NovelToon NovelToon
Forget Me Not

Forget Me Not

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintamanis / Single Mom / Janda / Romansa
Popularitas:3k
Nilai: 5
Nama Author: Komalasari

Karena sebidang tanah, Emilia harus berurusan dengan pemilik salah satu peternakan terbesar di Oxfordshire, yaitu Hardin Rogers. Dia rela melakukan apa pun, agar ibu mertuanya dapat mempertahankan tanah tersebut dari incaran Hardin.

Hardin yang merupakan pengusaha cerdas, menawarkan kesepakatan kepada Emilia, setelah mengetahui sisi kelam wanita itu. Hardin mengambil kesempatan agar bisa menguasai keadaan.

Kesepakatan seperti apakah yang Hardin tawarkan? Apakah itu akan membuat Emilia luluh dan mengalah?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Komalasari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 18 : Wooden House

Emilia tak menggubris ucapan Hardin. Dia memilih turun sendiri dan langsung menjaga jarak dari pria itu.

"Kenapa kau kemari malam-malam begini? Apakah kau ingin menemuiku?" Hardin menatap lekat Emilia. Dia maju selangkah ke hadapan wanita itu. Namun, Emilia justru langsung mundur.

Emilia melihat ke arah bangunan yang selalu tertutup pada siang hari. Dia baru tahu bahwa itu merupakan kandang anjing. Emilia masih terlihat gugup karena kejadian tadi.

"Jangan khawatir. Cove dan Arlo tidak akan mengganggumu karena ada aku di sini. Mereka sangat baik dan penurut," ujar Hardin, seakan memahami keresahan yang terpancar dari paras cantik Emilia.

"Mereka menurut padamu karena kau adalah tuannya."

"Bukan hanya mereka. Semua yang ada di sini menurut padaku karena aku adalah penguasa. Tak perlu kujelaskan lagi," balas Hardin tenang. "Katakan. Apa yang ingin kau bahas denganku?"

"Jangan berpura-pura tidak tahu, Tuan Rogers." Emilia menatap dingin pria tampan, yang berdiri beberapa langkah di hadapannya.

"Tentang tanah dan ibu mertuamu?"

"Aku tidak akan membahas hal lain denganmu."

Hardin tersenyum kalem. Dia terlihat begitu berwibawa, meskipun hanya mengenakan T-shirt round neck lengan pendek dan celana jeans. Hardin menatap lekat Emilia, sambil memasukkan tangan kanan ke dalam saku celana panjangnya.

"Apa yang kau lakukan? Bagaimana bisa kau membujuk ibu mertuaku, hingga setuju untuk menjual tanahnya?" tanya Emilia tanpa basa-basi lagi.

"Kau sangat penasaran, sampai-sampai nekat datang kemari malam-malam begini," ucap Hardin, menanggapi santai sikap dingin Emilia.

"Aku tidak ingin ada yang melihat kita ... maksudku ... pegawaimu bermulut besar."

"Pegawaiku yang mana?"

"Mana kutahu, Aku tidak mau mencari masalah."

"Kau takut?"

"Aku kemari bukan untuk membahas itu!"

Hardin kembali tersenyum kalem, lalu melangkah maju. Dia bermaksud memangkas jarak dengan Emilia. "Jangan berburuk sangka. Aku tidak melakukan apa pun terhadap Nyonya Meredith. Kami hanya berbincang sebentar sampai kau datang," ucapnya tenang.

"Tidak mungkin ibu mertuaku langsung setuju, bila tak ada intimidasi darimu," tuding Emilia.

"Aku hanya melakukan pendekatan sebagai seorang anak terhadap ibunya. Kurasa, Nyonya Meredith memahami maksud dan tujuanku. Lagi pula, dia sudah setuju. Jadi, kau tidak perlu membahas ini lagi karena urusan tanah telah selesai," pungkas Hardin. Dia berbalik, kemudian mengikat kudanya pada pagar kayu, yang terpasang di sepanjang jalan setapak menuju peternakan.

