Apa yang kamu rasakan, jika pernikah impian yang kamu gadang gadang akan menjadi first and last marriage, ternyata hanya bertahan kurang dari 24 jam?
Kenyataan pahit itulah yang sedang dirasakan oleh Nara. Setelah 8 tahun pacaran dan 6 tahun dilalui secara LDR, Akhirnya cintanya dengan Abi berlabuh juga di bahtera pernikahan.
Kejadiaan memilukan itu mempertemukan Nara dengan pemuda bernama Septian. Pikirannya yang kacau membuatnya tak bisa berpikir logis. Dia menghabiskan waktu semalam bersama Septian hingga mengandung janin dari pria itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yutantia 10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PRIA ASING 4
Apakah dirinya sudah gila? Menerima ajakan ons dari man from nowhere yang baru dia temui malam ini. Entahlah, Nara juga tak tahu apa yang terjadi padanya.
Yang ada dikepalanya saat ini hanyalah sebuah kata, yaitu janda. Satu kata yang mampu merubah hidup dan pola pikirnya dalam sesaat. Bukankah dia janda, jadi apakah keperawanan itu masih penting?
Walaupun dia perawan, tetap saja dicap sebagai janda. Jadi apa gunanya keperawanannya saat ini? jelas tak ada gunanya.
Bisa membuatnya bahagia, seperti melayang layang. Merasa sesaat hilang ingatan tentang kepedihannnya, bukankah itu yang dia butuhkan sekarang.
"Are you sure?" Septian kembali bertanya saat mereka sudah berada didalam kamar hotel. Dia jelas bukan tipe pria yang suka memanfaatkan keadaan. Dia bukan pemain baru. Sudah beberapa kali pernah melakukan ons. Tapi biasanya dia melakukan itu dengan wanita yang terpesona padanya saat bekerja dicafe. Bukan wanita yang dalam kondisi terpuruk dan tertekan seperti Nara. Yang mungkin kejiwaannya juga sedang dalam fase labil.
Nara mengangguk. "Very sure."
"Sekali lagi gue tanya. Apakah lo yakin? gue gak akan mengulangi bertanya untuk yang ketiga kalinya. Saat lo bilang ya, gue gak akan melepaskan lo lagi." Sekarang, justru Septian yang merasa ragu. Dia bukan berengsek yang suka memanfaatkan situasi, jelas ini tak sesuai dengan prinsipnya.
"Ya." Spontan tanpa berfikir. Bayangan Abi yang memasuki hotel bersama Arumi benar benar mengganggu kewarasan otaknya. Dikepalanya seperti terbayang bayang adegan hot antara Abi dan Arumi.
6 tahun di London, bukan sekali dua kali dia mendapatkan tawaran ons. Tapi dengan keyakinan penuh, dia selalu menolak. Hanya untuk Abi seorang kehormatannya. Akan dia persembahkan saat malam pertama mereka. Tapi semua tak berjalan sesuai rencana.
Septian meraih pinggang dan tengkuk Nara. Menyatukan kembali bibir mereka untuk yang kedua kalinya setelah kejadian di pantai tadi.
Nara hanya diam saat Septian mulai melum*at bibir dan membelai lidahnya. Dia sama sekali tak berniat untuk mengimbangi. Bukan mudah untuk menikmati ciuman dengan orang yang tidak kita cintai. Terasa hambar, begitulah kesan yang didapat oleh Nara.
Septian menyadari hal itu. Wanita jelas berbeda, tak seperti kaum pria yang bisa menikmati penyatuan walau tanpa cinta. Wanita adalah makhluk yang selalu mengandalkan perasaan. Dan dia harus bisa mencari cara agar percintaan ini bisa dinikmati berdua, bukan hanya dia.
Sebagai pemain lama, Septian sudah lumayan paham titik titik yang bisa membuat wanita menyerah. Dan sekarang, yang perlu dia lakukan adalah mencari titik kelemahan Nara. Membuat wanita itu terbuai dan takluk padanya.
Septian menurunkan ciumannya. Dia memberikan kecupan basah disekitar cuping telinga dan leher Nara. Tangannya juga mulai bergerak untuk melepaskan satu persatu pakaian yang menempel ditubuh wanita itu.
Tubuh Nara menggelinjang saat Septian menyentuh puncak da danya. Dan kecupan disekitar telinganya membuat Nara sedikit kerepotan. Ada gelenyar aneh yang menguasai tubuhnya. Terasa geli, tapi nik mat. Sensasi yang belum pernah dia rasakan sebelumnya.
Nara menggigit bibirnya saat tiba tiba merasa ingin bersuara yang menjijikkan.
"Jangan ditahan, nikmati saja. Lepaskan semuanya." Gumam Septian tepat ditelinganya Nara.
Dan de sa han itu akhirnya lolos saat bibir Septian mulai merambat kedadanya. Meng hisap seperti bayi dengan sebelah tangan yang mulai turun kebagian inti tubuhnya.
Nara merasakan seperti melayang keudara. Dia sudah hilang kendali diri dan mulai menikmati apa yang dilakukan Septian padanya. Sentuhan demi sentuhan yang memabukkan. Yang membuat tangannya bahkan sampai bergerak untuk memyentuh otot perut dan dada Septian.
"Awh. "Pekik Nara yang merasakan sakit saat Septian berusaha memasukinya. Berkali kali gagal hingga Septian menarik sebuah kesimpulan.
"Are you still virgin?"
"Yes, I'm virgin."
