjak dari kursi lalu melangkah menuju pintu apartemen. Bunyi tut tut tut terdengar seiring dengan kode sandi apartemen tersebut yang ditekan jemari lentik Kanaya.
Ceklek
"Selamat pagi Naya. "
"Mark? "
Dipagi hari yang cerah apartemen Jacob sudah kedatangan tamu. Kanaya masih bergeming melihat penampilan Mark. Celana training dengan hodie tanpa lengan yang dikenakan pria itu serta butiran peluh yang membasahi kening memberi jawaban pada siapapun jika pria itu baru saja selesai joging paginya.
"Apa kamu tidak mempersilahkan Aku untuk masuk Nay? "tanya Mark dengan senyuman yang memperlihatkan gigi gingsul pria tampan itu.
"Eh iya, silahkan masuk Mark, "ujar Kanaya menepikan tubuhnya dari depan pintu untuk memberi akses masuk.
Kaget tentu saja, melihat sang adik ipar di pagi hari sudah bertandang di apartemen milik Jacob.
Mark melenggang masuk ke dalam apartemen. Kaki pria itu berjalan seakan sudah hafal dengan setiap sudut apartemen tersebut.
"Kak Jacob sudah berangkat? "tanyanya.
"Belum, dia sedang sarapan pagi. Apa kau sudah sarapan Mark? "tanya Kanaya.
"Wah kebetulan belum Nay, boleh numpang sarapan pagi nggak Nay? "
"Iya boleh, mari. "
Sebagai wanita yang polos, Kanaya tidak tahu jika adik iparnya itu memiliki rasa padanya.
Dulu Kanaya hanya memperlakukan Mark sebagai majikannya dan sekarang setelah menikah dengan Jacob, Kanaya hanya ingin memperlakukan Mark sebagai adik ipar walaupun usia Mark tujuh tahun lebih tua darinya.
"Siapa Nay? "tanya Jacob berbalik.
Kedua mata pria itu membola saat melihat adik pertamanya tengah berjalan ke arahnya dengan senyuman lebar yang sangat menyebalkan itu.
"Mau apa bocah tengil ini?"batin Jacob.
Sret
Kanaya kembali duduk di kursinya sedangkan Mark tanpa peduli dengan tatapan membunuh Jacob juga menarik kursi untuk dirinya sendiri.
"Mau apa kau bocah tengil? "tanya Jacob sinis.
"Sarapan pagi, ya nggak Nay? "ujar Mark menatap Kanaya dengan tatapan memuja.
Tangan Jacob terkepal kuat saat melihat tatapan penuh cinta sang adik.
Jacob sangat bersyukur memiliki istri secantik Kanaya, namun terkadang pria itu juga mengeluh karena Kanaya yang memiliki paket lengkap sudah cantik, baik, perhatian, rajin ibadah membuat Jacob harus mengelus dada.
Pasalnya akibat kelebihan yang dimiliki Kanaya, pria manapun akan mudah jatuh hati pada sang istri walau itu di pertemuan pertamanya.
Lihat saja, bahkan karena itu Jacob juga harus bersaing dengan adiknya sendiri, Mark.
"Senang sekali bisa melihat wajah cantik Kanaya dan melihat wajah kesal Kak Jacob,"batin Mark.
Salah, tentu saja mencintai wanita berstatus kakak iparnya itu adalah sebuah kesalahan. Namun Mark, tidak akan menyerah begitu saja karena ia tahu Kanaya masih belum mencintai Jacob. Dan Mark akan menggunakan kesempatan itu untuk membuat Kanaya jatuh hati padanya.
"Apa kamu tidak makan di Kediaman Garadha? Kenapa harus mengemis sarapan di apartemenku? "ujar Jacob sinis.
"Hem, Aku sudah tidak tinggal di kediaman Garadha."
Mark meraih sebuah piring yang disodorkan oleh Kanaya dengan cepat karena melihat tangan Jacob yang ingin menahan pergerakan Kanaya memberikan piring itu padanya.
"Oh iya, Mark tinggal dimana sekarang? "tanya Kanaya menyuapkan nasinya.
"Apartemen, tepatnya apartemen sebelah. Jadi Aku dan kalian tetanggan sekarang, "ucap Mark seraya mengambil satu centong nasi ke dalam piringnya.
"Apa! Sejaka kapan kamu pindah kesana hah? Dan siapa yang memberimu izin menggunakan apartemen itu, "hardik Jacob.