"Mari kutunjukkan sesuatu," ajak Hardin, seraya mengeluarkan kunci dari saku celana jeansnya, untuk membuka pintu pagar.

Hardin memindahkan sepeda Emilia, memarkirkannya tak jauh dari kuda. Setelah itu, dia kembali menutup pintu pagar dan menguncinya lagi.

"Ikuti aku," ajak Hardin.

"Ke mana?" tanya Emilia waspada.

Namun, Hardin tidak menjawab. Dia justru meraih tangan Emilia, menuntunnya agar mengikuti tanpa banyak bertanya.

Hardin dan Emilia menyusuri jalan setapak, dengan penerangan yang dihasilkan dari panel surya. Sebagai seseorang yang paham akan teknologi, Hardin melakukan terobosan lebih. Selain membantu warga desa, dia juga diuntungkan karena keamanan serta mobilitas di peternakan bisa berjalan lancar, meskipun di malam hari. 

Setelah beberapa saat berjalan, mereka tiba di satu area yang sangat asri, dengan pepohonan di sekelilingnya. Area itu dilapisi rumput yang dipangkas rapi, bagai permadani hijau. 

Hardin mengajak Emilia melanjutkan langkah, hingga tiba di depan bangunan yang terbuat dari kayu. Ukurannya sedikit lebih besar, dibandingkan rumah milik Meredith. 

“Inilah rumah yang akan kuberikan sebagai ganti rugi untuk ibu mertuamu,” tunjuk Hardin pada rumah itu.

Emilia tak langsung menanggapi. Dia mengedarkan pandangan ke sekeliling, pada halaman yang cukup luas. 

“Lihatlah suasananya. Blossom pasti senang karena dapat bermain dengan leluasa di sini. Nyonya Meredith pun bisa lebih produktif dengan menanam bunga, sayuran, atau mungkin buah-buahan.”

“Apakah ini sepadan? Maksudku, tanah milik ibu mertuaku tidak seluas ini.”

“Tak masalah. Lagi pula, aku tidak berniat menggarap area ini.”

“Kenapa?” Emilia menoleh, menatap Hardin yang berdiri di sebelahnya. 

“Tidak apa-apa. Aku hanya tidak tertarik karena … entahlah. Mendiang kakekku membangun rumah ini untuk tempat peristirahatannya dengan nenek. Namun, nenek lebih dulu meninggal. Alhasil, kakekku tak pernah menempati rumah ini,” terang Hardin.

“Sayang sekali,” sesal Emilia pelan.

Hardin menggumam pelan, lalu tersenyum samar. “Kau ingin masuk untuk melihat keadaan di dalam?” tawarnya.

Emilia terlihat ragu. Sebenarnya, dia penasaran dengan bagian dalam rumah itu karena dari luar saja sudah terlihat hangat dan nyaman. Namun, wanita bermantel abu-abu tersebut harus segera pulang, sebelum malam bertambah larut. 

“Kenapa? Kau takut?” 

“Aku bersepeda malam-malam sendirian kemari. Kau masih menganggapku sebagai penakut. Itu benar-benar konyol,” balas Emilia, sedikit mencibir. 

“Kalau begitu ….” Hardin mengarahkan tangan ke rumah itu, sebagai tanda ajakan masuk.

“Tidak. Aku harus pulang sekarang,” tolak Emilia segera, seraya berbalik hendak pergi dari sana.

“Tunggu, Emilia,” cegah Hardin, seraya mencekal lengan ibu satu anak itu, menahannya agar tidak ke mana-mana. 

Hardin menghadapkan tubuh sepenuhnya kepada Emilia, yang berdiri menyamping. Dia menatap wanita itu hingga beberapa saat, sebelum akhirnya bicara. “Aku akan ke Yorkshire besok.”

“Apa urusannya denganku?” Emilia menanggapi dingin, bahkan tanpa menoleh sama sekali. 

“Kau tidak ingin ikut denganku?” 

“Untuk apa? Aku bukan asisten pribadimu, Tuan Rogers.”

