GAIRAH TERLARANG ANAK TIRI

Rico memandangi Arion dengan tatapan menyelidik, seolah ingin minta penjelasan dari pria itu. Papi lalu membuang mukanya.

"Satu lagi yang ingin saya katakan mengenai pasien," ucap Dokter itu.

"Kenapa dengan Karen, Dok?" tanya Rico dengan antusias, takut jika terjadi sesuatu dengan wanita itu.

Arion juga penasaran ingin mengetahui apa yang terjadi pada Karen. Dari tadi sebenarnya hati pria paruh baya itu sangat gelisah. Takut hal buruk terjadi pada wanita itu.

"Dari pemeriksaan sementara dan kami juga telah melakukan USG, dapat disimpulkan jika pasien saat ini sedang hamil," ujar Dokter.

Ucapan dokter bukan saja Membuat Arion kaget, Rico juga tidak kalah kagetnya mengetahui kenyataan itu. Dia tahu, yang pertama kali berhubungan dengan Karen adalah dia. Karen pernah mengatakan jika dirinya belum pernah berhubungan badan dengan Arion, jadi kemungkinan itu adalah benihnya, pikir Rico.

Rico tampak tersenyum bahagia mendengar ucapan dokter, berbeda dengan Arion. Wajahnya langsung berubah saat tahu Karen sedang hamil saat ini. Tangannya mengepal menahan amarah.

Arion tidak bisa menerima kenyataan yang dia dengar saat ini. Dia belum pernah melakukan hubungan badan dengan Karen, kenapa wanita itu bisa hamil?

"Bagaimana dengan janinnya, Dok? Apakah baik-baik saja?" tanya Rico antusias.

"Saat ini janinnya masih tidak ada masalah. Namun, saya juga tidak bisa menjamin kedepannya nanti."

Rico mendekati dokter. Dengan mengatup kedua tangannya, pria itu memohon pada dokter.

"Dokter, aku mohon, selamatkan keduanya. Lakukan semua yang terbaik untuk keduanya," ucap Rico dengan suara memelas.

"Akan kami lakukan yang terbaik, semampu kami. Bapak berdoa saja semoga semua berjalan baik dan lancar. Pasien cepat pulih," ucap Dokter itu.

Arion hanya diam, tidak tahu apa yang akan dia katakan. Melihat antusias Rico bertanya tentang kehamilan Karen, dia telah dapat menebak jika pria itu ayah dari janin yang sedang dikandung Karen.

Setelah pamit dengan Arion dan Rico, Dokter itu berlalu dari keduanya. Setelah dokter itu menghilang dari pandangan, Arion mendekati Rico.

Tanpa pria itu duga, tangan Arion terangkat menampar pipinya dengan keras. Sehingga membuat Rico terhuyung karena belum siap menerima serangan dari Papinya itu.

Rico memegang pipinya yang terasa terbakar, bekas tamparan Arion. Pria itu kembali berdiri tegak dan menantang Arion.

"Kenapa Papi menamparku?" tanya Rico dengan tersenyum sinis. Bukannya pria itu bodoh. Dia tahu saat ini Papinya merasa dikhianati.

Rico bukannya tidak tahu terima kasih seperti yang Arion katakan, tapi cintanya pada Karen telah membuat dia melupakan logika jika apa yang telah dia lakukan dengan Karen adalah hal yang terlarang. Dia tahu semua ini salah.

"Aku minta maaf karena telah mengecewakan Papi. Sekarang Papi telah tahu kenyataannya. Aku mau Papi melepaskan dan menceraikan Karen secepatnya. Dia sedang mengandung anakku," ucap Rico.

"Apa kamu pikir aku akan mau melepaskan Karen begitu saja?" tanya Arion.

"Apa maksud Papi? Kenapa masih mencintai. pertahankan Karen? Bukankah Papi dengar sendiri jika saat ini benihku sedang tumbuh di rahim Karen!" ucap Rico penuh penekanan.

Dia mengerti jika Papinya marah dan kecewa setelah mengetahui semua kenyataan ini. Namun, dia juga tidak akan bisa mengembalikan semua yang telah terjadi.

Jika Rico berada di posisi Papinya, mungkin dia juga akan melakukan hal yang sama, kecewa dan marah karena dikhianati orang terdekat kita.

"Pi, aku tahu saat ini Papi kecewa karena tahu aku telah mengkhianati Papi. Tapi aku mohon, lepaskan Karen. Aku dan Karen saling mencintai. Untuk apa lagi Papi mempertahankan pernikahan ini," ucap Rico dengan suara memohon.

"Agar kamu dan Karen menderita dan menyesal karena telah mengkhianati aku!" ucap Arion dengan suara datar.

...****************...