Rahasia With Ipar

Happy reading....

Kemudian Om Umar berjalan ke arah Darius, lalu mencengkram kerah pria itu, kemudian menonjok wajahnya hingga membuat darah seketika merembes dari sudut bibir Darius. Tidak puas, pria itu pun kembali menonjok hidungnya hingga patah, membuat Darius meringis.

"Itu untuk rasa sakit yang kau torehkan kepada putri kesayanganku, dan ini ...."

BUGH!

"Untuk tanggung jawab yang tak pernah kau berikan kepada putriku, dan untuk penghianatanmu!"

Om Samuel dan juga Tante Dina saling memeluk satu sama lain, mereka tidak bisa menghalangi Om Umar untuk menghajar Darius hingga babak belur, karena pria itu memang pantas mendapatkannya.

Kemudian Om Umar berjalan mendekat ke arah Fitri, lalu dia memegang kepala wanita itu. "Mulai sekarang kau bukanlah putriku! Dan tidak akan ada hubungan apapun dengan keluargaku. Jangan pernah kau menginjakkan kakimu atau memperlihatkan batang hidungmu di rumahku lagi!" ujar Om Umar dengan raut wajah penuh kekecewaan kepada Fitri.

Fitri yang mendengar itu pun sangat sedih, karena dia sangat menyayangi kedua orang tuanya, kemudian wanita itu bersimpuh di kaki Om Umar.

"Tolong Pah, jangan berbicara seperti itu. Ini semua bukan salah Fitri. Apa salah jika aku memperjuangkan cintaku bersama dengan Mas Darius? Kenapa kalian semua memojokkan kami? Kenapa kami di sini yang disalahkan?!" teriak Fitri sambil menangis tersedu-sedu.

"Karena kamu memang bersalah. Seharusnya kamu berbicara kepada kami dari awal, dan setelah kamu tahu jika Amanda adalah istri dari Darius, kalian bisa untuk melupakan satu sama lain. Tapi kamu malah dengan sengaja mendekati Haris dan menikahinya, hanya untuk mendapatkan Darius kembali? Apa itu bukan taktik seorang jalaang? Jadi mulai sekarang, jangan pernah menganggapku orang tuamu! Hubungan kita sudah cukup sampai di sini!" jelas Om Umar dengan tegas.

Kemudian dia menarik kakinya hingga membuat Fitri terseret, namun Om Umar tidak peduli. Karena rasa kecewa di dalam hatinya begitu besar kepada wanita itu yang selama ini ia anggap sebagai putrinya.

Kasih sayang serta cinta selalu dicurahkan, tak pernah dia bandingkan dengan Amanda sedikitpun. Karena Om Umar sangat berharap mereka bisa menjadi adik dan kakak yang akur, tapi ternyata dia salah.

Darah yang masih ada ikatan saja masih bisa berselisih paham, apalagi mereka yang tidak mempunyai ikatan apapun. Apalagi tidak sekandung dan se darah, tentu saja sangat berbeda sifatnya.

Setelah kepergian Amanda dan juga kedua orang tuanya, Tante Dina terduduk lemas di sofa. Dia menangis histeris karena harus kehilangan menantu kesayangannya, ditambah dia juga sangat malu dengan kelakuan Darius dan juga Fitri.

"Udah Mah, sebaiknya kita masuk ke dalam yuk! Tenangkan diri Mama," ujar Om Samuel sambil menggandeng istrinya.

Tante Dina mengangguk, kemudian mereka keluar dari sana. Namun Fitri menahan tangan wanita itu, membuat Tante Dina seketika menatapnya dengan tajam.

Dia melayangkan tangannya untuk menampar wajah Fitri, namun di urungkan. "Jangan pernah memanggilku Mama! Aku tidak sudi menganggapmu menantuku. Mulai sekarang anggap saja kita tidak pernah mengenal! Aku sangat membenci dan juga kecewa kepada kalian berdua! Mama kecewa sama kalian!" bentak Tante Dina.

