NovelToon NovelToon
MY BLOOD: Lycoris Radiata

MY BLOOD: Lycoris Radiata

Status: sedang berlangsung
Genre:Anak Genius / Transmigrasi ke Dalam Novel / Mata-mata/Agen / Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan / Chicklit
Popularitas:2.2k
Nilai: 5
Nama Author: olivia junia f.

Mencintai akan di sakiti.
Di cintai akan menyakiti.
Saling mencintai akan tersakiti
Sang anak Athena bersinar bak surya.
Merubah konsonan takdir dunia.

Kekasih takdir yang saling memberontak.
Membuat jurang kebodohan.
Sang anak Athena yang terus merintih sakit.
Yang melihatnya adalah saksi-saksi kekejaman takdir.

Sinopsis: Seorang dara yang masuk ke dalam sebuah novel Dektektif dengan segudang misteri. Namun tidak pernah terpikirkan bahwa dia memiliki peran di bawah pena takdir.

Terbagi menjadi pikiran dan emosi, sang jiwa luntang-luntung mencari jiwa yang asli. Paus yang bertemu putri duyung di pinggir laut lepas, serta sang Dewi yang terus mencari sang dara.

Mengikat janji di bawah lembayung biru bumantara dan berkeliaran di dunia yang menurutnya fiksi. Sang dara yang terus mencari apakah ia pikiran atau emosi, sampai ia mengetahui ekspresinya adalah 'kebohongan'.

—BLUE ROSE—

Tak peduli bahwa ia merubah takdir, takdir tetaplah takdir. Ia tidak akan bisa menebus semua dosanya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon olivia junia f., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 33: Memimpikan Kupu-kupu (1)

Reason Living—SCREEN

00:08 ————————————— • ——————01:06

⏭ ▶ ⏮

“**Mustahil adalah kata yang hanya dimiliki oleh pecundang.” —Sang penulis**.

Buah jatuh tidak jauh dari pohonnya ...

♪♠

Noe menatap sekelilingnya, ia berada di kantor organisasi. Matanya mengerjap pelan, menatap bingung sekitarnya. Posisinya saat ini sedang duduk di kursi kerjanya. Sendirian di ruangan itu.

Deritan pintu kantor terbuka. Atensi mata Noe menatap ke arah pintu. Matanya seketika membelalak saat melihat sosok itu di ambang pintu. Kacamata yang khas dan tak akan pernah Noe lupakan.

“Noe-San? Tumben sekali berangkat pagi.”

Suara lelaki ini membuat air mata Noe kembali mengalir. Sontak lelaki itu—Haruka Akami—berjalan ke arah Noe dan menyeka air mata Noe menggunakan ibu jarinya dengan lembut.

“Kenapa menangis?” tanya Akami.

Noe menggeleng pelan, “Bagaimana bisa? Akami-Kun? Kau masih hidup?”

Semuanya terlihat nyata, ia bisa merasakan ibu jari Akami yang menyeka air matanya. Isakan tangis Noe semakin kencang, tangannya menggenggam tangan Akami.

“Syukurlah, kau masih hidup. Kau tahu? Seberapa sedihnya aku?” ucap Noe dalam isakannya.

Akami tersenyum tipis, “Gomenne—”

———

Noe membuka matanya dengan nafas terengah-engah. Ia beranjak dari tidurnya. Air matanya masih menetes dari pelupuk matanya. Ia meraba badannya, semua itu nyata.

Noe tidak tahu apa yang terjadi, namun kakinya melangkah ke arah Tarasama, Hiro, dan Fujitsu yang sedang berkumpul. Tarasama sedikit terkejut melihat keadaan Noe yang baru bangun tidur dengan mata sembab.

“Noe-San, kamu kenapa?” tanya Tarasama cemas.

Noe memegang bahu Tarasama, “Kita harus ke kantor organisasi.”

Ucapan itu membuat semuanya mengernyit bingung. Hiro berdiri dari duduknya dengan wajah kesal.

“Dengan keadaan seperti ini? Kau gila?" tanya Hiro dengan sedikit meninggikan suara.

Noe menatap Hiro dengan air mata yang terus menetes, “Tidak! Akami masih hidup! Ia berada di kantor organisasi! Ayo, kita jemput dia!”

Mereka semua diam, tidak ada yang menjawab. Fujitsu mengepalkan tangannya, ia sepertinya sudah lelah dengan situasi ini. Hey, dia juga frustasi.

“Kalian percaya padaku, kan? Dia masih hidup! Ayo, kita jemput dia!” ucap Noe lagi, “KENAPA KALIAN DIAM SAJA!?”

PLAK!?

Noe mematung, saat ia merasakan bahwa pipinya terasa panas. Sedangkan Fujitsu menatap Noe kesal dengan air mata yang bersarang di pelupuk matanya.

