Kisah ini berasal dari tanah Bugis-Sulawesi yang mengisahkan tentang ilmu hitam Parakang.
Dimana para wanita hamil dan juga anak-anak banyak meninggal dengan cara yang mengenaskan. Setiap korbannya akan kehilangan organ tubuh, dan warga mulai resah dengan adanya teror tersebut.
Siapakah pelakunya?
Ikuti Kisah selanjutnya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti H, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kejadian mengejutkan
Enre yang sedang dalam kebingungan akhirnya berusaha untuk menghubungi Andi Anni.
Ia mengambil ponselnya, dan mencoba mencari nama sang adik didalam kontak, lalu meneleponnya.
Panggilan tidak terhubung, sepertinya daya ponsel Andi Anni telah habis, dan wanita itu sedang tertidur. Namun ia berusaha mengetik sebuah pesan. [Anni, bisa tolong bantu donor darah, Daeng Cening tertusuk gunting dibagian pahanya,]. Andi Enre mengirimkan pesan, dan berharap jika adiknya terbangun akan bergegas datang ke rumah sakit.
Disaat yang sama, perawat itu memberitahu, jika ada perawat yang memiliki golongan darah B+ dan dapat dijadikan sebagai pendonor, asalkan Andi Enre memberikan uang sebagai imbalan.
Tentu saja Enre menyanggupinya. Lalu dilakukan pendonoran darah untuk Daeng Cening yang saat ini sudah dibawa ke ruang operasi.
Setibanya diruang operasi, kantong infus dab juga kantong darah ditranfusi ke dalam tubuhnya.
Pengangkatan gunting yang tertancap dalam dilakukan, lalu kini tinggal prosesi menjahit bekas luka tersebut.
Saat dokter sibuk menjahit lukanya, justru Daeng Cening sibuk mengamati kantong darah yang tergantung ditiang infus.
Ia menelan salivanya, dan tatapannya nanar untuk menahan agar tidak agresif.
Semakin lama ia menatap kantong darah itu, maka rasa hausnya semakin terasa, dan membuat ia sangat tidak dapat lagi untuk menahan rasa ingin meminumnya.
Setelah proses operasi selesai, tanpa pernah diduga oleh tim dokter dan juga tenaga medis lainnya, Daeng Cening menarik kantong darah dan meminumnya dengan cepat, lalu ia bersendawa. Kemudian mengusap sisa darah yang menempel dibibirnya.
Dokter dan perawat lainnya tercengang. Namun tatapan dingin dari Daeng Cening membuat mereka seolah terbungkam, dan diam, bahkan berdiri mematung seperti orang bengong.
Melihat hal tersebut, Daeng Cening turun dari ranjang operasi, lalu berjalan terpincang keluar, dan menemui sang suami yang patuh dan setia menemaninya.
"Sayang, ayo kita pulang." ajak Daeng Cening dengan langkahnya yang terpincang.
Andi Enre menatap dengan bingung, tetapi ia senang jika sang istri baik-baik saja.
"Kamu baik-baik saja, Sayang?" tanya Andi Enre dengan cemas, lalu menghampirinya.
"Ayo, kita pergi " Daeng Cening tak menjawab, dan ia mengamit tangan sang suami, lalu menyusuri koridor rumah sakit, dan mereka pergi begitu saja.
Setelah keduanya meninggalkan rumah sakit, mendadak para dokter dan juga perawat itu tersentak kaget.
Mereka saling pandang satu sama lainnya, dan hal yang membuat mereka semakin bingung, terlihat kantong darah yang sudah habis isinya dan pasien tidak lagi ada ditempat.
Deru nafas mereka terasa tersengal, dan detak jantung berpacu lebih cepat.
Peristiwa ini membuat mereka terlihat sangat syok. Bagaimana seorang manusia dengan rakus meminum darah?
Setelah kesadaran mereka pulih, mereka mencoba menghubungi administrasi, dan mempertanyakan tentang identitas pasien yang baru saja mereka operasi
Kejadian semakin rumit, saat mengetahui jika tertulis dalam kartu tanda penduduk Daeng Cening masih tercatat sebagai gadis, dan ia belum mengganti kartu identitasnya.
Karena Enre menyelesaikan pembayarannya, maka sepertinya kasus itu tidak berlanjut, dan menganggap jika Daeng Cening mengalami depresi.
Sementara itu, hari sudah semakin mendekati waktu subuh. Andi Enre dan juga Daeng Cening tiba dikediaman mereka.
Keduanya bergegas masuk ke dalam rumah, dan mungkin akan beristirahat.
Sementara itu, diluar sana, terlihat seorang pria sedang mengamati dari rumah Takko yang sedikit gelap.
Ia baru saja tiba dirumah tersebut, dan tatapannya terlihat dingin dalam mengamati setiap ruangan. Saat ia memasuki ruangan CCTV, terlihat ia memejamkan kedua matanya.
Ia merasakan aroma anyir darah yang menguar dari sisa pembunuhan Jhony yang sangat misterius.