Jacob sudah tak bisa menahan diri lagi, mendengar Mark yang kini tinggal di apartemen sebelah membuat amarahnya meluap seketika.
"Mas! "panggil Kanaya seraya mengelus lengan Jacob.
Ini masih pagi dan Kanaya tidak ingin IED Jacob kumat, sebagai wanita yang beberapa kali menyaksikan emosi Jacob yang membara saat sedang kambuh kini Kanaya berusaha menjadi sosok yang bisa menahan emosi Jacob.
"Aku sendiri, lagi pula jika Aku tinggal disana bukankah Aku bisa menjaga Kanaya setiap hari. Jadi Kak Jacob tidak perlu khawatir untuk bekerja, "saut Mark dengan senyuman smirknya.
Gigi Jacob terdengar bergelatuk karena sedang menahan emosinya yang mau meledeka jika tidak jemari Kanaya yang menautkan pada jemarinya agar tetap menahan emosi tentu meja makan itu sudah ia balik dan wajah tampan adiknya itu sudah penuh dengan luka lebam.
"Ehem, Mark lebih baik kamu menyelesaikan sarapan kamu dan kembalilah ke apartemenmu, "ucap Kanaya.
"Baik Naya, "saut Mark dengan senyuman manisnya.
"Kakak ipar Mark, panggil istriku dengan benar, "ucap Jacob mengingatkan adiknya itu.
Mark hanya tersenyum pada sang kakak lalu kembali melanjutkan makanannya. Mark adalah sosok pria yang sangat berani dan tidak ragu dalam melakukan sesuatu.
Usai menyelesaikan sarapan ternikmatnya, Mark harus tersenyum kecut saat Jacob menarik tangannya lalu mengusir ia dari apartemen pria itu.
Sementara Jacob yang sedang berada di apartemennya tampak ragu untuk pergi dari apartemennya.
Mark tinggal di sebelah, dan melihat sikap polos sang istri serta hati yang sangat lembut tentu saja akan dimanfaatkan oleh Mark untuk meminta belas kasih Kanaya agar berada di samping istrinya itu.
"Mas, kamu tidak berangkat kerja? ini sudah mau jam sembilan loh. Dan pasti sudah sangat terlambat, "tegur Kanaya.
Kanaya heran dengan sikap Jacob karena pria itu tak juga berangkat bekerja dan terus mengintili dia bahkan tak risih saar Murni melihat sikap aneh Jacob itu.
"Tidak, Aku tidak bisa membiarkan Kanaya di apartemen. Mark akan terus mencari kesempatan karena dia memang sangat keras kepala, "batin Jacob.
"Ehem, Aku akan berangkat ke kantor tapi kamu harus ikut Aku, "ucap Jacob.
Kanaya berbalik menatap penug kejut pada sang suami. Kanaya mengangkat tangannya lalu menyentuh kening Jacob khawatir pria di depannya itu sedang tak sehat.
"Nggak panas ini, tapi kenapa bicaranya melantur, "gumam Kanaya.
Sret
Jacob menarik tangan Kanaya dari keningnya. Dia tak marah dengan gumaman Kanaya.
"Aku sangat sehat, tapi entah bagaimana Aku sangat ingin kamu ada di sampingku saat kerja di kantor, mungkin saja ini adalah sejenis ngidam,"bohong Jacob.
Kanaya terdiam, dia tidak mengerti maksud sang suami mengenai pengakuannya tentang ia yang sedang mengidam.
Sampai saatnya Jacob menjelaskan mengenai couvade syndrome, sebuah pola dimana sang suami yang mengalami ngidam karena kehamilan istrinya.
"Begitu ya? "tanya Kanaya polos.
"Iya, makanya kamu harus ikut Aku ke kantor karena jika tidak dipenuhi takut seperti kata Murni Baby kita akan ileran, "bohong Jacob.
"Hem, baiklah Aku akan bersiap dulu,"putus Kanaya.
Kanaya tak menaruh curiga sam sekali karena dia yang memang tidak paham mengenai Couvade syndrome percaya saja saat Jacob mengatakannya.
Jacob bersorak dalam hati karena telah membuat Kanaya percaya padanya. Tak apa dia harus berdosa karena membohongi Kanaya namun itu juga Jacob lakukan karena tidak ingin Mark mencari kesempatan saat ia tidak ada.
"Oke, cepat ya. Aku tunggu disini, "ujar Jacob tersenyum lebar.
***
TBC