NovelToon NovelToon
Istri Tak Ternilai

Istri Tak Ternilai

Status: tamat
Genre:Tamat / Pengganti / Cinta Seiring Waktu / Keluarga / Romansa
Popularitas:13.4M
Nilai: 4.9
Nama Author: Desy Puspita

Terbangun dari koma akibat kecelakaan yang menimpanya, Lengkara dibuat terkejut dengan statusnya sebagai istri Yudha. Jangan ditanya bagaimana perasaannya, jelas saja bahagia.

Namun, Lengkara merasa asing dengan suaminya yang benar-benar berbeda. Tidak ada kehangatan dalam diri pria itu, yang ada hanya sosok pria kaku yang memandangnya saja tidak selekat itu.

Susah payah dia merayu, menggoda dan mencoba mengembalikan sosok Yudha yang dia rindukan. Tanpa dia ketahui bahwa tersimpan rahasia besar di balik pernikahan mereka.

******

"Dia berubah ... amnesia atau memang tidak suka wanita?" - Lengkara Alexandria

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desy Puspita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 06 - Aku Harus Bagaimana?

Setibanya di rumah utama, Lengkara tidak banyak bicara. Dia bahkan berlalu ke kamar saudaranya tanpa memedulikan Bima yang menatapnya dari kejauhan. Lagi pula tidak ada yang mengajak masuk, Lengkara hanya meminta diantar sampai ke depan rumah, pikirnya.

"Maklumi saja, dia memang belum begitu dewasa ... mungkin itu yang membuat Yudha khawatir tentang hidupnya."

"Iya, Pa ... tidak masalah, aku hanya butuh waktu untuk membuatnya terbiasa."

Hanya anggukan pelan yang Mikhail berikan. Dia tidak bisa berbuat banyak kali ini, seperti yang dia ketahui Lengkara memang sedikit gila tentang Yudha. Tidak banyak yang dia inginkan, sama seperti Yudha yang menginginkan Lengkara baik-baik saja nantinya.

Setidaknya, ketika hatinya bisa beralih pada orang yang berbeda, Lengkara tidak akan segila itu. Terlebih lagi, mereka mengetahui bagaimana Lengkara jika sudah cinta, untuk saat ini biarlah waktu yang menjawab dan Bima menjalaninya.

Sementara di sisi lain, Lengkara tengah menyampaikan keluh kesahnya pada Ameera. Baru juga selesai mandi, wanita itu dibuat bingung sendiri dengan curahan hati Lengkara.

"Aku harus bagaimana, Meera? Lingerie yang kita beli dulu sudah kupakai dan mas Yudha cuma muji cantik, kamu tidak dingin begitu? Apaan begitu coba," gerutu Lengkara seraya menyeka air matanya cukup kasar, sungguh dia benar-benar tersinggung tadi malam.

"Mungkin ada alasan lain, Kara ... kamu baru pulang dari rumah sakit, kalau patah tulang atau ada yang sakit gimana hayo? Pasti suami kamu yang disalahin."

Sok bijaksana, jawabannya juga sama seperti yang dilontarkan sang suami. Lengkara yang tadinya kesal hanya pada suaminya, mendadak kesal pada Ameera juga.

"Kenapa jawaban kalian justru sama? Aku sudah baik-baik saja ... sekalipun diajak gaya helikopter juga bisa, kenapa jadi berlebihan semua sih?"

Ameera mengerjap pelan mendengar ucapan wanita di hadapannya. Tidak ada yang lain, agaknya obsesi tentang malam pertama benar-benar melekat dalam diri Lengkara. Di antara banyak keluhan, puncaknya adalah urusan ranjang.

"Kara, pas kecelakaan kebentur sebelah mana sebenarnya?"

"Aku serius, jangan diajak bercanda," lirihnya kembali gusar, padahal memang ucapannya yang di luar nalar itu membuat Ameera gemas sendiri sebagai pendengarnya.

Ameera mengatupkan bibir rapat-rapat, melihat air mata yang mengalir di pipinya, Ameera memberikan beberapa lembar tisu yang pada akhirnya membuat wanita itu bergidik seketika.

"Tisu lagi, aku meler kan jadinya," pinta Lengkara seraya mengulurkan tangan lantaran tisu sebanyak itu seakan tidak cukup demi menampung cairan di hidungnya.

"Kamu mandi tidak sebenarnya, Lengkara?" selidik Ameera kembali memperhatikan penampilan Lengkara, sungguh berbeda dengan postingannya.

"Malas," jawabnya singkat, padat dan berhasil membuat Ameera mengangguk mengerti.