Sesaat ia melihat sesuatu dalam pandangan mata bathinnya yang sangat mengerikan.
Satu sosok kucing besar berbulu hitam yang sudah menyerang secara brutal, dan tentu saja itu bukan kucing biasa.
Pria bertubuh tinggi itu membuka matanya, dan merasakan aura negatif yang begitu kuat dari dalam rumah.
Ia merasakan sesuatu sedang mengintainya dari kejauhan.
Pria itu mencoba menetralkan energi negatif tersebut dengan dzikir yang ia terus lantunkan, sehingga perasaan tak nyaman itu memudar.
****
Pagi menjelang. Melihat Daeng Cening sudah terlihat sehat, Andi Enre berpamitan untuk pergi kembali ke tambang. Ia meninggalkan sang wanita yang masih duduk santai diatas sofa, meski terkadang meringis kesakitan.
"Sayang, abang sudah mencari dua orang asisten rumah tangga yang akan membantumu mengurus rumah dan melayani keperluanmu," ucap Andi Enre, lalu menghampiri sang istri dan memberikan kecupan yang lembut dikening sang istri.
"Asisten?" tanyanya dengan rasa kaget. Sebab selama ini, Andi Enre tidak terfikir jika harus membawa asisten rumah tangga menginap.
"Iya, dan nanti ada tukang kebun yang merangkap sopir, agar kamu bisa berpergian tanpa menungguku pulang dari tambang," ucapnya menjelaskan.
Sesaat air liur sang Daeng Cening seolah hendak tumpah. Ia merasa jika hal itu sangat dinantikannya.
"Datangkan lah mereka segera," ucapnya dengan tak sabar.
"Ya, bentar lagi. Abang pergi dulu," ucap Andi Enre, lalu berpamitan dan pergi meninggalkan sang istri.
Setelah kepergian Andi Enre, terlihat seorang pria datang ke rumahnya. Tubuhnya sangat kekar, dan mengetuk pintu dengan pelan.
Tok tok tok
"Masuk," ucap Daeng Cening, tanpa beranjak dari duduknya.
Pintu terbuka, dan terlihat seorang pria berdiri dihadapannya.
"Apakah kamu seorang supir dan tukang kebun yang dikatakan oleh suamiku?" cecar Daeng Cening dengan nada tatapan penuh selidik.
Ia mencoba menerawang pria tersebut, namun tampaknya ada sesuatu yang menghalangi, dan tidak tertembus
"Ya, saya datang untuk melamar pekerjaan yang diiklankan," sahut sang pria dengan nada dingin.
"Baiklah, kamu dapat mulai bekerja hari ini. Tolong pesankan saya makanan dan minuman, dan jangan lupa, cucikan mobil di garasi dengan tanganmu seniri, jangan dibawa ke doorsmeer," pesannya pada pria itu.
"Baik nyonya. Saya akan mengerjakannya, dan dimana kunci mobil yang akan saya cuci?" tanyanya dengan nada dingin.
Daeng Cening yang masih terpincang terpaksa bangkit dari duduknya, lalu mengambil kunci yang disimpan didalam kamar, dan menyerahkannya kepada sang pria.
"Ini, belikan saya dulu mie goreng dengan kopi panas." Daeng Cening menyerahkan uang selembar seratus ribu pada pria tersebut, lalu kembali lagi ke sofanya.
Pria itu bergegas pergi, dan meninggalkan rumah tersebut dengan mobil milik Daeng Cening.
Sementara itu, pemandi jenazah kembali datang ke rumah Ambo Uleng untuk membantu memasak acara sedekah malam
Saat mereka sedang berkumpul, wanita itu tak tahan untuk menceritakan kejadian malam tadi.
"Aku malam tadi diserang parakang," ucapnya dengan nafas yang tersengal. Dadanya bergemuruh saat menceritakan peristiwa tersebut
Mendadak mereka yang sedang membuat bumbu terdiam, lalu menatap padanya.
"Serius, Ambo?" tanya Andi Anni dengan wajah pucat.
Wanita itu menganggukkan kepalanya, dan terlihat ia masih syok.
"Gunting yang ku pakai untuk menyerangnya tertinggal dibagian pahanya," jelas wanita itu dengan wajah pucat.
Sontak saja Andi Anni merasakan tubuhnya gemetar.
sukurin..
mudah-mudahan diampuni ya Cening .. karena kamu selama ini sudah menyekutukan Allah ..
benar-benar iblis tuh si Welang 😤😤
ooaalaah .... ternyata polisi Andre itu adalah kk nya si Ella toch istrinya si Takko 😱😱
jahat bgt tuh si welang 🤬🤬
kini Enre pun sdh terkena Ditinggal itu 😱
siapa pula yg mau mencuri Kitab Kuno dan Abu Parakang itu ,, psti orang jahat lg ajah 😡😡
Tp baru juga Daeng lepas dri ilmu hitam itu, ada lagi parakang baru hadehhh. 😇