Hidup sendirian setelah sang ayah meninggal, membuat Safira Johana tidak memiliki pilihan lain selain menuruti wasiat terakhir dari ayahnya untuk menikah dengan anak sahabatnya tersebut.
Namun, pernikahan itu hanya bersifat kontrak dan rahasia. Benny Zhen, sahabat dari ayah Safira dan merupakan ayah dari Virza Zhen, beliau mengidap penyakit jantung kronis.
Pria paruh baya itu mengancam Virza, kalau putranya tersebut tidak mau menikah dengan Safira, maka dirinya tidak akan mau menjalani operasi. Hingga pada akhirnya Virza melakukannya dengan terpaksa.
Bagaimanakah kehidupan rumah tangga mereka yang berawal tanpa adanya cinta?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lee_yuta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Khawatir
Bab 35
Karena tidak menemukan Virza bersama Safira. Agnes mengira jika Virza sudah ada di rumah. Bergegas pulang dan melihat suaminya di rumah. Ternyata rumah masih sepi. Hanya ada Benny dan beberapa ART dengan tugas masing-masing.
"Mbok Ijah, apa Virza sudah pulang?" tanya Agnes.
"Belum ada, Non." Mendengar jawaban Ijah membuat Agnes kesal. Dia tidak bisa menghubungi Virza.
Hingga pukul 21:00. Virza datang dengan luka yang semakin banyak pada wajahnya.
"Vir, Lo dari mana aja?" tanya Agnes.
"Bukan urusan lo!" jawab Virza dengan ketus dan melewatinya begitu saja.
"Vir! Virza!" teriak Agnes karena di cuekin oleh Virza.
"Lo kenapa masih disini? Lo harusnya pulang ke rumah Lo, bukan disini!" ucap Virza sebelum menutup pintu kamarnya.
Agnes geram. Memberikan tatapan tajam kepada pria itu. Sebelum meninggalkan rumah Virza, Agnes pergi menghampiri Benny yang ada di kamarnya.
***
Safira dan Sasha tidak jadi makan karena Agnes. Rafa datang membawa dua porsi makanan untuk mereka. Raka lah yang meminta Rafa mengantarkan makanan tersebut. Dia tidak ingin bertemu dengan Safira untuk sementara waktu.
Keesokan harinya. Biasanya di hari minggu Raka selalu mengajak teman-temannya untuk keluar. Tapi tidak untuk hari ini. Bahkan dia mengatakan bahwa dia sedang ada urusan meskipun Safira yang memintanya untuk datang.
"Raf, Raka kenapa kok tiba-tiba nggak mau keluar?" tanya Safira khawatir.
"Gue juga nggak tahu, Saf. Gue tadi dari rumah langsung kesini." jawab Rafa yang duduk menikmati camilan di atas meja milik Sasha.
"Kalian nggak mau ke rumahnya si Raka? Gue kok jadi khawatir sama dia," usul Safira.
"Boleh juga tuh," sahut Sasha setuju.
"Kok jadi ke rumah Raka? Katanya mau beli buku?" protes Rafa.
"Ya udah sih kita beli buku dulu baru ke rumah Raka atau sebaliknya," kata Sasha.
"Mending ke rumah Raka dulu baru beli buku deh. Entah kenapa gue merasa khawatir sama dia," sahut Safira.
"Ya udah deh. Yuk!"
Sepanjang jalan Rafa terlihat mengotak-atik hpnya yang tidak mau menyala. Sasha dan Safira hanya melihat sesekali tanpa menegurnya.
"Rumahnya mana sih? Gue belum tahu tuh rumah barunya," tanya Safira pada Sasha.
"Perumahan Garuda, yang terkenal elit. Gue denger dia pindah ke rumah yang lebih besar dari yang sebelumnya," jawab Sasha.
Safira manggut-manggut paham. Ini artinya mereka sudah hampir sampai. Karena Perumahan itu memang dekat dengan kosan Sasha. Pantas aja Raka dengan cepat datang ke kosan Sasha sewaktu-waktu.
Tak lama bis yang mereka tumpangi berhenti di halte tepat di depan perumahan Garuda. Mereka berjalan memasuki perumahan itu. Tapi si Rafa masih aja sibuk dengan hpnya. Hingga membuat si Sasha geram dan merampasnya.
"Lo jalan dulu! Gue sama Safira ikuti elo," ujar Sasha dengan mata yang melotot.
Nampaknya satpam di perumahan Garuda sudah hafal dengan Rafa. Saat Rafa memasuki perumahan itu satpam tersebut memberikan senyum ramahnya. Terlihat banyak rumah mewah di perumahan itu. Seperti perumahan ayah mertua Safira.
"Ini?" tanya Sasha dengan tak percaya karena Rafa berhenti di depan rumah yang sangat megah. Rafa mengangguk pelan.
"Cepat lo pencet itu bell," suruh Safira.
Ting tong...
Suara bell berbunyi.
Greeeekkkkkkk....
Suara pagar besi terbuka.
"Mas Rafa, cari mas Raka ya?" tanya wanita dengan wajah polos tanpa polesan apapun yang nampak akrab dengan Rafa. Rafa hanya mengangguk.
"Siapa, Mbak?" suara Raka dari dalam rumah.
"Mas Rafa, Den." jawab wanita itu.
"Suruh masuk aja, mbak." Raka langsung menyuruh mereka masuk. Tapi pandangannya terkunci dengan dua gadis di belakang Rafa.
"Wajah lo kenapa?" tanya Sasha. Safira ikut mengangguk setuju dengan pertanyaan itu.
"Kalian kok ikut kesini?" tanya balik. Raka yang bukannya menjawab pernyataan dari Sasha.
"Apa kita nggak boleh kesini?" tukas Sasha.
"Boleh sih.... Tap––"
"Lo belum menjawab pertanyaan Sasha, Ka. Gue juga punya pertanyaan yang sama. Kenapa wajah lo bisa kayak gitu?" potong Safira.
"Mending kalian masuk dulu nanti gue jelasin."
Mereka berempat duduk saling berhadapan. Raka menceritakan jika semalam dia bertemu dengan Virza yang menunggunya di depan rumah. Perkelahian terjadi lagi ketika Virza meminta untuk menjauhi Safira dengan alasan Safira masih istrinya.
Setelah mendengar semua cerita dari Raka. Safira berniat pergi ke rumah Virza setelah dari rumah Raka.