Putih Semu Jingga
Hari ini ada seorang anggota menikah dengan putri seorang sultan membuat suasana begitu ramai tak seperti hari biasanya. Tatanan megah dan meriah menghias nyaris seluruh lingkungan kesultanan.
Nampak jelas hiruk pikuk beberapa prajurit tentara yang baru saja selesai bertugas melaksanakan tradisi pedang pora. Tradisi yang dilaksanakan untuk memperkenalkan tentang sekilas kehidupan militer.
"Foto dulu..!!" Ajak pengantin pria pada para juniornya yang tadi telah membantunya melancarkan kegiatan tradisi pedang pora.
Beberapa foto sudah di abadikan dan kini tiba saatnya acara bebas.
:
Para anggota sedang berkumpul dan melontarkan candaan khas bujangan.
Tak lama ada seorang gadis berjalan anggun menyapa dengan takzim pada beberapa orang yang mungkin di kenalnya. Kalem, lembut, secantik paras wajahnya.
"Ndoro ayu..!!" Seorang si mbok menyapa gadis tersebut dengan tergopoh-gopoh.
"Ada apa mbok, pelan-pelan saja." Kata gadis itu.
"Garwa ayu marah karena Kanjeng Sultan hanya membawa Gusti permaisuri ke pendopo agung. Beliau ingin ikut dalam acara pernikahan Raden Bagus." Jawab si Mbok.
"Ijinkan saja mbok.. kenapa harus di larang. Beliau juga ibunya Laras. Biarkan beliau masuk pendopo..!!" Perintah gadis itu.
"Tapi Ndoro..!!" Si mbok begitu cemas dengan keberanian junjungannya.
"Nanti saya yang akan bicara dengan Romo. Tidak baik membuat keributan dalam suasana sakral seperti ini mbok." Jawab gadis itu lalu berjalan menuju jalan yang tidak terlalu lebar lalu menghilang masuk ke dalam sebuah tempat mirip paviliun.
"Ijin Bang, siapa dia?" Tanya seorang pria berpangkat Letnan dua di sana.
"Adik perempuan Bang Bija, namanya Laras. Gusti Ayu Dyah Pradha Larasati."
"Waaw.. putri Sultan. Pantas cantik sekali." Gumam Bang Seno.
Mata Bang Seno tak lepas memperhatikan setiap gerak gerik gadis itu. Dadanya berdesir naik turun, nadinya berdenyut kencang, hatinya mulai gelisah.
Beberapa rekan anggota tersenyum licik melihat ekspresi wajah penasaran Bang Seno terutama seniornya. Dengan usilnya senior Bang Seno mengganti minuman softdrink dengan minuman tradisional daerah setempat. Minuman yang hanya di suguhkan pada saat tertentu saja dan tentunya sudah dalam pengawasan dan menyesuaikan dengan aturan.
"Ijin Bang, saya takut Seno tidak tahan dengan minuman fermentasi ini. Bukannya kalau tidak biasa bisa mabuk ya." Kata litting Bang Seno.
"Aaahh.. kamu diam saja, masa tentara minum beginian mabuk. Seno nggak akan mabuk.. paling hanya sakit perut aja." Jawab senior Bang Seno namun tak cukup itu saja keusilannya. Senior Bang Seno menambahkan sesuatu dan mengaduknya dengan bungkus serbuk tersebut.
Para anggota Junior pun diam dan pasrah dengan ucapan senior. Sesaat kemudian Bang Seno benar-benar menenggak minuman tersebut.
"Aacchh.. opo iki???" Bang Seno merasakan ada yang berbeda dari minuman yang di teguknya tadi. "Duuhh.. panaaass..!!" Gumamnya.
Senior Bang Seno ternganga. Bagaimana bisa pria yang pintar minum minuman haram beralkohol tinggi, merk luar negeri namun tidak bisa minum minuman tradisional yang kadar 'mabuk' nya tergolong rendah.
Bang Seno berlari menuju lorong sempit, secepatnya ia mencari toilet karena isi di dalam perutnya sudah berontak tak karuan.
~
Bang Seno menatap wajahnya pada cermin di toilet. Pantulan wajahnya seakan berbayang, kepalanya tiba-tiba terasa berkunang-kunang, nafasnya sesak, tubuhnya terasa ringan panas dingin dan yang paling parah adalah bagian jantannya sudah menegang sempurna.
"Aku kenapa?" Gumamnya bingung.
Secepatnya Bang Seno melangkah keluar dari toilet tapi tubuhnya yang terhuyung.
