Ikhlas ... bukanlah hal yang mudah untuk diterapkan, namun terkadang kita dipaksa untuk menerapkan nya oleh keadaan.
Bellona Ghelsi, memaksa dirinya untuk menelan semua kenyataan pahit dalam hidupnya. Kenyataan bahwa Logan sang suami yang amat ia kagumi sebelumnya, ternyata memiliki hubungan spesial dengan Bella yang merupakan saudaranya sendiri.
Kisah masa lalu Logan dan Bella yang tak diketahui oleh Lona, membuat gadis itu merasa sangat menyesal karena harus hadir diantara mereka.
Melepaskan ..., itulah pilihan Lona! ia ingin kembali membuat jalan kehidupan nya sendiri tanpa hadirnya seorang pria.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon JackRow, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
My Way-19
Area living room dengan dinding bernuansa biru laut serta beberapa kanvas lukisan yang belum terselesaikan di tempat itu membuat Bellona Ghelsi diam-diam mengagumi kepribadian Rafayel.
Pria yang cukup sassy, tapi dia juga cukup dewasa dalam memperlakukan gadis kecil yang bernama Claire,
"Akan ku siapkan beberapa camilan untuk kalian!" Rafayel tampak melangkah meninggalkan Ghelsi bersama Claire yang kini mulai asik meraih kuas lukis.
"Nona! apa kau tak ingin memperkenalkan dirimu padaku?"
"Haruskah? atau mungkin itu tidak perlu!"
"Kenapa? apa kau tak menyukai ku?"
"Bagaimana bisa aku tak menyukai gadis cantik seperti mu? tapi ..., akan jauh lebih baik jika kita tetap menjadi orang asing, dan saling menjaga batasan masing-masing!" Bellona Ghelsi kembali tersenyum sembari membungkuk kan badan menatap wajah imut gadis dihadapannya.
"Jauh lebih baik? apa maksudnya?"
"Terkadang, ketika hubungan kita terlalu dekat dengan seseorang ..., kita jadi tak sungkan untuk merendahkan atau bahkan menyakiti hati seseorang tanpa sadar. Jadi ..., tetap lah menjadi orang asing,"
"Apa kau tak memiliki teman sebelumnya?"
Perkataan Claire seketika membuat senyuman di wajah Bellona memudar.
"A-aku, aku memang tak begitu pandai untuk berteman,"
"Benarkah? tapi kenapa?"
"Entahlah! mereka bilang kalau diriku ini aneh!" Bellona kembali menampilkan senyum getir.
'Ayolah Bella, kita bisa bermain bersama-sama bukan?'
'Tapi Ben! aku harus menemani Lona untuk main piano kali ini! aku sudah berjanji padanya!'
'Piano lagi? itu sungguh membosankan, biarkan saja Lona bermain seorang diri! dia itu gadis yang aneh! kenapa malas sekali untuk terkena sinar matahari? daddy bahkan memiliki pendapat yang sama sepertiku!'
Kenapa? kenapa diriku seperti ini?
"Nona! apa kau baik-baik saja?"
"Aaa-ah! iya, aku baik-baik saja! maaf ...," Bellona seketika memalingkan wajahnya saat menyadari Rafayel telah muncul dengan beberapa biskuit juga kacang almond.
"Claire! apa kau menggoda Nona Ghelsi?"
"Tidak Rafayel! sungguh!"
"Lalu kenapa paras cantiknya itu tampak sedih dan terluka?" Rafayel seketika menampilkan raut wajah seriusnya hingga Claire tertunduk.
"Bukan apa-apa! ini sama sekali tak ada sangkut pautnya dengan Claire! dia gadis yang baik! dia bahkan pandai untuk memulai suatu percakapan dengan orang asing! skill komunikasi yang ia miliki sungguh membuat diriku iri."
"Benarkah Nona?" gadis kecil itu seketika mendongakkan kepala dan bertanya dengan antusias dihadapan Rafayel juga Bellona.
"Tentu! aku bahkan tak berani berbicara sebanyak dirimu saat berhadapan dengan orang asing pada saat diriku seusia mu, Claire! itu hal cukup menakutkan bagiku dulu, jadi aku memilih untuk kesepian meskipun begitu banyak orang di rumah."
"Jika diriku menjadi tetangga mu, maka aku akan selalu berbicara padamu setiap saat Nona!" Rafayel akhirnya turut membuka suara dan tersenyum menatap wajah sendu Bellona.
