Saat itu Diana tidak akan pernah menyangka bahwa dirinya akan berubah nasib menjadi tahanan cinta seorang pria tampan dan juga kaya. Dia dibawa paksa untuk menikah dengan pria yang tak dikenalnya itu.
Akankah Diana bisa melalui semuanya dengan sabar? ataukah dia akan berusaha kabur dari genggaman pria tersebut?
🌸🌸🌸🌸
Nantikan kisahnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Leticia Arawinda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 35
"Cup" Diana mendongakkan wajah Evans lalu menciumnya dari atas.
Posisi Diana yang berada di belakangnya membuat Evans tidak bisa leluasa meraih tubuh Diana untuk mencoba memeluknya.
"Hmm.. istriku, apa kamu sengaja melakukannya?" tanya Evans sambil menyentuh lengan Diana dengan menoleh ke belakang.
"Iya sayang, hari ini cukup dengan ciuman ini saja ya" pinta Diana.
"Kenapa istriku?" tanya Evans merasa bingung.
Menatap wajah suaminya yang bingung, Diana berjalan ke depan untuk duduk di samping suaminya.
Sret!
Diana berbaring di pangkuan suaminya.
"Suamiku, terimakasih karena kamu sangat baik denganku" ucap Diana sambil menatap wajah suaminya serta menyentuh pipinya.
"Istriku jangan membuatku takut. Kenapa sekarang kamu banyak sekali mengatakan hal manis yang dulu tak pernah kamu katakan. Jangan bilang kamu akan meninggalkan ku" jawab Evans dengan ekspresi sedih sambil menyentuh wajah Diana.
Diana menggelengkan kepalanya dengan tersenyum.
"Bukan seperti itu suamiku, aku merasa beruntung bisa memilikimu tapi apa benar ini bukan mimpi" tanya Diana.
Evans mencubit pipi Diana saking gemasnya.
"Akh, sakit tahu" ujar Diana.
"Haha.. maaf istriku, apa sekarang kamu sudah tahu kalau ini bukan mimpi?" tanya Evans.
"Iya, iya aku sudah tahu ini bukan mimpi tapi.."
"Sstt! jangan tapi.. tapi. Sebenarnya apa yang ada di kepala kecilmu ini sih?" kata Evans sambil menyentuh bibir Diana dengan jari telunjuknya.
"Mikirin suamiku" godanya sambil tersenyum nakal.
"Huh.. dasar ya! sekarang istriku pintar menggoda. Apa ini berarti kode untuk melakukan sesuatu yang di inginkan?"
Diana terbelalak, dia tak sadar sudah terlalu banyak menggoda suaminya hingga perkataannya menjurus ke arah sana.
"Haha.. tidak kok! aku cuma mau kita sering seperti sekarang sayang" jawab Diana.
"Yasudah baiklah, aku juga tidak mau membuat istriku kelelahan"
Evans mengelus kepala istrinya yang masih tiduran di pangkuannya.
"Istriku sayang, jangan menyimpan kekhawatiran yang tidak perlu karena aku sebagai suamimu akan selalu menjagamu dan berusaha terus membahagiakanmu dan juga Lucas. Dan nanti kalau kita punya anak, aku akan memberikan kasih sayang yang sama seperti ke Lucas" ujar Evans.
"Terimakasih karena sudah memikirkan ku suamiku, aku senang karena kamu akan bersikap adil. Seperti yang kamu tahu, aku sudah menganggap Lucas seperti anakku sendiri. Kuharap kamu tidak akan pernah berubah sampai kapanpun dan jangan menyimpan beban sendirian. Ajak aku untuk berbagi dalam hal apapun" kata Diana.
Evans pun tersenyum karena telah memilih istri yang tepat untuk dirinya.
"Aku akan berusaha sebaik mungkin istriku sayang, hari ini aku cukup lelah. Bagaimana kalau kita ke kamar dan tidur saja" pinta Evans.
"Baiklah suamiku" Diana menuruti keinginan suaminya.
Kali ini Evans tidak mau istrinya merasakan lelah sehingga dia menggendongnya untuk masuk kedalam kamar.
Sementara itu saat keduanya sedang bersama.
Lili yang sudah selesai membuat kopi untuk majikannya menjadi serba salah.
Langkahnya terhenti saat melihat Diana menghampiri Evans lalu memeluknya.
Dia mengurungkan kembali niatnya untuk mengantarkan kopi yang di minta oleh Evans.
"Huh.. begini lah nasib pelayan" gumam Lili.
Namun meskipun demikian, Lili sangat senang karena kedua majikannya itu sedang dalam hubungan yang romantis dan semakin dekat.
