Ini hanya cerita fiksi belaka.
Demi mendapatkan harta kekayaan, Bisma rela melakukan jalan pintas. Dia berkata kepada istrinya akan pergi untuk merantau ke kota, dia akan mengadu nasib di kota.
Namun, ternyata Bisma pergi menuju gunung larangan. Hal itu dia lakukan untuk mencari kekayaan, agar hidupnya tak lagi dalam kemiskinan dan jadi hinaaan.
Akankah dia bahagia dengan kekayaan yang dia capai?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon cucu@suliani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 35
Bisma kini merasa jika hidupnya serba salah, walaupun dia memiliki banyak kekayaan tetapi hidupnya terasa tidak tenang. Banyak sekali aturan hidup yang harus dia lakukan.
Jika dia tidak mengikuti aturan hidup tersebut, maka tamat sudah riwayatnya. Orang-orang yang dia sayang satu persatu akan menjadi tumbal, tumbal untuk ditukar dengan kekayaan yang awalnya dia sangat inginkan.
Awalnya Bisma merasa jika hidupnya akan sangat bahagia, kalau dia memiliki banyak harta yang tidak akan habis dimakan oleh tujuh turunan. Namun, pada kenyataannya karena jalan pintas yang diambil membuat hidupnya merasa ketar-ketir.
Dia malah merasa tidak tenang karena harus melakukan hal yang sembunyi-sembunyi dari istrinya, dia bahkan harus melakukan hal yang tidak dia duga sama sekali.
Dia harus berzina dengan wanita yang pada akhirnya wanita itu akan dia jadikan korban juga, entah seperti apa nanti akhirnya, Bisma juga tidak tahu.
Namun, nasi sudah menjadi bubur. Bisma tidak bisa mundur lagi, setelah berbicara dengan Kanjeng Ratu Bisma langsung pergi. Tentunya pergi secara sembunyi-sembunyi dari istrinya.
Pria itu membeli banyak kemenyan, bahkan dia juga membeli satu karung kembang tujuh rupa. Tidak peduli berapa uang yang dia keluarkan, yang terpenting dia bisa mendapatkan apa yang dibutuhkan.
"Untung Surti tidak bangun," ujar Bisma ketika dia sudah kembali dan masuk ke dalam itu.
Bisma dengan cepat membakar kemenyan, selalu menyimpan kemenyan sisanya di dalam lemari yang ada di ruangan tersebut. Bisma juga dengan cepat menaburkan kembang tujuh rupa di atas tempat tidur, baru menebarkan bunga sedikit saja, ruangan itu tercium begitu harum.
"Hem! Sepertinya bunga ini bisa dipakai untuk 3 sampai 4 hari, aku akan menyimpan sisanya," ujar Bisma.
Setelah merasa sesuai dengan pekerjaannya, Bisma kembali ke dalam kamarnya. Lalu, pria itu merebahkan tubuhnya tepat di samping istrinya. Sebelum tidur, pria itu sempat menatap wajah istrinya dengan begitu lekat.
"Maaf, karena aku memberikan rezeki yang tidak halal untuk kamu dan juga kedua putra kita."
Bisma menangis dalam diam setelah mengatakan hal itu, pria itu bahkan tertidur karena terlalu lelah menangis. Bukan karena sangat mengantuk.
Sebulan telah berlalu, Bisma selalu menyempatkan waktu dalam setiap harinya untuk datang ke apartemen Shela. Tentunya setiap kali dia datang akan meminta wanita itu untuk melayani dirinya.
Seperti biasanya, Bisma akan sangat bergairah ketika bercinta dengan Shela. Entah karena apa, Bisma juga tidak tahu. Karena hatinya seakan ingin menolak, tetapi tubuhnya selalu berkhianat.
Bisma juga dalam setiap harinya selalu memberikan uang yang begitu banyak kepada Shela, tetapi tentunya hal itu tidak membuat Shela senang. Karena wanita itu memiliki banyak uang karena menjadi wanita simpanan.
"Terima kasih selalu mau melayaniku, apakah di sini sudah ada hasilnya?" tanya Bisma seraya mengusap perut Shela.
Keduanya baru saja selesai bercinta, mereka masih berada dalam keadaan polos. Bahkan, Shela kini masih ada di dalam pelukan Bisma.
"Ngga tahu, Tuan. Aku belum memeriksakannya," jawab Shela.
"Besok pergilah ke rumah sakit, maaf tidak bisa mengantarkan."
Bisma sebenarnya sudah merasa peduli kepada Shela, bahkan kini saat dia bercinta dengan Shela, Bisma mulai merasakan nyaman. Terlebih lagi Shela sangat patuh dan juga penurut terhadap dirinya.
Namun, Bisma sadar betul jika dirinya memiliki istri dan dua orang anak. Dia juga sadar betul jika menjalin hubungan dengan Shela hanya karena anak, anak yang akan dia tumbalkan kepada Kanjeng Ratu.
"Tidak apa, aku paham," jawab Shela.
"Jangan marah, aku sangat peduli terhadap kalian." Bisma terus saja mengusap perut Shela.
"Ya, aku tahu. Sekarang cepatlah pulang, sudah sore juga. Takutnya nanti istri kamu malah curiga," ujar Shela.
Jika ditanya tentang bagaimana perasaan Shela, tentu saja wanita itu juga mulai menyukai pria yang selalu menggoyangkan ranjangnya itu. Sayangnya dia paham betul jika dirinya hanyalah dijadikan sebagai wanita simpanan.
Maka dari itu Shela tidak pernah banyak omong, lagi pula dari awal dia memang berniat hanya untuk mencari uang saja. Uang yang dalam setiap harinya diberikan oleh Bisma sudah sangat banyak.
Bahkan Shela saat ini benar-benar sudah bisa membuat adik dan juga ibunya bahagia, tidak ada satu hal pun yang tidak bisa dia wujudkan jika Ibu dan adiknya menginginkan sesuatu.
Walaupun terkadang ibunya selalu bertanya-tanya tentang banyaknya uang yang dia keluarkan, tetapi Shela selalu saja bisa beralasan dan bisa meyakinkan ibunya jika dia mendapatkan uang dari hasil pekerjaannya.
''Oke, aku mandi dulu. Habis itu baru aku akan pulang," jawab Bisma dengan enggan.
Sebelum Bisma turun dari tempat tidur, Bisma memberikan ciuman yang begitu mesra terhadap wanita itu. Tangan Bisma bahkan nampak bermain dengan dada Shela, pria itu seakan terpancing kembali untuk melakukan hubungan suami istri.
Namun, dengan cepat dia melepaskan tautan bibirnya. Bahkan dengan cepat Bisma menjauhkan tangannya dari tubuh wanita itu, karena Bisma mendengar Shela yang kembali mendessah.
"Maaf," ujar Bisma yang langsung turun dari tempat tidur dan melangkahkan kakinya menuju kamar mandi.
Shela menatap tubuh polos prianya, tidak lama kemudian wanita itu tersenyum dengan kecut.
"Kenapa dia minta maaf? Kalau mau minta lagi juga pasti aku kasih," ujar Shela yang tiba-tiba saja merasa sakit hati ketika mengingat bahwa Bisma adalah suami dari wanita lain.