Bocah Kembar Morgan

Pagi yang cerah dan indah ketika semua orang menikmati pagi dengan kegiatan rutin mereka di senin hari, seperti bersiap pergi bekerja atau pun sekolah dan menuntut ilmu untuk menjadi tujuan yang sama. Ada yang menyiapkan sarapan atau pun sarapan bersama.

Seperti di sebuah rumah minimalis mewah di komplek B ini terlihat sebuah keluarga menikmati sarapan mereka dengan hanya memakan roti selai saja, tidak ada obrolan yang terbesit antara orang-orang ini, hanya sebuah diam hingga akhirnya wanita itu membuka obrolan nya.

“Mana anakmu?”tanya Muti kepada Ferdiansyah yang menatap nya santai.

“Anakmu itu,”jawab Ferdiansyah kesal.

“Kau mengurung nya lagi di kamar mandi?”tanya Muti mengatakan itu.

“Bukan kau yang meminta nya?”salah Ferdiansyah menatap istri nya.

“Karena anak mu yang tidak tau malu!”kesal Muti mengatakan itu.

“Anakmu,”singkat Ferdiansyah kembali.

“Anak ku! Anak ku! Kenapa kau selalu mengatakan anak ku, dia itu anak mu dengan selingkuhan mu itu Ferdiansyah!”tajam wanita itu dengan kesal.

Suasana pagi di kediaman Ferdiansyah seperti ini adalah hal biasa, para tetangga mungkin sudah sangat hafal jika mereka teriak-teriak di pagi hari adalah seperti rutinitas mereka biasa nya. Seolah selalu sarapan dengan amarah seperti ini.

Terlihat anak pria mereka yang sangat santai menatap kedua orang tua nya yang bertengkar itu seolah sudah biasa dengan pemandangan ini. Edo mendengus kesal karena roti nya terasa mulai tidak enak karena drama rutin yang orang tua nya lakukan.

“Memang pria bajingan! Maka nya jangan kau bawa anak haram mu itu!”teriak Muti mendorong piring makanan nya hingga pecah.

“Bukan nya kau yang meminta ini dulu! Jangan bahas masa lalu mulu!”kesal Ferdiasnyah mengatakan itu.

“Bisakah kalian diam? Dan sebaiknya kalian bawa dia keluar sekarang, ini sudah pagi kamar mandi itu pasti sangat dingin dengan keadaan nya yang seperti itu, apa kalian mau masuk penjara jika tetangga tahu?”kesal Edo mengatakan itu menatap kedua orang tua nya.

Mereka saling menatap hingga akhirnya Ferdiansyah mendekat ke depan pintu kamar mandi dekat dapur itu, dengan kesal dia membuka kunci nya secara kasar. Lalu mendorong pintu itu dengan cara menendang nya kuat sampai terbuka, dorongan itu seolah terhalang oleh sesuatu.

Dan halangan itu terlihat ketika ada seorang gadis yang terbaring meringkuk, dengan luka lebam di sekujur badan nya. Pipi nya yang terlihat jelas bekas pukulan benda tumpul, gadis itu meringis ketika melihat pintu terbuka dia melihat mama dan papa nya ada di sana.

“Mama papa, maafkan Aurora. Lain kali Aurora tidak akan pulang telat lagi,”ujar gadis itu mengatakan nya dengan nada pelan.

“Selalu minta maaf, tapi tidak pernah belajar dari kesalahan! Apa kau lupa peraturan nya Aurora! Kau tidak boleh telat pulang, sepulang sekolah kau harus di rumah, kau tidak boleh bergaul dengan siapa pun, ikuti les dan belajar mu itu! Kenapa itu sangat susah bagimu!”teriak Ferdiansyah dengan kesal.

“Aku jijik melihat muka memelas nya seperti itu, persis seperti selingkuhan mu dahulu,”kesal Muti melipat kedua tangan nya di dada menatap sang putri yang terbaring.

“Jangan membahas nya lagi! Aku kan sudah minta maaf, lagi pula itu sudah belasan tahun yang lalu!”kesal Ferdiansyah beralih menatap istri nya.

