Ini bumi dimana tradisional dan modern bergabung.
Ramainya upacara pernikahan adat bergabung dengan tradisi pedang pora malam ini turut menjadi saksi bisu kealpaannya. Tanpa sengaja Letnan muda itu mabuk karena ulah para rekannya. Lebih parahnya lagi ia menyentuh seorang gadis yang sama sekali tidak di kenalnya.
Beberapa tahun berlalu, takdir mempertemukan dirinya dengan seorang anak laki-laki yang mirip dengannya. Matanya, hidungnya, bibirnya sampai perawakan tubuhnya bahkan sifat garang dan pemberaninya sangat mirip dengan dirinya.
"Saya terpaksa mencarimu."
"Apa kita pernah saling kenal?"
"Secara langsung tidak, tapi anak ini menuntunku agar kita saling kenal." Jawab wanita tersebut. "Pendopo kesultanan, usai pernikahan seniormu."
"Kamu.. gadis yang malam itu........."
.
.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NaraY, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
35. Jadi yang tersayang.
Para anggota masuk ke dalam ruangan Bang Seno bersama beberapa orang team medis. Di saat yang sama Inka langsung menangis sejadi jadinya dia memeluk Praka Bisma.
"Mas lihat sendiri, sejak dulu memang dia kasar padaku dan lebih mengutamakan selingkuhan nya. Mana pernah dia perhatian padaku dan Asmarani." Kata Inka dan hal itu membuat hati Praka Bisma menjadi sangat sakit sebab dirinya sangat menyayangi Asmarani seperti putrinya sendiri.
"Saya tidak mau berdebat dengan kalian. Tolong bawa Inka jauh dari hadapan saya sebelum saya habis kesabaran..!!" Pinta Bang Seno.
Faktor psikis yang di alami Laras membuatnya tidak fokus dengan setiap rasa kontraksi menjelang persalinan.
"Tapi segala yang di perbuat bapak dan Laras adalah tindakan yang salah. Saya sanggup jika harus menghidupi Asmarani tapi bapak sudah sangat tidak bertanggung jawab dengan menelantarkan mereka..!!" Kata Praka Bisma malah memancing amarah Bang Seno.
"Kamu tau apa soal masa lalu kami??? Kamu hanya mendengar cerita dari salah satu pihak. Pernahkan kamu mencari tau alasan perceraian kami dari kesatuan lama?? Pikiranmu terlalu picik untuk menyimpulkan segala hal Bisma..!!" Suara Bang Seno sudah menggelegar memenuhi seisi ruangan.
"Jangan teriak Mas, si adek nggak suka di bentak..!!" Ucap Laras membujuk Bang Seno, ia tau jika suaminya sudah turun tangan maka segalanya tidak akan berakhir baik.
Bang Seno mengurangi kadar 'tekanan darahnya', ia menarik nafas dalam-dalam lalu membuangnya perlahan. Tak lupa Bang Seno menarik garis senyumnya.
"Iya sayang, nggak kok. Mas nggak teriak, nggak marah lagi..!!" Suara lembut Bang Seno untuk Laras membuat Inka geram sebab suara tersebut dulu hanya untuk dirinya seorang.
Inka kembali sengaja menangis tersedu-sedu kemudian tiba-tiba saja istri Praka Bisma itu sesak nafas.
"Dokter.. tolong istri saya..!!" Praka Bisma panik melihat keadaan Inka.
Dokter hanya meliriknya sekilas kemudian kembali fokus pada Laras.
"Apa karena perempuan itu istri dari seorang Kapten lantas kalian mengabaikan istri seorang Praka yang juga sedang kesakitan. Tumpulnya jiwa manusiawi kalian, kalian ini manusia yang bisanya pilih kasih." Bentak Praka Bisma.
Kali ini kesabaran Bang Seno benar-benar habis, ia menarik kerah seragam Praka Bisma lalu menghajarnya.
buugghh.. baaghhh.. buugghh..
"Saya sudah katakan agar kalian keluar dan kamu segera mencari tau tentang hal yang lalu tapi kau terus saja mencari perkara denganku Bisma..!!!!"
Beberapa orang anggota segera melerai perkelahian tersebut.
"Saya percaya dengan istri saya..!!" Kata Praka Bisma.
"Dan saya melindungi istri saya.. ibu dari anak saya..!!!! Kalau kamu tidak tau masalahnya jangan pernah ikut campur.. sialan..!!!!!!"
"Dankiiii..!!! Sabar, istighfar Danki..!!!" Seseorang berpangkat Serma memeluk Bang Seno yang terbakar amarah. "Hal ini di tangani nanti saja, sekarang waktunya bantu ibu..!! Anak Danki akan segera lahir..!!" Bujuknya.
Bang Seno mengusap wajahnya. "Astagfirullah hal adzim..!!" Pandangannya beralih pada Laras yang sudah sangat kesakitan. "Ayo kita ke rumah sakit..!!"
