NovelToon NovelToon
Tangisan Hati Istri

Tangisan Hati Istri

Status: sedang berlangsung
Genre:cintapertama
Popularitas:19.7k
Nilai: 5
Nama Author: Cicih Sutiasih

Bayangan indahnya hidup setelah sah menjadi seorang istri, tidak dirasakan oleh Mutia Rahma Ayunda, ternyata ia hanya dijadikan alat untuk mencapai ambisi suaminya , Rangga Dipa .
Setelah menikah, Rangga yang berasal dari keluarga kaya,berusaha mewujudkan semua mimpinya untuk memiliki fasilitas mewah dengan mengandalkan istrinya. Rangga hanya menafkahi Mutia dengan seenaknya, sebagian besar uangnya ia pegang sendiri dan hanya ia gunakan untuk kepentingannya saja, Rangga tidak peduli dengan kebutuhan istrinya. Sampai mereka dikaruniai anakpun, sikap Rangga tidak berubah, apalagi ia masih belum bisa move on dari mantan pacarnya, Rangga jadi lebih mengutamakan mantan pacarnya dari pada istrinya.
Kehidupan Mutia sering kali diwarnai derai air mata. Mampukah Mutia bertahan, dan akankah Rangga berubah?.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cicih Sutiasih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Harapan Bersama

"Pi..., apa sebaiknya Rangga saja yang kelola kedai ini, kalau begitu, dia akan selalu bisa kita pantau", usul Bu Anggi.

"Mana mau dia Mi... , dia itu tidak mau bekerja dengan kita, biarkan saja", ucap Pak Dwi.

"Hah..., panjang umur, tuh mereka datang juga", Pak Dwi menunjuk ke arah mobil Rangga yang memasuki pekarangan kedai bebeknya.

"Assalamu'alaikum...", Mutia langsung berucap salam begitu masuk , dan ia pun meraih tangan kedua mertuanya itu dan menciumnya dengan ta'jim.

"Wah...wah...pengantin baru kita sudah pulang, bagaimana perjalanannya, pasti menyenangkan bukan?",senyum Pak Dwi menyambut kedatangan Rangga dan Mutia.

"Ya jelas menyenangkan dong Pi, tempatnya bagus, walau udaranya sangat dingin", senyum Mutia. Ia terlihat mengembangkan senyuman .

"Syukurlah... Papi senang mendengarnya, sekarang menjadi tugas kamu Rangga, bahagiakan Mutia, seperti orang tuanya membahagiakan Mutia",

"Papi akan malu sama Pak Yuda, kalau sampai kamu tidak bisa membahagiakan Mutia", imbuh Pak Dwi lagi.

"Bagaimana Rangga, kamu tertarik tidak mengelola bisnis baru Papi, kamu dan Mutia bisa bersama-sama mengelolanya, jadi kalian tidak usah bekerja di luar lagi", usul Pak Dwi.

"Aduh...Pi..., terlambat, aku sudah mau pindah ke kantor cabang nih, tinggal menunggu turun SK saja",ucap Rangga sambil menyandarkan tubuhnya ke sandaran kursi.

"Bagaimana dengan Mutia?", tatap Bu Anggi.

"Tenang saja Mi, Mutia akan aku bawa, sekarang kan dia sudah sah menjadi istri aku, jadi..., kemanapun aku pergi, ia akan selalu aku bawa", senyum Rangga.

"Bukan begitu kan Pi?", imbuh Rangga, ia melirik ke arah Pak Dwi.

"Ya memang harus begitu, tempat seorang istri itu disamping suaminya, seorang suami yang baik itu yang bisa memuliakan istrinya, karena istri itu penarik rejeki suami",

"Kamu jangan pelit sama istrimu Ga, istri itu harus dibuat senang lahir dan batinnya, dijamin semua urusanmu akan dimudahkan, ingat itu", imbuh Pak Dwi lagi.

"Oke...oke...Pi, aku akan selalu ingat itu, aku tidak akan melarang Mutia untuk melakukan apa pun yang ia mau, termasuk urusan pekerjaannya, selama dia mau dan mampu, kenapa tidak", ucap Rangga.