Kekhawatirannya terhadap Diana kini tak perlu lagi dia pikirkan karena sudah memahami situasinya sekarang.
Lili menunggu perintah selanjutnya dengan duduk sejenak di kursi yang berada di belakang dapur.
"Aku sangat senang karena Nyonya sudah membuka hatinya untuk Tuan sedangkan Tuan juga sudah bersikap lebih lembut ke Nyonya" gumam Lili.
"Apa yang membuatmu senang Lili?" tanya Ben yang kebetulan lewat di depannya.
"Ah, Ben? aku senang karena hubungan Tuan dan Nyonya sudah lebih baik" jawab Lili.
"Begitu ya, boleh aku duduk di sini?" tanya Ben lagi.
"Boleh, duduk saja"
Ben duduk di samping Lili dan memulai perbincangan di antara mereka.
"Ben, apa Tuan benar-benar sudah berubah?" tanya Lili.
"Akhir-akhir ini bos memang berbeda tapi semuanya jadi lebih baik" jawab Ben.
"Benarkah? apa itu artinya karena Nyonya, Tuan berubah kan?"
"Sepertinya memang karena alasan itu"
"Wah.. baguslah, aku senang dengarnya"
Keduanya melanjutkan obrolan mereka seputar pekerjaan mereka di kediaman milik Evans. Berhubung Evans sudah mulai sembuh dari trauma di masa lalunya, menjadi hal yang melegakan bagi mereka yang telah lama bekerja di rumah tersebut.
"Lili, aku pergi sekarang ya. Senang bisa mengobrol denganmu" ucap Ben sambil beranjak dari kursi.
"Iya Ben"
Ben pergi untuk melanjutkan pekerjaannya menjaga rumah tersebut seperti biasanya.
Sementara itu Diana dan juga Evans sedang tidur lelap dengan saling berpelukan.
Di sisi lain Lucas terbangun dan bingung melihat di sekitarnya tidak ada Diana.
Dia pun menangis karena tidak ada Diana di sampingnya.
Pengasuh Lucas mendengar tangisnya langsung berlari ke kamarnya.
"Kenapa Tuan muda?" tanya pengasuhnya.
"Mama mana?"
"Mama Tuan muda sedang tidur dengan papa"
"Lucas mau kesana" ucap Lucas.
"Baik Tuan muda"
Pengasuhnya membantu Lucas untuk turun dan menggandengnya berjalan menuju ke kamar Evans.
Sesampainya di sana pengasuh tersebut merasa enggan dan takut jika kehadirannya akan menimbulkan kemarahan dari Evans.
Namun dia tidak tega melihat wajah Lucas yang tampak sedih ingin bertemu lagi dengan mamanya.
Akhirnya pengasuh itu memberanikan diri untuk mengetuk pintu.
Tok.. Tok..
"Maaf Tuan, ini saya pengasuh Tuan muda" ucap pengasuh tersebut.
Jantungnya berdebar merasa gugup dan takut.
Namun saat menatap wajah Lucas, dia merasa lebih tenang.
Pintu yang tak kunjung di buka serta tak ada tanggapan dari dalam kamar menandakan keduanya masih tidur dan tidak mendengarnya.
"Tuan muda sepertinya mama dan papa masih tidur, gimana kalau kita kembali ke kamar lagi" ucap pengasuh itu berjongkok.
Raut wajah Lucas menjadi semakin sedih sehingga membuatnya semakin tidak tega namun dia tidak mungkin membangunkan majikannya.
"Nanti kalau mama bangun pasti ke kamar Tuan muda, jadi sebelum mama datang. Kita kembali ke kamar dan tidur lagi ya" ucapnya mencoba membujuk Lucas.
"Eung" Lucas mengangguk dan menuruti ucapan pengasuhnya meskipun merasa kecewa.
Karena tidak bisa langsung menemui Diana, Lucas bertekad untuk memonopoli Diana dari ayahnya.
"Nanti kalau mama ke kamar Lucas berarti mama sayang Lucas kan?" tanya Lucas.
"Tentu saja, mama Tuan muda pasti sayang makanya lebih baik kita tunggu saja, ya"
"Baik Bibi"
Bibi pengasuh yang baik hati selalu bisa membuat Lucas lebih bersabar dan memahami segala kondisi yang sulit untuk di prediksi.
Selama tidak ada Diana, dialah yang selalu menjaga Lucas seharian penuh hingga sekarang namun karena ada Diana kini dia menjadi tidak terlalu lelah dan jarang beristirahat.