"Sudah Mah, biarkan saja. Mereka tidak akan pernah merenungi kesalahannya, lebih baik kita masuk ke dalam kamar," ujar Om Samuel dengan nada yang begitu kecewa.

Darius meringis sambil memegangi hidungnya yang patah, melihat itu Fitri pun merasa kasihan. "Sayang, sepertinya hidungmu patah. Kita ke rumah sakit sekarang yuk!" ajak Fitri.

Kemudian Darius mengangguk lalu mereka pun pergi ke rumah sakit, tiba-tiba saja. "Awwh! Perutku!" ringis Fitri.

"Sayang, kamu kenapa?" tanya Darius dengan panik.

"Perutku sakit Mas. Awwwh!" jerit Fitri. Dan terlihat ada darah yang mengalir di sela sela paha Fitri.

Darius yang panik pun segera menggendong tubuh Fitri masuk ke dalam mobil.

.

.

Sementara Amanda saat ini tengah berada di dalam mobil sambil menatap ke arah jalanan yang begitu gelap, hanya ada lalu lalang kendaraan yang saling saling menyalip.

Perasaannya gamang, rasanya dia puas sudah mempermalukan kedua penghianat itu. Namun bohong jika ia pun tidak terluka, bohong jika Amanda tidak tersiksa.

Lulu yang melihat sahabatnya hanya melamun menggenggam tangan Amanda, membuat wanita itu seketika menatap ke arahnya.

"Menangislah! Jangan dipendam. Jangan lo tahan. Perasaan akan lega setelah lo mengeluarkan semua unek-unek dalam diri lo," ujar Lulu sambil mengusap tangan Amanda dengan lembut.

"Tidak Lu. gmGue harus kuat," jawab Amanda sambil menggelengkan kepalanya.

"Sekuat-kuatnya seorang wanita, tetap saja dia pasti akan menangis. Tidak usah malu, di sini hanya ada gue dan juga kedua orang tua lo. Jadi menangislah! Bahu gue akan selalu menjadi tempat sandaran untuk lo," ujar Lulu.

Mendengar itu akhirnya pertahanan Amanda pun roboh. Dia langsung memeluk tubuh Lulu dan menangis di dalam pelukan wanita itu.

Tangisannya terdengar begitu pilu dan menyayat hati kedua orang tuanya, membuat tante Anjani meneteskan air mata dalam diam.

"Kenapa Lu? Kenapa mereka melakukan ini kepadaku? Seharusnya mereka bilang dari awal, jika memang mereka saling mencintai. Aku dengan sukarela akan memberikan Mas Darius kepada Fitri. Aku dengan sukarela akan bercerai darinya, karena kami juga belum memiliki anak. Tapi kenapa mereka malah melakukan hal kotor seperti itu, Lu? Kenapa!" teriak Amanda dalam pelukan sahabatnya.

"Keluarkanlah semuanya, jangan dipendam," ucap Lulu dengan suara yang serak.

Dia juga menangis, karena Lulu tahu apa yang dirasakan Amanda begitu amat sangat berat. Dia juga seorang wanita dan tahu di posisi itu, walaupun Lulu belum pernah menikah. Namun dia tahu rasanya dikhianati oleh seorang yang kita cintai dan seseorang yang kita amat sangat sayangi.

Sementara Om Umar menyetir mobil dengan dada yang begitu sesak, saat mendengar tangisan yang begitu pilu dari anak kandungnya.

'Papa tidak akan pernah memaafkan mereka. Papa akan membalas rasa sakitmu, Nak!' batin Om Umar.

Setelah mobil sampai di dalam rumah, Amanda jalan sedikit gontai dibantu oleh Lulu masuk ke dalam kamarnya, dan saat sampai di sana Amanda langsung tertidur karena dia kelelahan bukan hanya fisik tapi batinnya juga.

Setelah melihat Amanda tertidur dengan lelap, Lulu pun turun ke lantai bawah. Dia melihat tante Anjani sedang membuat teh hangat untuk menenangkan dirinya.

"Tante, kenapa belum tidur? Ini sudah malam," ucap Lulu sambil duduk di samping wanita itu.

