My Husband Is Paralyzed

Begitu darel kembali kemar nya edwin mengikutinya.

"Ayah ada apa?" Ada langkah kaki halus di belakangnya. Darel berbalik dan menemukan itu adalah ayahnya.

Edwin memandang nya dan menggosok tangannya dengan gugup, dia tersenyum dan berkata, "Darel, kamu sudah dewasa sekarang. Kakak mu telah menjadi seperti itu. Bukan kah kamu harus kembali bekerja?"

Darel mengerutkan kening, dia merasa kesal saat mendengar itu.

"Ayah. Ayah tahu kalau aku tidak tertarik dengan perusahaan itu. Mengapa ayah memaksa ku?"

Yang di inginkannya adalah kebebasan, dia tidak ingin terjebak di perusahaan sepanjang hari.

Edwin sedikit kecewa mendengar itu. Dia tahu darel tidak tertarik pada perusahaan.

Sepasang mata liciknya berputar, edwin berkata dengan suara yang dalam, "Kamu tidak memperhatikan masalah perusahaan. kamu tidak tahu situasinya saat ini."

"Sejak Kakak mu menjadi seperti itu, kekuasaan di perusahaan pada dasarnya telah di ambil. Jika kamu tidak pergi ke perusahaan, perusahaan keluarga barbara akan menjadi milik orang luar. Ayah yakin kakak mu juga berharap kamu memasuki perusahaan dan berpartisipasi di dalam perusahaan."

Darel terkejut dia tidak menyangka akan terjadi perubahan besar di perusahaannya.

Dia tampak ragu-ragu. Melihat itu edwin tampak sangat senang. Dia tahu bawah ada peluang.

Jadi dia melanjutkan, "Apakah kamu tega membiarkan orang lain menikmati hasil kerja keras kakakmu? Jika kamu masuk perusahaan sekarang. Di masa depan, ketika kakakmu sudah lebih baik, dia mungkin bisa mengambil alih."

Darel menunduk, kelopak matanya bergerak-gerak.

Apa yang di katakan edwin bukan tanpa alasan. Meskipun dia tidak peduli dengan urusan perusahaan. Semua pencapaian itu adalah hasil keringat dari brayan. Tidak peduli apapun yang terjadi, dia harus melindunginya dari orang lain.

Darel mengerutkan bibirnya, "Baiklah, aku berjanji."

Edwin melihat bahwa dia setuju, ada jejak kesuksesan melintas di wajahnya. Dia tertawa dan menepuk pundak darel, "Ini baru anakku yang baik."

Keesokan harinya, darel secara resmi masuk ke perusahaan barbara.

Darel melihat tumpukan dokumen di depannya yang setinggi gunung. Dan mengusap pelipisnya.

Dia benar-benar tidak tahu dari mana brayan mendapatkan tekad seperti itu sebelumnya sehingga dia bisa menyelesaikan urusan ini.

Soal masuknya darel ke perusahaan barbara, tidak hanya di ketahui oleh perusahaan. Edwin juga meminta secara khusus mendaftarkan postingan di website dan melakukan pengumuman resmi.

Saat ini, lara yang sedang menjelajahi website nya di rumah, melihat postingan trending itu dia bangkit.

Dia bergegas turun dengan panik dan meraih tangan mira dengan wajah penuh kegembiraan, "Mom, Darel telah resmi masuk ke perusahaan barbara."

Mira melihatnya berteriak dan ingin memarahinya, tetapi ketika mendengar kalimat itu, dia tercengang, "Darel resmi masuk ke perusahaan barbara?"

Lara mengangguk, "Ya. Sekarang dia resmi masuk ke perusahaan barbara, apakah dia masih jauh dari penerus perusahaan barbara?"

Saat ini, perusahaan barbara terus berkembang. Jika dia bisa menikah dengan keluarga barbara, itu akan membawa keuntungan bagi keluarga braham.

Mira tahu apa yang di pikirkan lara ketika dia melihat ekspresi gembiranya.

"Jika kamu ingin menikah dengan darel, sebaiknya ubah kelakuan mu." Mira melihat dinding sambil berbicara. "Sekarang hampir tengah hari, pergi dan masak beberapa hidangan sekarang dan bawakan padanya."

Jika ingin mendapatkan hati seseorang pria, kamu harus memulainya dari titik yang lembut.

Begitu lah cara dia memperlakukan damar pada saat itu.

Lara mengangguk, "Aku tahu."