Tarasama dan Hiro terkejut, mereka tidak mengira bahwa Fujitsu akan menampar Noe detik itu juga. Noe memegang pipinya yang sedikit memerah akibat tamparan.

“Sudah cukup! Kau gila! Akami sudah mati, kenapa kau tetap kekeuh bahwa ia masih hidup!” bentak Fujitsu, “Tidakkah kau harusnya sadar? Biarkan Akami tenang dialam sana dan kau fokuslah pada semua masalah ini! Kau tidak sendirian, Yukijima Athanoe!?”

Noe membelalakkan mata, benar, ia sudah gila. Noe kembali meneteskan air mata. Ia tidak sanggup dengan semua ini. Harusnya ia sadar dan membiarkan Akami yang hidup tenang dialam sana.

Namun, baginya sangat sulit. Bayangan Akami terus menghantuinya di pikirannya. Noe memang tidak sendiri, tapi ia di hantui rasa bersalah itu sendirian.

Sebuah lengan memeluk tubuh Noe membuat Noe tersadar dari lamunannya. Fujitsu mengeratkan pelukan dan membenamkan kepalanya di ceruk leher Noe. Mencium harum vanilla khas gadis itu.

“Kumohon, sadarlah ...” ucap Fujitsu yang suaranya teredam.

“Baiklah.” seorang lelaki yang duduk di penjara menutup buku yang ia baca.

Memiliki surai hitam yang sedikit panjang, serta netra mata abu dinginnya. Memiliki wajah seperti orang Rusia—Takio Osaka. Sendirian dipenjara itu. Hanya dia sendiri. Namun ia tetap datar dan dingin, tidak ada rasa kesepian di matanya.

Lelaki ini melirik ke arah kakinya yang di rantai, “Akan merepotkan jika SevenSix memakai mata Dewa.” gumamnya.

“Bagaimana jika menyingkirkan pemilik Bleid itu terlebih dahulu terlebih dahulu.” ucapnya lagi sambil meletakkan buku ditangannya.

.

.

.

.

.

Hashira menatap Fukina dengan tatapan cemas, “Jadi? Intinya mengalahkannya itu mustahil?”

Fukina berdiri dari duduknya lalu ia berjalan ke sebuah kaca jendela. Memandang keluar dari sana dengan tatapan serius.

“Dia seperti sedang bermain catur, tapi hanya bermain seorang diri. Lalu, asumsiku sepertinya White bekerja sama dengan Takio.” ucap Fukino sambil mengerutkan kening.

Erika, Ron, dan Judy terkejut. bagaimanapun mereka mengenal siapa Takio itu. Sedangkan Hashira dan Otome mengernyit bingung.

“Siapa Takio?” tanya Hashira.

Ron menatap Hashira, “Seorang penjahat yang meresahkan warga dulu dan Noe yang saat itu berumur 20 tahun berhasil menjebloskannya ke penjara Arlanta.”

“Tapi, dia seharusnya tidak bisa memberi perintah dari penjara!” seru Hashira.

“Mengerjakan itu adalah hal yang ia kuasai. Jadi, jangan heran.” jawab Erika dengan nada datar.

Fukina menghembuskan nafas pelan, lalu ia membuka jendela di sampingnya. Namun sebuah peluru melesat ke arah Fukina dengan cepat.

.

.

.

.

.

Takio tersenyum tipis, ia menatap kosong langit-langit penjara dengan seringai puas. Dalam benaknya, ia merasa berhasil. Tak ada keraguan di dalam hatinya.

Ia terkekeh geli, “Dengan ini, mata Dewa tidak akan bisa digunakan. Sangat membosankan ketika rencanamu sesempurna ini.”

Deritan pintu penjara terbuka, atensi Takio menatap ke arah pintu. Namun dirinya terkejut saat melihat sosok lelaki yang dipaksa masuk di ambang pintu.

.

.

.

.

.

“Aku mendorongmu dan peluru tidak berhasil mengenaimu.” ucap Judy setelah ia mendorong Fukina menjauh dari jendela.

Alhasil, peluru itu tidak mengenai Fukina. Fukina sendiri terkejut, namun bukan hanya dia. Semua orang diruangan itu terkejut. Ron langsung menutup jendela dan gorden pada jendela itu.

“Tapi, bagaimana kamu bisa tau aku akan diserang?" tanya Fukina sambil mengerutkan kening.

“Saat aku membuka ponsel ada peringatan pada layar: Dorong Fukina. Tertera dengan akun @RedSpiderLily.” ucap Judy sambil beranjak berdiri.

Erika tertegun, 'Noe, itu pasti akun Noe. Aku yakin!' batinnya yakin.