“Apa kau maaf mu bisa mengobati luka ku! Kau kira menaburkan garam tidak sesakit itu di atas luka, melihat wajah nya saja sudah membuat ku jijik mengingat nya mirip dengan selingkuhan mu itu!”teriak Muti mengatakan itu.

Tanpa peduli dengan kondisi Aurora yang terbaring itu mereka masih saja berantem di depan anak nya, tanpa mau menolong nya. Semalam setelah dari mansion Morgan, sekitar pukul 10 malam Aurora baru kembali ke rumah nya, padahal biasa nya setiap weekend orang tua nya tidak pernah di rumah.

Karena selalu pergi ke rumah orang tua mereka juga, Aurora selalu di tinggal sendirian. Tapi dengan kaget setelah dia sampai di dalam rumah, orang tua nya sudah menunggu, dan saat itu pula peristiwa nya terjadi satu persatu Aurora hanya bisa menangis dan terus meminta maaf.

Sampai terus di pukuli, ayolah sebenarnya hal seperti ini adalah hal biasa di kehidupan Aurora. Menjadi anak haram dan hasil selingkuhan ayah nya membuat nya tidak pernah di anggap benar selalu di mata sang mama, segala tindakan nya selalu saja salah.

Malam itu Aurora mendapat perlakuan tidak menyenangkan itu, dia dipukili habis-habisan dan di kurung di kamar mandi. Baju nya saja masih yang semalam, gadis itu berusaha menatap kedua orang tua nya dengan badan gemetar.

“Mama, papa bolehkah Aurora tidur di kamar?”tanya gadis itu kepada Muti.

“Jangan sekolah dulu! Luka mu masih kelihatan, dan besok tutupi itu, lalu jangan mengatakan untuk tidur Aurora sebaiknya kau belajar ganti waktu belajar mu yang terbuang kemarin karena tingkah mu itu!”teriak Muti dengan keras di depan wajah anak nya.

“Baik mama, Aurora mengerti. Aurora akan belajar, mama papa maafkan Aurora, besok Aurora janji tidak akan mengulangi nya lagi,”jawab gadis itu berusaha menyakinkan kedua orang tua nya.

“Jangan hanya bisa berjanji seperti papa mu itu, janji tapi di ingkari. Jangan banyak bertingkah ya Aurora!”kesal Muti.

Edo sang putra kandung Muti dan Ferdiasnyah terlihat menyelesaikan sarapan nya dengan santai, pria itu berjalan ikut mendekat ke kamar mandi. Dia tidak merasa kasihan sama sekali kepada adik nya walaupun dia tahu itu sudah masuk kekerasan.

Tapi bagi nya itu tidak masalah karena Aurora adalah tempat kedua orang tua nya menyalurkan amarah, salah sendiri? Siapa suruh menjadi anak haram bukan? Jadi seperti itu lah yang kau dapatkan balasan nya pikir Edo.

“Aku mendengar dari bibi dia sering balik malam sekarang, atau telat pulang sekolah. Apa kau sekarang sudah mulai pacaran?”tanya Edo kepada adik nya.

“Benarkah Aurora! Jangan pacaran, apa kau mau menurunkan standar nilai kami lagi, ingat yah Aurora jangan harap jika lulus nilai mu tidak di atas 95 kami tidak akan menguliahkan mu, angkat kaki dari sini dan bekerja sendiri!”teriak Muti mengatakan itu.

“Tidak sumpah Aurora tidak berpacaran ma papa, kakak kenapa seperti itu?”tanya Aurora menahan tangis nya.

“Temanku mengatakan kau sering berbonceng dengan pria jangan mengelag, apa kau mau menjadi pelacur seperti ibu mu?”tanya Edo mengatakan itu.

“Kak!!”teriak Aurora menangis.

“Sudahlah, Aurora pergi belajar. Aku muak melihat mu, sebelum aku melempar semua barang ini lagi,”kesal muti.

Gadis itu mengangguk dan menurut, dengan tangan gemetar dan tertatih dia masuk ke kamar nya. Aurora menangis dalam diam nya merasa sangat sakit akan semua hal yang dia lakukan.

“Kayak nya Aurora bahagia kalau udah mati aja,”