Tante Anjani terdiam untuk beberapa saat, terdengar helaan nafas yang begitu berat dari wanita tersebut, dan Lulu mengetahui perasaannya.

"Jujur Lu, tante tidak pernah menyangka, kenapa Fitri bisa setega itu kepada Amanda? Susah payah kami membesarkannya dengan rasa cinta dan kasih sayang, menganggapnya sebagai putri kami sendiri dan tanpa membedakan antara Amanda maupun Fitri. Tapi dia malah menusuk dan juga memberikan kami kotoran," ujar tante Anjani sambil menundukkan kepalanya.

"Sudahlah Tante, semua sudah berlalu. Sekarang kita harus men-support Amanda, agar dia semangat untuk menjalani hidup dan juga lembaran barunya. Kita harus menjadi matahari untuk Amanda, menjadi bunga yang selalu bermekaran di pagi hari, membuat hari-hari Amanda terasa bahagia, walaupun aku tahu jika hatinya terluka. Namun kita sebagai orang terdekatnya harus menguatkan hatinya, bahwa semua akan baik-baik saja. Dan Tante tidak usah khawatir, aku akan selalu berada di sisi Amanda, karena dia adalah sahabat terbaikku," jelas Lulu.

Mendengar penuturan wanita itu, tante Anjani pun memeluk tubuh Lulu. Dia benar-benar bersyukur karena putrinya memiliki sahabat seperti Lulu, yang begitu tulus dan berada di sampingnya di saat terpuruk.

.

.

Sementara Haris pergi ke klub malam untuk menenangkan dirinya. Dia yang tak pernah meminum minuman haram itu kali ini untuk pertama kalinya dia merasakan bagaimana rasa pahit dalam minuman tersebut.

Haris ingin menenangkan pikirannya, walaupun dia tahu itu hanya sejenak tapi bagi Haris tidak masalah.

"Kalian begitu jahat kepadaku. Kenapa kau tega menghianatiku Fitri? Kenapa? Bahkan anak dalam kandunganmu adalah anaknya. Apa kurangnya aku kepadamu, Fitri? Apa!" teriak Haris sambil meminum minuman itu yang sudah habis 2 botol.

Dia yang belum terbiasa menegak minuman tersebut menjadi sangat mabuk, kemudian dia meminta kepada waiters untuk menyediakan seorang wanita.

Tentu saja keinginannya dituruti, kemudian waiters memberikan nomor kamar kepada Haris, dan pria itu pun langsung berjalan dengan gontai.

Lalu setelah dia menemukan kamar tersebut, Haris masuk ke dalamnya. Tanpa ia sadari pria itu pun salah kamar, dan saat sampai di sana ada seorang wanita yang tengah membereskan ranjang.

Melihat itu Haris langsung menyergap wanita yang sudah ia bayar, namun tentu saja wanita itu memberontak, karena dia di sana hanyalah pekerja biasa yang membereskan setiap kamar.

"Tuan! Anda siapa? Tolong lepaskan saya Tuan!" teriak wanita itu sambil memberontak.

"Diamlah gadis manis. Kau sudah kubayar, jadi jangan pernah memberontak!" ujar Haris sambil menarik pakaian wanita itu dengan kasar, sehingga dua buah gundukan indah di hadapannya terpampang jelas.

Melihat itu Haris menatap liar, kemudian dia mulai mencumbu wanita tersebut.

"Tolong Tuan, jangan lakukan ini kepada saya! Saya hanyalah pekerja yang membersihkan kamar ini Tuan, tolong lepaskan!" teriak wanita tersebut.

Namun telinga Haris sudah tuli, saat ini dia dikuasai oleh minuman dan tidak sadar siapa yang ia lihat, dan tidak mendengarkan permintaan dari wanita itu.

Sehingga malam itu pun Haris sudah menodai seorang gadis yang masih suci. Akan tetapi, ia tidak pernah menyadari itu karena Haris dalam pengaruh alkohol.

BERSAMBUNG.....