Seorang Lengkara keluar dari rumah dalam keadaan menyedihkan. Mungkin cuci muka saja tidak, dia sekacau itu akibat perubahan sikap seseorang yang dicintainya.

Ameera tidak bisa berbuat apa-apa, saat ini dia hanya berusaha untuk menjadi pendengar. Seperti yang Zean katakan, semua butuh waktu dan tidak sekarang. Tidak ada yang bercita-cita Lengkara mengakhiri hidup atau gila di usia muda, sama sekali tidak ada.

Melihat Yudha yang terlalu banyak pekerjaan saja dia meronta, apalagi jika sudah lebih dari itu. "Kara, kamu mau tetap di sini?" tanya Ameera setelah wanita itu sedikit lebih tenang.

"Kamu mau kemana? Kerja ya?"

"Iya, aku berhasil dapat iklannya," sahut Ameera mencoba mengalihkan pembicaraan, siapa tahu Lengkara agak sedikit terhibur setelah ini.

"Iklan? Iklan yang mana? Obat panu yang dulu?" terka Lengkara yang membuat Ameera menghela napas perlahan, hanya itu yang Lengkara ingat sepertinya.

"Bukan, tapi produk SZ beauty."

"Ngok ... produk kak Zean ternyata, kukira siapa yang memintamu jadi bintang iklan."

Masih Lengkara yang sama, Ameera tertawa sumbang mendengar jawabannya. Sudah lama, tepatnya tiga bulan lalu dia terakhir kali mendengar Lengkara seperti itu.

Tiga bulan yang merubah hidup Lengkara tanpa dia ketahui sama sekali. Ameera memeluknya sebentar, hadiah sebelum pergi. "Bau, suami kamu ilfeel nanti," celetuk Ameera menutup hidungnya.

"Biarkan saja, semalam aku wangi dia tidak tertarik ... mungkin hidungnya kemasukan walang sangit."

Ameera hanya bercanda, tapi jawaban Lengkara seserius itu. Agaknya dia tengah benar-benar putus asa, kesal dan merasa tidak berharga.

"Sudah pergi sana, aku mau tidur di sini ... ngantuk," ucap Lengkara kembali menghempaskan tubuhnya ke atas tempat tidur.

Mungkin benar dia tidur, Ameera berlalu keluar karena memang sudah terburu waktu. Dengan langkah panjang, wanita itu seakan tidak memerhatikan sekelilingnya.

Hingga, langkah Ameera terhenti kala melihat Bima yang masih berdiri di teras. Agaknya memang sudah pamit pergi, tapi entah kenapa dia memilih menetap di sini.

"Kau sedang apa? Menunggu Lengkara?"

"Tidak, dia bagaimana?" tanya Bima mendekat, sejak tadi dia menunggu dengan harapan bisa memastikan Lengkara melalui Ameera.

"Menangis dan sekarang tidur di kamarku."

"Menangis lagi," gumam Bima menggigit bibirnya, terlihat jelas kemana arah pria itu memandang, ya ke dalam rumah.

"Jangan dibujuk sekarang, jemput saja sesuai kehendaknya."

Bima hanya mengangguk, lagi pula dia tidak punya keberanian untuk lancang masuk ke kamar iparnya. Demi memastikan Lengkara, tidak terasa dia sudah menunggu hampir satu jam lamanya. Padahal, tujuan Bima hari ini cukup jauh, Semarang tepatnya.

.

.

- To Be Continued -

1
Halimah
/Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/
Halimah
/Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/
Halimah
/Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/
Halimah
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
Halimah
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
Halimah
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
Halimah
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
Halimah
🤣🤣🤣🤣🤣
Halimah
😂😂😂😂😂
Rika Anggraini
kenapa byk bawang....?
bikin pedih mata...
ada luka yg tak terlihat tp bs dirasa.
kl diposisi lengkara apa jadinya
syfh.BungaZahra
inget si Fadil ngendorse ngajak pak muh pakaian wanita. lucunya bikin sakit perut! 😂😂🤣🤣
syfh.BungaZahra
ᥬ🤣᭄ ᥬ🤣᭄ ᥬ🤣᭄ ᥬ🤣᭄ ᥬ🤣᭄
Rika Anggraini
perempuan dibohongi sama mengali kuburan sendiri
Faris Fahmi
silahkan mas🤣🤣🤣🤣🤣
Halimah
/Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/
Halimah
🤣🤣🤣🤣🤣
Halimah
Amiiiiiin
Halimah
🤣🤣🤣🤣🤣🤣
Halimah
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
Halimah
🤣🤣🤣🤣🤣🤣
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!