“Memang bukan. Namun, kupikir kau merindukan kampung halamanmu,” balas Hardin tenang.

Emilia tidak menanggapi. Dia sibuk menetralkan debaran dalam dada karena Hardin memegangi lengannya, bahkan terus mendekat. 

“Apa kau tidak merindukan tempat kelahiranmu?” 

Lagi-lagi, Emilia tidak menanggapi. 

“Aku yakin pasti ada banyak kenangan di sana. Benar, kan?” Suara Hardin terdengar begitu dalam di telinga Emilia. Membuat wanita itu langsung menggigit bibir bawahnya karena menahan gejolak rasa yang mulai tak terkendali. 

“Apa kau tidak kesepian, Emilia?” bisik Hardin lagi. Hangat napasnya menyapu daun telinga wanita itu. 

“Apa maksudmu? Seharusnya, aku yang bertanya demikian.” Kali ini, Emilia menanggapi ucapan Hardin. Dia bahkan memberanikan diri menatap pria itu, meski dengan sorot kurang bersahabat. 

“Aku memiliki Blossom. Dia adalah penyemangat dan segalanya bagiku. Lalu, siapa yang kau miliki, Tuan Rogers?” tantang Emilia angkuh.

“Kebetulan, aku sedang mencarinya,” balas Hardin kalem, tapi berhasil membuat Emilia langsung bungkam. "KIta sudah di sini. Tak ada salahnya masuk dulu,” ajak Hardin, seraya melepaskan pegangannya dari lengan Emilia. 

Hardin berjalan lebih dulu. Dia yakin Emilia pasti mengikutinya. Itulah yang membuat pria tampan tersebut tetap bersikap tenang. 

Benar saja. Rasa penasaran membuat Emilia berbalik, mengikuti langkah tegap sang pemilik Rogers Farm tersebut. 

Setelah berada di dalam, Hardin segera menyalakan lampu. “Silakan masuk, Emilia Patricia Parker."

1
Rahmawati
nanti dulu tanya daleman emilia, itu suamimu pulang disambut dulu
Rahmawati
gmn dengan hubungan hardin dan emilia kl Grayson kembali
Rahmawati
ih emang lebih penting saudara angkat ya daripada istri dan ibu kandung sendiri, dasar pecundang
Rahmawati
apa lagi ini, Grayson malah gk tahu kl dia punya anak
rurry Irianty
sengaja menghilangkan diri krn selingkuh kah
Rahmawati
hardin memang perayu ulung
kalea rizuky
suaminya selingkuh kayaknya
Rahmawati
lah terus suami emilia kmn dong, apa selingkuh ya
kalea rizuky
ngakak/Curse//Curse/ ibunya klo mandi menggeliat kah
Rahmawati
hardin jd ke inget terus sm. emilia, sampek sempaknya di ciumin😂
ƙꪮꪑꪖꪶꪖకꪖꪹỉ: 🙈 jadi error
total 1 replies
Najwa Aini
kok..kok...kok...
Aku mikirnya jauh ya
ƙꪮꪑꪖꪶꪖకꪖꪹỉ: Sepemikiran, Kak😂
total 1 replies
Rahmawati
emilia haus belaian, dirayu dikit sm hardin udah luluh aja
Najwa Aini
Ya ampun..jadi ibumu cacingan saat mandi gitu ya, Bee..
upss..kok cacingan sih..
Najwa Aini
Hati² Rogers..Rasa penasaranmu yg terlalu tinggi itu akan membawamu pada Anu..
Najwa Aini
nama Ethan mengingatkanku pada Tom Cruise yg berperan sebagai Ethan.
ƙꪮꪑꪖꪶꪖకꪖꪹỉ: Ethan Hunt, yaa
total 1 replies
octa❤️
jangan bilang hardin ninggalin emilie y thor..
Rahmawati
hardin tau kelemahan emilia, makanya dia berani mencium emilia
octa❤️
jago bener kang hardin nebar pesona..😁
Rahmawati
lanjuttt
Rahmawati
nekat sekali emilia dateng malem-malem
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!