NovelToon NovelToon
Senandung Hening Di Lembah Bintang

Senandung Hening Di Lembah Bintang

Status: sedang berlangsung
Genre:Wanita Karir / Romansa Fantasi
Popularitas:321
Nilai: 5
Nama Author:

Berada di titik jenuh nya dalam pekerjaan Kania memutuskan resign dari pekerjaan dan menetap ke sebuah desa. Di mana di desa tersebut ada rumah peninggalan sang Kakek yang sudah lama Kania tinggalkan. Di desa tersebutlah Kania merasakan kedamaian dan ketenangan hati. Dan di desa itu jugalah, Kania bertemu dengan seorang, Bara.

9

Ini adalah flashback tentang kedatangan Kania ke Desa Ranu Asri. Hanya beberapa hari setelah Kania tiba di desa dan saat Bara masih pura pura tidak peduli.

Siang itu di Balai pertemuan desa, setelah rapat singkat mengenai jadwal irigasi sawah. Suasana nya masih ramai oleh obrolan warga yang baru bubar. Terlihat Bara sedang mencoba menghindari kerumunan, tetapi Laras mendekatinya, membawa beberapa lembar formulir sekolah di tangannya.

‘’Bara, tadi Pak RT bilang, ada yang pindah ke rumah kakek tua Tirta, ya? Katanya cucunya dari kota.’’

Dengan sedikit kaku, Bara menjawab. ‘’Oh. Iya. Kudengar begitu. Sedang dalam masa pemulihan, katanya. Pindah kesini untuk sementara.’’

‘’Hmm..Pindah sementara. Semoga betah. Kau tahu, rumah itu kan sudah lama kosong. Mungkin kamu bisa memberikan nya sedikit kopi hangat, Bara. Sebagai ucapan selamat datang dari desa.

‘’Kenapa harus aku? Ada Ibu Wati. Dia sudah pasti mengurusnya.’’

Laras menatap Bara penuh selidik. ‘’Iya, memang. Tapi cucu kakek Tirta..itu bukan hal yang biasa, Bar. Kau harus tahu situasinya. Jangan sampai ia merasa tersesat disini. Kau kan yang paling tahu jalan jalan di bukit itu.’’

Laras tahu Bara memiliki ikatan khusus dengan kakek Tirta, jadi ia secara halus mendorong Bara untuk mengambil inisiatif.

Bara menggaruk lehernya, menghindari kontak mata dengan Laras. ‘’Baiklah, nanti kulihat. Kalau aku sempat.’’

‘’Bagus. Kau selalu bertanggung jawab, Bar.’’

Laras pergi, tersenyum kecil. Ia tahu dia berhasil memicu rasa ingin tahu Bara. Sementara itu, Bara berdiri disana, tiba tiba sangat tertarik pada ‘rumah tua yang kosong itu’.

Beberapa minggu kemudian, setelah Kania mulai rutin mengunjungi kedai kopi ‘’Senja Ranu’’, bahkan hanya untuk diam.

Sore hari, setelah jam sekolah Laras berakhir, Laras mendatangi kedai kopi ‘’Senja Ranu’’. Terlihat kedai mulai sepi setelah jam sibuk. Laras melihat Bara sedang menimbang biji kopi, dan Laras datang mendekat ke belakang meja kasir, tempat Bara biasanya melakukan pekerjaan nya yang lebih fokus.

Laras memulai percakapannya. ‘’Bara. Biji yang ini baunya enak sekali. Kau sudah memilih biji yang akan kau jual di acara desa?”

Bara mendongak. ‘’Sudah. Ini signature blend kita, sedikit arabica dari petak atas. Rasanya sudah stabil.’’

Laras melembutkan suaranya. ‘’Bagus. Aku senang kau fokus. Tapi,,aku mendengar dari beberapa warga, tentang Kania. Mereka melihatnya lari lari di pagi hari dan langsung datang kesini dengan pakaian olahraga yang terlihat basah oleh keringat.’’

Laras melanjutkan.’’Bara, di kota mungkin itu biasa. Tapi di sini…apalagi kalau Kania langsung datang saat kau sedang sendirian. Itu bisa menimbulkan pembicaraan yang tidak enak. Ibu Wati juga pasti terkejut melihat Kania sudah membangun rutinitasnya di sini. Bukankah lebih baik Kania beristirahat dulu di rumahnya, baru datang sore hari?” Laras menggunakan kekhawatiran warga sebagai alasan, tetapi intinya adalah tentang kecemburuan atas akses Kania ke waktu pribadi Bara.

Bara mendongak, matanya menunjukkan sedikit kekesalan karena Laras mencampuri urusan Kania. Ini adalah pertama kalinya ia benar benar membela Kania.