"Ijin Pak, tidak bisa..!! Ibu sudah bukaan enam."
Bang Seno semakin kacau di buatnya."
"Tolong tinggalkan saya bersama team medis yang menangani. Lainnya bisa standby di luar..!!" Perintah Bang Seno.
...
Hingga satu jam berlalu dan proses persalinan berjalan sedikit lamban dari Laras, kepalanya semakin pening karena Laras terus saja menarik rambutnya tapi dirinya tidak bisa berbuat apapun.
"Laras mau operasi aja donk Mas, kali ini Laras benar-benar nggak kuat." Pinta Laras karena sudah tak tahan lagi.
"Iya sayang, sabar ya..!! Nanti mas tanyakan. Tunggu lima menit lagi ya..!!" Bujuk Bang Seno padahal dirinya sudah tau tidak akan bisa menjalani prosedur tersebut karena saat ini seingatnya sudah berada di bukaan delapan.
"Sabar.. sabar saja yang Mas bilang dari tadi. Ini sudah ke empat kalinya Mas bilang lima menit, semua ucapan Mas hanya bualan dan janji palsu." Oceh Laras karena sudah semakin merasa kesakitan.
Tak bisa berkilah, akhirnya Bang Seno kesal sendiri dengan situasi ini. "Ini anak, kalau nggak lahir juga.. Papa sentil jidatmu sampai jenong. Bisa-bisanya adek berulah buat Mama sakit, papa juga jadi serba salah." Gerutunya.
"Aaaaaaa.. Bu bidaaan..!!!!!" Pekik Laras.
Bang Seno melirik ke bagian bawah dan di saat itu juga sosok kecil muncul dengan rambut tebalnya.
"Allahu Akbar.. Dindaaaa..!!! Bu Bidan..!!!!! Deriii..!!!!" Bang Seno panik sendiri sampai semua yang di ingatnya di panggilnya disana. "Ya Allah.!!!!!!!!!"
"Saya bantu Pak..!!" Bu bidan dengan sigap membantu.
sssrrrtttt...
"Alhamdulillah..!!" Bayi kecil tersebut jatuh tepat di tangan Papanya. "Lho.. ko' jadi perempuan ya Dinda..!!"
Bu bidan langsung meraih gadis kecil itu dari tangan Papanya.
"Mas, jangan urus laki perempuan nya..!!!" Laras sampai emosi mendengar celetukan Bang Seno.
"Bukan begitu sayang, setiap kita periksa ke dokter selalu ada gajahnya khan, tapi kenapa sekarang yang lahir malah perempuan????" Bang Seno dengan santainya melongok ke arah bawah memastikan bahwa yang di lahirkan benar-benar hanya satu orang saja.
"Mas nggak suka??????" Tegur Laras.
"Suka..!! Masa nggak suka sama hasil karya ilmiah sendiri." Jawab Bang Seno yang memang sebenarnya dalam hati kecilnya sangat menyukai bayi laki-laki yang di anggapnya tidak ribet. Ia pun segera menghampiri Laras lalu memeluknya erat. "Terima kasih atas perjuangan mu ya Dinda." Satu kecupan mendarat di pipi Laras.
Bang Seno sedikit melirik ke arah bayinya yang sedang di tangani seadanya oleh team kesehatan sebelum mendapatkan perawatan medis di rumah sakit. Dirinya yang belum sempat melihat bayinya masih menganggap memiliki anak perempuan pasti sangat merepotkan.
"Pak, bayinya di adzani dulu..!!" Kata Bu bidan.
Bang Seno melangkah dengan sedikit ogah-ogahan namun kemudian ia melihat pipi berwarna baby pink, bibir pink terang, kulitnya putih bersih dengan rambut tebal. Si kecil mungil adalah replika sang Mama. Seketika itu juga jantung Bang Seno bergetar, mungkin bisa di katakan dirinya jatuh cinta untuk yang kedua kalinya.
Gerakan kecil menggeliat seakan mengerti sang Papa kembali jatuh cinta.
"Pak..!!" Tegur Bu Bidan.
Bang Seno segera menggendongnya. Jelas tak sulit baginya karena ini sudah kali ke empat dirinya menggendong bayi kecil.
Bibir kecil itu mencebik dan Bang Seno mengecupnya tipis. "Assalamu'alaikum.. selamat datang cintanya Papa..!!" Mata Bang Seno berkaca-kaca ia memejamkan mata hingga air matanya turun. "I love you sayangku.. gadis kecilku..!! Bidadari ku..!!"
Beberapa saat kemudian ia tersadar. "Papa akan beli semua benda warna pink, semua untukmu princess nya Kapten Seno."
.
.
.
.
jadi bacanya gak tegang amat..🙏🙏
cerita nya bikin hatinano2