Padahal dalam hatinya, Rangga sangat berharap kalau Mutia tetap bekerja, agar dirinya tidak terlalu diberatkan dalam urusan keuangan keluarganya nanti.

"Aku tetap mau bekerja saja Mas, bukannya aku tidak percaya sama Mas, tapi aku ingin memanfaatkan ilmuku saja, sayang kan, kuliah tinggi-tinggi, tapi hanya diam saja di rumah", jelaskan Mutia.

'Bagus itu..., aku setuju sekali', batin Rangga bicara, ia merasa lega, karena ternyata keinginan Mutia itu sesuai dengan harapannya.

"Ya, terserah kamu saja , asal bisa membagi waktu antara urusan pekerjaan dengan urusan keluarga, Papi mendukung saja",

"Terima kasih Pi, Mutia rencananya mau pilih mengajar privat saja, biar waktunya lebih fleksible, bisa dikerjakan di rumah juga", imbuh Mutia lagi.

"Iya..., terserah Mutia saja , Mami juga mendukung", senyum Bu Anggi.

"Sudah tanggung dong Mi, semua sudah disiapkan, bahkan kami juga bermaksud untuk menetap di sana, kita akan membeli rumah di sana, bukan begitu Mutia?", Rangga melirik ke arah Mutia.

"Ah...iya, itu semua sudah kita rencanakan, kita ingin belajar mandiri, kita kan sudah mempunyai penghasilan sendiri, jadi rasanya sudah saatnya menentukan masa depan sendiri", ucap Mutia menimpali, ia meyakinkan kedua mertuanya.

"Alhamdulillah..., bagus itu, Papi senang sekali mendengarnya, Papi dukung rencana kalian, kalau boleh, Papi juga bisa bantu",

"Tidak usah Pi..., kami kan mau belajar mandiri, nanti juga kalau kami kewalahan, kami merasa kesulitan, kami akan meminta bantuan kepada Papi dan Mami", ucap Rangga.

"Baiklah kalau begitu, Papi senang sekali, jadi kita bisa berkunjung ke rumah kalian, apalagi kalau sudah ada cucu, wah...pasti akan tiap akhir pekan Papi dan Mami berkunjung ke sana", ucap Pak Dwi dengan raut muka bahagia.

Begitu juga dengan Bu Anggi dan Rani, mereka juga tampak bahagia. Mereka berpikir Rangga sudah benar-benar berubah.

"Ini perlu dirayakan Mi, kita makan -makan di sini saja, nanti kita adakan acara syukuran sekalian pembukaan kedai kita ini, pas kan momennya?",

"Wah...ide bagus itu Mi, Papi setuju sekali, sekali mendayung, dua tiga pulau terlampaui",

Rangga dan Mutia saling pandang, Rangga tidak menyangka, responnya diluar dugaan. Papi dan maminya terlihat begitu respect dengan rencana mereka, bukan, sebenarnya ini hanya rencana Rangga saja untuk bisa kembali bebas dari pantauan orang tuanya.

"Boleh juga Pi rencananya, kita sekalian promosikan kedai ini, Rangga boleh undang kembali teman-teman Rangga kan?, lumayan lo Pi..., teman-teman Rangga kan banyak, relasi-relasi baru juga banyak", usul Rangga, terbersit dalam benaknya untuk mengundang Minarni juga.

Wanita yang baru hari ini bertemu , tetapi sudah memikat hatinya.

"Ya tentu saja boleh dong, tapi ingat!, tidak ada acara hura-hura dan pesta-pesta minuman ya?", tatap Pak Dwi.

"Oke siap Pi..., ini kan acara buat mempromosikan kedai ini, bukan acara ulang tahun", kekeh Rangga.

Kini hati Rangga merasa senang, semua rencananya berjalan lancar. Dengan begitu, pertemuannya dengan Minarni nanti tidak akan membuat curiga Papi dan maminya.

"Oke..., nanti Papi siapkan semuanya, Papi sekalian atur waktunya juga, acara perpindahan kamu dan Mutia, juga acara pembukaan kedai ini", imbuh Pak Dwi tampak antusias.