Lara berjalan ke dapur dan melihat serangkaian peralatan dapur. Dan menatap mira.

Sejak dia masih kecil, makanan yang dia makan di buat oleh pelayan, kapan dia pernah memasak?

"Mom, aku tidak tahu cara memasak..." Dia telah menjalani kehidupan mewah sejak dia masih kecil, bagaimana dia bisa memasak?

Mira memandangnya. "Biarkan pelayan yang menyiapkan makanan ini untukmu. Antar kan itu terlebih dulu. Setelah itu, lebih baik kamu belajar memasak."

"Mom, kamu yang terbaik.." Lara langsung memeluk mira ketika mendengarnya.

Dia selalu membenci bau minyak dan asap. Itu akan merusak kulitnya.

Mira memanggil tiga pelayan untuk menyiapkan tiga hidangan dan satu sup. Dia meminta supir untuk mengantar lara ke gedung group barbara.

Lara mengangkat tangannya untuk melihat arlojinya, sekarang belum waktunya makan siang. Masih ada waktu, jadi dia memutuskan untuk berkeliling sebelum masuk.

Di sebuah kafe dekat group barbara.

Sheila mengambil cangkir dan menyesap kopinya. Dia menyipitkan matanya dengan wajah senang, "Sudah lama sekali aku tidak merasa begitu nyaman."

"Kamu bisa datang ke tempat saya. Saya dapat memberi mu lingkungan kerja yang lebih baik." Serena melihat ekspresi malasnya dan tersenyum.

Sheila menggelengkan kepalanya, "Lupakan saja, aku tidak punya rencana apapun untuk saat ini."

Dia mendongak dan menarik rambutnya. Memperlihatkan wajahnya yang lembut.

Tiba-tiba gerakannya berhenti..

Sepasang matanya sedikit menyipit, dan hanya setelah dia melihat dengan jelas baru lah dia mengangkat bibirnya untuk mencibir.

Melihat sheila melihat ke arah tertentu, serena mengikuti garis pandangannya. Dia melihat wanita mengenakan gaun hitam. Wanita berpakaian mewah itu berdiri dengan kotak makan di tangannya.

"Kamu kenal dia?"

Sheila membuang muka dan tersenyum, "Tentu saja."

Dia adalah musuhnya yang sangat dia benci, bagaimana mungkin dia tidak mengenalnya?

Dia melihat lara berkeliling di sekitar group barbara. Dan langsung mengerti niat lara.

Sepertinya lara juga mengetahui bahwa darel adalah keturunan dari keluarga barbara. Dia takut dia akan menemukan kesempatan untuk dekat dengannya.

Namun, dia tidak akan membiarkannya berhasil.

Jari-jarinya mengetuk meja dengan ritme yang ringan, satu demi satu.

"Nona serena, saya dengar anda menjalin kemitraan dengan group barbara baru-baru ini?"

"Ya, ada apa?" Serena dengan santai mengaduk kopi di depannya.

“Wanita itu akan masuk ke perusahaan barbara nanti. Minta resepsionis untuk menghentikannya dan membuang kotak makanan di tangannya. Setelah ini selesai, kita bisa mendiskusikan harganya di antara kita." Senyuman melintas di wajah sheila.

Di masa lalu, lara selalu datang untuk mencari masalah, tapi sekarang dia akan mengambil inisiatif untuk menyerang.

Serena mengangkat alisnya, "Apa kamu bermusuhan dengannya?"

"Ya, permusuhan yang tidak dapat di damaikan." Sheila setengah menyipitkan matanya, cahaya dingin melintas di matanya.

Kelopak mata serena melonjak. Dan dia langsung menelepon meja resepsionis.

Lara menghitung waktunya. Dia merapikan pakaiannya dan tersenyum. Dia masuk dengan wajah tenang dan percaya diri.

"Permisi saya mencari tuan muda barbara.."

"Apakah anda punya janji?"

"Tidak, tapi dia dan aku berteman."

"Maaf, anda tidak bisa masuk tanpa membuat janji."

Lara memperlihatkan kotak makan di depannya, "Saya di sini untuk mengantarkan makan siang padanya.."

Resepsionisnya sedikit malu, "Ini...Anda dapat meninggalkan nama dan nomor telepon anda. Kami akan membantu anda mengantarkan kotak makanan itu pada tuan muda."

Lara menggigit bibirnya. Meski dia tidak mau, dia tetap menyerahkan kotak makanan siang itu.