"Kenapa kita jadi membahas masa lalu ku? aku minta maaf! tapi ..., dimana pianonya? bukankah kita kemari untuk belajar piano?"
Rafayel mengangguk, ia kembali melangkah dengan senyum yang tak luntur sebelum jemarinya menarik sebuah tirai berwarna cream yang menutupi sebuah benda pada sudut ruangan.
"Bluthner? apa kau telah lama memiliki nya Tuan Rafayel?" manik mata Bellona seketika berbinar, ia juga menghampiri Rafayel sembari memperhatikan benda yang membuat hatinya berbunga-bunga.
"Sebenarnya ini hadiah dari seseorang saat diriku masih duduk di bangku kuliah, aku lebih suka melukis daripada bermain musik Nona! jadi aku sengaja menyimpan nya begitu saja."
"I see,"
"Kau pandai bermain piano! apa kau juga memiliki beberapa koleksi, Nona Ghelsi?"
"Tidak juga, saya hanya bisa bermain piano ditempat kakek waktu kecil! itupun tanpa sengaja, lagipula mana mampu saya membeli piano semahal ini ...," jemari Bellona Ghelsi lagi-lagi mengusap debu halus yang berada pada body piano.
Rafayel seketika terkekeh,
"Apa kau yakin?" pria itu menggenggam jemari Lona hingga gadis itu menatap ke arahnya.
"A-apa maksudmu Tuan?"
"Aku bisa memberikan mu sebuah piano yang kau impikan Nona! tapi dengan satu syarat!"
"Syarat?"
"Mau menjadi kekasih ku?" tatapan mata Rafayel semakin intens dengan genggaman yang semakin erat pada jemari gadis dihadapannya.
"Apa kau sedang menembak nya Rafayel?"
"Maaf, itu sepertinya tidak perlu!" Bellona seketika menarik tangannya saat Claire telah berdiri di tengah-tengah mereka.
*****
Hampir enam bulan berlalu,
Kesunyian semakin hari semakin melanda kediaman Tuan Darent, jika dulu Lona selalu mampir walau hanya sekedar untuk menyapa Nyonya Freya setiap harinya, kini kunjungan yang dinantikan oleh wanita paruh baya itu hanya tinggal sebuah kenangan dalam benaknya.
Sikap Benedict yang dingin juga pendiam, serta Tuan Alberto yang tak lagi memiliki keinginan untuk mengunjungi kediaman sang putri membuat kehidupan Nyonya Freya tampak dikelilingi oleh dinding kesunyian.
"Freya, kenakan lah baju hangat mu dengan benar! cuaca semakin dingin sayang."
"Apa Bella belum juga kembali?" perkataan lembut dari lisan Tuan Darent justru mendapat jawaban ketus.
"Dia mungkin kembali ke apartemen! beberapa kasus dalam persidangan akhir-akhir ini pasti membuat nya lelah!"
"Hanya karena lelah? dia sampai melupakan orang tuanya sendiri?"
"Apa maksudmu sayang?" Tuan Darent semakin melangkah mendekati sang istri yang masih mematung di samping jendela.
"Berita-berita di media itu! kenapa semuanya berisi tentang kesalahan Bellona Ghelsi? apa kau tak mencurigai sikap dari putri mu sendiri, Darent?"
"Mencurigai? aku sungguh tak mengerti maksud dari perkataan mu Freya!"
"Selama ini aku selalu mencoba untuk menyayangi Bella layaknya putri ku sendiri, tapi kau ..., kau justru memperlakukan Lona dengan sesuka hatimu! kau menekan batin putri kecilku secara halus tanpa sepengetahuan ku! ayahku benar! kau memang bukan pria yang baik Darent! aku menyesal! seharusnya aku membiarkan Julius membawa Bellona saat itu! mungkin kehidupan nya akan jauh lebih bahagia."
Buliran air mata Nyonya Freya seketika tumpah setelah ia meluapkan semua kekecewaan dalam hatinya.
Maafkan diriku Freya, aku sungguh tak bermaksud seperti itu, aku hanya tak ingin Bella merasa di perlakukan tak adil di rumah ini, terlebih ayahmu yang selalu terlihat lebih menyayangi Lona, itu membuat ku sedikit membenci kehadiran nya,
Tuan Darent pun hanya diam, tanpa mampu bersuara.