TITIK LELAHKU

Aku menyusul Nadira kekamar, aku menatap Nadira yang telah memakai setelan kerja.

"Mau kemana?"

"Kerja!" nadira hanya menjawab singkat tanpa menoleh sedikit pun kearahku. Nadiraku sangat cantik dengan sedikit polesan make up tipis yang ia aplikasikan kewajahnya.

Nadira selalu pandai memadu padankan penampilan nya walaupun sekedar dirumah, dia selalu terlihat menarik dimataku.

Akhir-akhir ini bukannya aku tidak peduli dengannya tapi keaadanlah yang harus membuatku seperti ini, lebih memprioritaskan putraku yang sedang sakit. Saat ini sudah dalam pengobatan, aku sudah berjanji setelah anakku pulih aku akan menceraikan Vania.

Aku benar-benar tidak bisa kehilangan Nadira, dia adalah nyawaku, didiamin seperti ini saja aku sudah seperti orang gila, apalagi sampai dia meninggalkanku, entah apa yang akan terjadi dengan hidupku kelak.

Tapi karena kebohonganku sendiri, aku kehilangan sosok Nadira yang periang, yang tiada hari tanpa bermanja denganku. Tapi kini sosok itu tergantikan dengan Nadira yang pendiam, sampai-sampai aku tidak mengenali sosok istriku yang sekarang.

"Mas tidak akan melarangmu berkerja, Tapi mas mohon jangan bersikap dingin seperti ini."

Emang dia fikir dia siapa? Bertindak sesuka hatinya setelah pertengkaran barusan, sekarang seolah-olah pertengkaran itu tidak pernah terjadi.

Bukanya kemarin mas Davin sangat ngotot tidak boleh aku berkerja, kenapa dalam sekejab bisa berubah begitu, Pasti ada maunya. bathinku.

"Sayang ... nadira masih bergeming.

"Maaf jika tadi mas meyakitimu?"

Aku memeluknya dari belakang, mencium aroma tubuh yang telah menjadi canduku.

Aku masih kesal sama mas davin, tapi tubuhku tidak bisa berbohong aku sangat merindukan dekapan suamiku.

"Ya sudah ... Untuk saat ini aku tidak mempermasalahkannya ya mas, tapi tidak untuk selanjut nya."

Mengambil tas kerjaku setelah mas davin melepaskan pelukannya.

"Hati-hati ya sayang." aku Mengecup kening istriku.

"Mas antarin ya?"

"Tidak perlu mas, aku bawa mobil sendiri.

"Ya sudah hati-hati." Aku tidak akan memaksakan kehendakku, aku takut akan jadi pemicu pertengkaran lagi.

"i

Aku berangkat." Lalu Mencium takzim punggung tangan mas davin.

"Sayang ... kamu belum bilang sama mas kamu kerja dimana?" mas davin sedikit berteriak, aku menghentikan langkahku lalu menoleh ke arahnya.

"INKASI GROUP" Aku sedikit berlari meninggalkan mas davin karena aku sudah terlambat.

Bagaimana caranya menghadapi bos angkuh ku nanti, bikin pusing saja. Gumamku.

****

Aku masih terpaku ditempatku berdiri sejak tadi, kenapa bisa Nadira bekerja ditempat kenand, fikiran ku berkecamuk. apa sebenarnya yang dia inginkan, aku yakin pasti ada yang dia rencanakan, mengingat hubunganku dengan kenand yang tidak baik.

sedangkan dikantor Nadira tengah diomelin oleh sang bos.

"Kuping kamu masih berfungsi kan? kemarin bukannya sudah dijelaskan sama rosa jika kamu harus datang sebelum aku tiba."

"Iya pak sudah ... maaf? aku janji besok tidak akan terulang lagi."

"Oke ... Kali ini kamu aku maafkan, dan untuk hukumannya kamu harus lembur malam ini biar kejadian seperti ini tidak kamu ulangi lagi."

"Tapi pak ..."

"Apa ... tidak ada kata tapi-tapian, karena aku tidak suka dengan penolakan."

Arogannya setiap hari makin bertambah saja, kebanyakan makan micin kali ya ni bapak, tensi terus. Aku hanya bisa mencibir di dalam hati.

"Baiklah ... Kalau begitu saya permisi kemeja kerjaku dulu pak."

"Ya sudah sana."

Ya ampun mulutnya judes sekali, Jika bukan bosku sudah aku hajar dia, ucapku dalam hati.

Meletakan tasku dimeja kerja lalu membuatkan kopi untuk pak Kenand yang berada tepat disebelah kanan mejaku, setelah itu aku melanjutkan pekerjaanku.

TITIK LELAHKU

BY : MIKHAYLA92