"Ya sudah, kami istirahat dulu Pi, sekalian beres-beres barang", Rangga menyambar lengan Mutia, ia membawanya ke mobil untuk kembali ke rumahnya.

Bahkan Rangga pun mengalihkan lengannya ke pinggang Mutia, ia sengaja melakukannya agar Papi dan maminya bisa melihat, dan mereka menyangka, kalau ia dan Mutia sudah benar-benar bisa saling menerima dan saling mencintai.

"Tuh kan Pi..., Mami bilang juga apa, Rangga itu bakal berubah, buktinya, belum satu minggu saja sudah terlihat ", senyum Bu Anggi.

"Iya...iya..., ini semua berkat Mutia Mi..., Mutia yang selalu sabar menghadapi Rangga, jadinya Rangga malu sendiri kan", senyum Pak Dwi.

Rangga dan Mutia yang sudah kembali berada di dalam mobil, tampak saling diam, mereka seperti sedang berakting saja, melakukan hal yang sejatinya bertentangan dengan hati mereka.

"Terima kasih ya..., kamu sudah membuat Papi dan Mami percaya", ucap Rangga memecah keheningan.

"Itu sudah tugas aku Mas, biasa saja", senyum Mutia,

"Aku tidak akan membuat Bapak dan Ibu kecewa, apalagi Papi dan Mami, mereka itu orang yang baik, mereka sudah banyak berkorban dalam kehidupan kita, jadi aku tidak akan banyak bicara, kecuali kalau mereka sendiri yang melihatnya , aku tidak bisa menolong kamu lagi Mas",

"Jadi...berhati-hatilah bersikap, sebaik-baik orang menyimpan bangkai, pasti akan tercium juga", ucap Mutia datar.

Mutia berharap Rangga sedikit demi sedikit sadar, dan tidak bermain wanita lagi di luar.

1
Woro Hestiningsih
cerita yg menarik
Cicih Sutiasih: Terima kasih sudah mampir, mohon dukungannya
total 1 replies
Aghitsna Agis
hamidum mutia
Aghitsna Agis
udah mutia lepaskan aja rangga jgn dikasuh hati kg tambah ngekunjak merasa punya istri manut terus jd seenaknya kan dekarang muti sudah punya kerjaan lanjut
Aghitsna Agis
rangga gunta ganti aja jgn nyeselmkalau jena pemyakit hiv, mutia cuekin aja rangga nga tos hidup nga nyusajin suami niar fia nyesel.lanjut up lg
Cicih Sutiasih: Terima kasih Kak, selalu mengikuti kisah Mutia, aku kerja dulu, up nya besok pagi ya
total 1 replies
Aghitsna Agis
mydah2an mutia ditempatkan dikatirnya oa hasbi jd biar aman kemutia dan hanif soalnya kalau jd art dikhawatirkan dania cemburu trs memfinah mutia yg nga nga jdnya brrabe lanjut up lg mka
Cicih Sutiasih: Terima kasih Ka, sabar ya, aku baru pulang kerja, istirahat dulu, nanti up nya agak sore
total 1 replies
Aghitsna Agis
udah pergi aja.mutia biar ada rasa menyedar cinta tinggal vinta klau fiinjak injak debagai istri tidak dihargai.makanya jgn.mencintai lebih baik dicintai jd rangga merasa duatas angin
Cicih Sutiasih: Nanti ada saatnya Mutia menangis karena bahagia, Rangga perlahan akan berubah kok, akan ada kejadian-kejadian yang menimpa Rangga, yang membuatnya sadar atas perilakunya kepada Mutia, jadi ikuti saja terus kisahnya/Rose//Rose/
total 1 replies
Aghitsna Agis
udah tinggalin aja muti
Aghitsna Agis
tuh rangga lihat sinta melihat kamu malah.mundur bukannya menolong malah ttp sinta yg menolongnya apa nga malu lanjut
Rina ariyanti
Luar biasa
Cicih Sutiasih: Terima kasih
total 1 replies
Anita Jenius
Salam kenal. 3 like mendarat buatmu. semangat ya
Cicih Sutiasih: Terima kasih, mohon komenannya juga, mungkin ada alur atau nama tokoh yang keliru
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!