Fukina mendengus pelan, “Ini pasti karena Bleidku. Bleidku adalah: mata Dewa. Aku bisa melihat masa depan selama lima detik. Peluru tadi pasti sudah direncanakan Takio ataupun White.”

.

.

.

.

.

“Pembunuhan sang pemilik mata Dewa, telah dicegah. Wahai Tuan iblis.” ucap tahanan baru itu—Romino.

Seringai Takio semakin mengembang, “Ini ulahmu, ya?” ucapnya, “Kamu sengaja tertangkap agar bisa membantu SevenSix?” lanjutnya.

“Tidak ada cara lain untuk melihat skema rencanamu selain duduk di penjara ini.” ucap Romino sambil duduk di lantai penjara.

Takio menatap tertarik, “Tidak kusangka, aku punya lawan bermain catur di sini.”

Romino terkekeh geli, seandainya Takio tahu sesuatu, “Iie, aku bukan lawanmu. Lawanmu itu Noe, loh. Aku hanyalah benteng miliknya di dalam permainan ini dan aku tentu sukarela untuk maju demi Noe.”

'Oh, gadis itu ternyata. Sudah lama tidak bertemu gadis itu setelah ia menjebloskanku ke sini. Baiklah, mari lihat, siapa yang akan menang.' batin Takio.

“Baiklah, saatnya pojok diskusi yang saling menggembirakan.” ucap Takio dengan nada datar nya, “Aku Takio Osaka akan menjadi pembawa acaranya hari ini.”

Romino mengerjapkan mata cepat, lalu ia mengibaskan tangannya sambil menggelengkan kepala cepat. Membuat Takio menatapnya bingung namun tetap datar.

“Tahan! Tunggu dulu sebentar!” seru Romino.

Takio manggut-manggut, “Ada apa?”

Romino juga manggut-manggut, “Apa?”

“Apanya yang apa?” tanya Takio.

“Oh, diskusi, yaaa?” tanya balik Romino dengan nada malas.

Entah apa yang mereka pikirkan dimomen bosan ini serta pembicaraan gaje mereka. Sama-sama gaje, jadi percakapannya kayak nyambung di otak mereka masing-masing. Yang baca enggak.

“Aku senang kamu cepat tanggap.” ucap Takio, “Kita diberkati kecerdasan yang sengklek, yang memungkinkan percakapan tidak jelas ini terasa nyambung dan mengisi kegabutan. Aku tidak bisa berdiskusi dengan orang lain, kecuali orang yang sama sepertiku, memiliki kecerdasan sengklek dan tidak jelas. Jadi aku mengusulkan untuk mengambil kesempatan mengatakan keluhan kita.” lanjutnya.

Romino menghembuskan nafas, capek ngomong sama orang sengklek tapi dirinya juga sengklek, aneh. Memang di cerita ini gak ada yang namanya tidak aneh.

“Baiklah, kamu duluan.” ucap Romino pasrah.

“Para bawahanku mengikuti perintah dan tidak mau bertindak sendiri. Apa yang harus kulakukan agar bawahanku berguna dan dapat bertindak sendiri?” tanya Takio.

Sesi curhat ini ceritanya.

Romino berpikir sejenak, “Jika para bawahanmu malas-malasan itu hal yang buruk. Jika mereka merasakan bahaya, mereka akan bergerak sendiri.”

Padahal sendiri aja malas-malasan ngerjain dokumen sampai di tendang keluar kantor ama adiknya, Judy.

“Begitu.” ucap Takio sambil manggut-manggut ngerti.

“Giliranku. Sudah banyak upaya yang kulakukan agar Noe peka, tapi hatinya tetap belum luluh. Apa yang harus kulakukan?” tanya Romino.

Takio berpikir sejenak, “Buat dia kehilangan pekerjaan dan rumah, lalu tipu keluarganya agar menelantarkannya. Maka, dia akan datang dan menempel padamu.”

“Aku pasti akan dipecat duluan oleh Sachou sebelum melancarkan rencana itu,” ucap Romino sambil sweatdrop.

“HAHAHAHAHAHA” tawa garing mereka berdua setelahnya.

Dua orang yang receh dan sengklek dipertemukan, jadinya begini. Gak tau, Authornya lagi masa gaje.

“Selanjutnya, mari kita bertanya bersamaan.” ucap Takio dengan senyum tipis.

Romino membalas senyum itu dengan senyum miringnya, “Ide yang bagus.”

“Aku ingin tahu, Bagaimana caramu memberi perintah dari penjara/Aku ingin tahu, Bagaimana kau memberitahu informasi pada gadis itu—Noe—dari penjara.” tanya Romino dan Takio secara bersamaan.

1
Anonymous
"
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!