Dengan nada tegas Bara berkata. ‘’Laras, Kania tidak melakukan hal yang buruk. Pakaiannya tertutup. Dan dia datang kesini karena ini adalah satu satunya tempat yang memberinya ketenangan. Dia datang kesini karena aku yang mempersilahkannya untuk datang kembali.’’

Bara melanjutkan. ‘’Dia datang tidak meminta kopi, hanya sekedar meminta secangkir teh hangat. Dia bukan pelanggan yang merepotkan. Dia..dia butuh tempat, dan kedai ini memberikannya. Aku tidak peduli apa kata warga, Laras. Dia cucu kakek Tirta, dan dia datang kesini untuk menemukan kedamaian yang hilang.’’

Laras menyadari bahwa Bara tidak hanya membela Kania sebagai pelanggan, tetapi sebagai seseorang yang ia pedulikan secara pribadi. Dalam hatinya Laras menyadari, Bara tidak akan pernah membela orang lain di depan Laras dengan ketegasan seperti ini. Kania telah menembus pertahanan terkuatnya; rutinitas.

Laras menutup pembahasan. ‘’Baiklah, Bara. Aku mengerti. Aku hanya ingin memastikan kau tidak menimbulkan masalah yang tidak perlu. Aku tidak akan membahasnya lagi.’’

Laras berbalik dan berjalan keluar, masih terlihat anggun, tetapi di dalam hatinya, ia tahu persaingan telah dimulai—dan Kania, si pendatang, telah berhasil memenangkan Bara dalam pembicaraan ini.

P.O.V Bara (Awal Bara mengagumi Kania)

Bara berdiri di belakang meja kasir, sibuk mengatur alat seduh. Tangannya sibuk, tetapi pikirannya terbagi. Ia tidak lagi fokus sepenuhnya pada suara penggilingan manual; ia fokus pada suara langkah kaki di jalan setapak.

Bara biasanya menikmati keheningan pagi sebelum aktivitas nya yang padat. Sekarang ia menemukan bahwa keheningan itu hanya sempurna setelah Kania tiba. Ia menyadari bahwa kedainya telah menjadi titik akhir yang selalu dinanti Kania setelah ia berolahraga.

Tepat pukul 07.30 pagi, seperti yang diingat Bara secara tidak sadar, Kania muncul di teras kedai. Kania terlihat lelah, pipinya sedikit memerah karena upaya fisik, ikat rambutnya telah longgar. Pakaian olahraganya kaus katun dan celana jogger longgar diselimuti sedikit debu jalanan.

Bara mengagumi detail itu. Di kota, pastinya Kania selalu sempurna dan tertata. Di sini, Kania datang dalam keadaan nyata, jujur, dan lelah, dan bagi Bara, ia terlihat seribu kali lebih indah. Kelelahan Kania adalah tanda perjuangan yang ia menangkan pagi itu.

Kania datang ke desa membawa beban dari kota, tetapi setiap pagi, dia memilih untuk memenangkan pertempuran kecil ini. Dia tidak lari. Dia berlari. Dan Bara menghargai ketekunan Kania.

Bara meraih cangkir keramik khusus milik Kania yang telah disiapkan Bara, dan mulai mengisi air teh bersuhu hangat. Ia sudah tahu persis apa yang dibutuhkan Kania : segelas teh hangat.

Kania berjalan ke meja, duduk, dan menyandarkan kepalanya sejenak di punggung kursi, memejamkan mata.

Dengan suara rendah Bara berkata ‘’Jauh sekali larinya pagi ini?”

Kania membuka mata dan tersenyum lelah. ‘’Sampai batas kebun Pak Jaya. Itu jauh. Tapi, aku tidak bisa menyerah karena aku tahu, di bawah sini, ada segelas teh hangat yang menungguku.’’

Bara mendorong cangkir air ke Kania, senyum tipisnya muncul. ‘’Selamat datang kembali. Kamu berhasil melakukannya. Seperti biasa.’’

Bara melihat keringat membasahi pelipis Kania. Ia mengambil lap bersih di samping timbangan—lap yang biasanya ia pakai untuk mengelap cangkir. Dan secara spontan, ia mengusap pelipis Kania dengan lembut.

Kania terdiam. Kehangatan yang tulus itu, perhatian sederhana yang tanpa kata kata rayuan, terasa lebih manis dari rasa kopi termanis.

Momen ini adalah penegasan perasaan awal Bara terhadap Kania.

1
Yuri/Yuriko
Aku merasa terseret ke dalam cerita ini, tak bisa berhenti membaca.
My little Kibo: Terima kasih kak sudah menikmati cerita ini 🙏
total 1 replies
Starling04
Membuatku terhanyut.
My little Kibo: Terima kasih kak 🙏
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!