"Damn."
Untuk sesaat, Septian merasa menyesal. Beberapa kali ons, belum pernah sekalipun dia melakukannga dengan gadis perawan. Dia tak mau merusak, tapi tak menolak jika ditawari yang memang sudah rusak. Kerana tak akan menimbulkan perasaan bersalah.
Tapi saat ini, rasanya mustahil untuk mundur. Dia sudah dipenuhi kabut gairah yang butuh untuk dituntaskan. Dan mundur, bukankan suatu pilihan, tapi kemustahilan.
"Sorry." Ucap Septian saat dia berhasil menembus selaput dara milik Nara.
Sedangkan Nara, dia memejamkan mata sambil mencengkeram punggung Septian untuk menahan sakitnya.
Septian mencium bibir Nara sebagai pengalihan rasa sakitnya. Dan disaat Nara sudah terasa mulai menikmati, Septian melepaskan pagutan bibir mereka.
Kemudian, hanya suara de sa han yang terdengar dikamar itu. Keduanya saling menikmati hingga akhirnya meledak bersama.
Setelah membuang pengaman dan membersihakan miliknya di kamar mandi. Septian kembali menghampiri Nara yang masih tampak kelelahan di atas ranjang.
Septian mengambil tisu lalu menyeka butiran butiran keringat yang membasahi kening Nara.
"Sorry." Untuk kedua kalinya, Septian mengucapkan permintaan maafnya. "Gua benaran gak tahu kalau lo masih perawan. Gue pikir lo udah gak perawan karena__"
"Janda maksud lo?" Salak Nara cepat.
"Jadi, suami lo belum pernah nyentuh lo?"
Nara mengangguk. Memang begitulah kenyataannya, dia menjadi janda sebelum pernah digauli.
Beberapa saat kemudian, air mata Nara mulai tumpah. Membuat Septian makin merasa bersalah.
"Maaf."
"Kenapa lo terus minta maaf? Apa gue terlihat sangat menyedihkan? Gua jadi janda bahkan sebelum digauli. Ya, segitu tragisnya nasib gue. Kami pacaran 8 tahun, tapi pernikahan yang kami jalani, tak sampai 24 jam."
Septian meraih kepala Nara lalu mendekapnya. Membelai rambut serta punggung mulus yang hanya tertutup selimut sebatas pinggang. Sejak awal menyentuh, Septian sudah dibuat terpesona dengan kemulusan kulit Nara. Putih bersih dan lembut, seperti tak ada cela sedikitpun.
"Hanya pria bodoh yang telah menyia nyiakan wanita seperti lo. Dijaman sekarang, susah mencari gadis yang masih on segel. Tapi lo bisa menjaga itu untuk suami lo. Tapi balasannya, lo malah ditalak."
Nara terisak dalam dekapan Septian. Hingga dia berhenti karena merasa matanya sangat panas.
"Dasar pembohong."Ujar Nara sambil mencubit lengan Septian.
"Bohong apanya?" Tanya Septian sambil meringis kesakitan karena cubitan Nara lumayan keras.
"Lo bilang ons bisa bikin gue bahagia sampai hilang ingatan sejenak. Tapi kenapa sekarang gue malah sedih dan nangis nangis kayak gini?" Omelnya dengan wajah cemberut.
Septian terkekeh sambil menyeka pipi Nara yang basah dengan telapak tangannya.
"Itu artinya, perlu ronde kedua." Jawab Septian sambil mengerling menggoda Nara. "Once again." Lanjutnya sambil kembali menyatukan bibir mereka.
Nara seperti tersihir, dia sama sekali tak menolak saat Septian mengulangi semuamya dari awal lagi. Dia justru makin berani mengimbangi. Membuat ronde ke dua makin panas dan memabukkan.
Ini adalah yang pertama dan terakhir, itu janji yang Nara buat dalam hati. Setelah ini, dia tak mau lagi berhubungan dengan laki laki apalagi sampai berkomitmen. Besok, kehidupan barunya akan dimulai. Dia akan segera menyelesaikan masalahnya dengan Abi. Akan lahir Nara yang baru. Nara yang tak butuh laki laki apalagi pernikahan.
Nara merasakan tubuhnya remuk saat bangun tidur. Sudah hampir jam 12 siang, dan Septian sudah tidak ada disebelahnya. Entah sejak kapan pria itu meninggalkan hotel.
Nara menemukan secarik kertas diatas nakas.
Makasih untuk semalam
Jangan pernah menangis lagi. Kamu pantas untuk bahagia.
Septian
081xxxxxxxx
Nara tersenyum getir melihat pesan dari Septian. Dia merobek kertas itu lalu melemparkannya ke tong sampah.
Tak ada niat sedikitpun untuk menghubungi pria itu. Dia tak butuh Septian, Abi, atau pria manapun. Dia tak butuh cinta, karena cinta hanya membuatnya sakit.
memang ya orang biasa ke mall pastinya bingung. tapi pastinya kesenangan juga.....
gak deh baru jumpa udah ngajak maksiat. apa bedanya lu nara sama merekaa
padahal nikahnya bisa dibatalin karna blm tersentuh
alurnya bagus, penokohannya bagus en gak bikin kita terlalu halu, pemilihan kata²nya juga bagus, walau tergolong novel ringan tapi othornya berhasil "ngenakin" cerita, jadi tidaklah membosankan.. 🫰🏻
sukses ya, thor.. semangat terus dlm berkarya! 💖