Tak lama seorang wanita menghampirinya. Ia mencoba menyangga tubuh pria tersebut tapi jelas saja tubuh kekar itu tak mampu di topangnya. "Lho.. Kangmas temannya Mas Bija khan???.. Kangmas tidak apa-apa?" Tanya Laras. "Aduuuhh.. Kangmaaass.. Dinda nggak kuaaatt..!!" Pekiknya hampir tertimpa tubuh Bang Seno.
Entah setan apa yang merasuki pikiran Bang Seno, pria itu langsung memanggul dan membawanya ke dalam paviliun dimana tadi Larasati masuk.
"Kangmassss.. Kangmas mau apa????" Laras kembali berteriak dan berontak namun percuma saja, suara sound system yang begitu keras membuat suara Laras lenyap bak tertelan bumi.
Bang Seno yang sudah lupa daratan mengunci pintu kamar lalu setengah membanting Laras di atas ranjang. Kewarasan Bang Seno seakan hilang. Kesadarannya kalah dengan nafsunya yang sudah setinggi langit. Ia membuka jas yang di kenakannya, lalu membuka kemejanya.
Laras yang begitu ketakutan langsung mundur ke sudut ranjang apalagi melihat sorot mata buas yang siap menelannya bulat-bulat.
Bang Seno yang kalap menyambar kaki Laras dan menariknya tepat ke arahnya. Sekilas dirinya sadar akan perbuatannya namun kemudian lagi-lagi kalah dengan naf_su bi_rahi nya. Ia membuka kain jarik yang melilit di tubuh gadis itu.
"Jangaaaaann..!!! Ampuuunn Kangmasss..!! Dinda takuuutt..!!!" Teriak Laras sekuatnya. Rasa takutnya semakin menjadi saat pria tersebut membuka ikat pinggang dan mengeluarkan senjata tempurnya lalu menindih Laras.
"Dinda.. tenanglah sedikit..!! Saya juga tidak paham apa yang terjadi pada diri saya." Baru kali ini Bang Seno bersuara sejak sedari tadi dirinya hanya diam tanpa kata. "Jika terjadi sesuatu padamu.. cari dan tuntutlah saya..!! Saya akan bertanggung jawab..!!" Ucapnya di sela kesadarannya yang naik turun dan kemudian ia menerobos palang pintu tanpa permisi.
Samar terdengar suara isakan tangis namun dirinya sama sekali tidak bisa mengingat apapun.
***
Bang Seno tersadar di tengah malam dan mendapati dirinya tanpa sehelai benang pun dengan bekas cairan berbau 'minyak urut' khas pria. Tidak ada seorang pun disana kecuali dirinya. "Astagfirullah hal adzim.. apa yang terjadi??" Bang Seno gugup dan segera memakai pakaiannya. "Apa aku menodai wanita??? Dengan siapa aku melakukannya??" Hatinya semakin resah melihat ada bercak darah yang terhapus bahkan sebagian ada di pangkal pahanya.
Setelah kembali rapi, Bang Seno melihat keadaan pendopo masih sangat ramai dan musik belum berhenti menggoncang kesultanan. Perlahan ia keluar dari paviliun seakan tidak terjadi apapun namun saat kembali ke pendopo, tak ada satu orang pun rekannya disana.
...
"Baru pulang Sen??" Sapa seorang senior dengan senyum menyebalkan.
"Siap.. ijin Bang, apa Abang mengganti minuman saya?? Atau mencampur sesuatu??" Tanya Bang Seno. Dirinya terpaksa naik ojeg online sampai ke Batalyon karena di tinggalkan rekan-rekannya kembali lebih dulu ke mess Batalyon.
"Mencampur apa?? Kurang kerjaan sekali saya mencampur minumanmu? Saya hanya mengganti minumanmu. Masa prajurit intai khusus nggak tahan minum arak???" Ledek senior.
Mau tidak mau Bang Seno diam seribu bahasa. Bagaimanapun juga senior adalah makhluk Tuhan yang tidak bisa di lawan setelah wanita. Mencari perkara dengan senior akan remuk sendiri pada akhirnya.
"Siap salah Abang. Mohon maaf."
"Ya setidaknya orang kalau tidak tahan minum pasti banyak berkhayal." Sudahlah jangan banyak pikiran..!!" Kata senior.
"Siaapp..!!"
'Apa aku berkhayal menunggangi wanita??? Tapi rasanya masih sangat jelas dan terasa?? Apa ada mimpi dan khayalan serasa nyata??'
.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments
Iis Cah Solo
waduuuhhhh bahaya taa...bang seno...siapa...siapppppp😕😕
2023-10-25
0
mudahlia
waduh senoo anak gadis org udah kamu garap . awal yg bikin penasaran
2023-08-12
1
putri
😍😍😍😍😍😍
2023-08-08
1