NovelToon NovelToon
Mr. Ibram

Mr. Ibram

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / CEO / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:6k
Nilai: 5
Nama Author: Lel

Hidup sebatang kara, dikhianati oleh keluarganya, bahkan diusir dari rumah peninggalan orang tua oleh sang tante, membuat Ayuna Ramadhani terpaksa harus bekerja keras untuk mendapatkan pundi-pundi rupiah sebanyak mungkin di tengah kesibukkannya kuliah. Ditambah pengkhianatan sang pacar, membuat Ayuna semakin terpuruk.
Namun titik rendahnya inilah yang membuat ia bertemu dengan seorang pengusaha muda, Mr. Ibram, yang baik hati namun memiliki trauma terhadap kisah cinta. Bagaimana kelanjutan kisah Ayuna dan Mr. Ibram, mungkinkah kebahagiaan singgah dalam kehidupan Ayuna?
Selamat membaca
like like yang banyak ya teman-teman
terimakasih

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

RENCANA

"Kamu butuh apa?" tanya Rajendra penuh perhatian. Siang itu, Rajendra memenuhi janjinya kemarin malam untuk menemui Ayuna. Kalau saja tidak di tempat umum, mungkin Rajendra sudah memeluk sang kekasih erat.

Saat ini pun, beberapa makanan dan camilan dipesan Rajendra khusus untuk Ayuna. "Ndra, aku gak selapar ini kali!" ucap Ayuna melongo saat pelayan kantin beberapa kali menyuguhkan aneka camilan.

"Pokoknya kamu makan sekarang, aku gak mau kamu kelaparan. Gak usah sungkan buat minta ini itu ke aku. Anggap kita menjalani rumah tangga mini."

"Gak gitu juga kali, Ndra. Aku gak pa-pa beneran kok! Ersa juga pintar pilih kamar kok, nyaman, bersih juga. Diterima aja lah, Ndra, daripada terus memikirkan kenapa bisa terjadi. Mending cari solusi buat menata hidup ke depan."

"Gak usah sok kuat di depanku, Ay!" Rajendra kesal juga melihat sang kekasih begitu tenang, dan seperti menutupi kondisi sebenarnya. Padahal Rajendra siap bila Ayuna mau berbagi keluh kesah, bahkan untuk menghidupi Ayuna, Rajendra pun mampu.

"Ketahuan deh!" ucap Ayuna dengan senyum miris, ia menunduk sedih. Spontan Rajendra tersenyum tipis lalu mengacak rambut sang kekasih.

"Kita kenal udah sèjak SMA, Ay. Gimana kebiasaan kamu kalau punya masalah aku sudah hafal, please jangan jadi orang gak enakan sama aku. Anggap aku keluarga kamu satu-satunya sekarang."

Àyuna hanya mengangguk saja, sampai detik ini ia belum kepepet, dan tetap berterima kasih atas perhatian yang luar biasa, sungguh perhatian seperti ini sangat dibutuhkan Ayuna sekarang.

"Ayo makan udah gak usah nangis terus!" ucap Rajendra kemudian menyodorkan sesuap nasi rames kesukaan Ayuna.

Ayuna menolak, tak patutlah di depan umum terlalu mesra suap-suapan, Rajendra pun mengiyakan. Keduanya pun makan dengan tenang dengan sesekali mengobrol tentang mama Rajendra dan kesibukan beliau.

"Kayaknya aku mau kerja deh, Ndra!" ucap Ayuna di suapan terakhir. Rajendra pun hampir tersedak mendengarnya.

"Kenapa harus kerja sih?" protes Rajendra.

Ayuna tertawa, ia sudah bisa memprediksi respon sang kekasih, pasti tak setuju. "Ya memang aku harus kerja, Ndra. Gak mungkin aku berdiam diri, sedangkan depositoku bisa dicairkan saat aku usia 21 tahun, uang tabungan dan pemberian tanteku juga pasti buat kuliah, sedangkan makan dan jajan aku juga butuh, Ndra."

"Makan dan jajan aku yang tanggung!" Ayuna menggeleng. "Sekali aja, Ay. Nurut apa kataku."

"Bukan aku gak mau nurut kamu, Ndra. Tapi aku beneran gak mau merepotkan siapa pun. aku ingat pesan ayahku, jangan pernah bangga diberi seseorang, karena suatu saat nanti mereka akan mengungkitnya."

"Ck, aku gak mungkin ungkit-ungkit, Ay."

"Dih, kayak tahu masa depan aja kamu, Ndra."

"Sekarang kalau kamu mau kerja, kamu mau kerja apa? Sedangkan kamu belum lulus kuliah. Apa gak ganggu kuliah kamu juga?"

"Tutor les privat."

"Ke rumah-rumah?"

Ayuna mengangguk. "Masih rencana, baru mau tanya teman yang punya bimbel."

"Cowok?"

Ayuna tertawa, sudah dipredikosi pertanyaan ini akan muncul. "Emang kenapa kalau cowok? Kamu di rumah sakit nanti juga banyak dokter cewek loh, tapi aku gak protes."

"Beda lah!"

"Bedanya?"

"Yah pokoknya aku gak suka aja kalau kamu bergantung pada cowok lain."

"Aku cuma bekerja, Ndra. Antara bos dan pegawai pada umumnya, lagian tidak semua cowok naksir aku kali."

"Daripada begitu mending kamu kerja sama kau."

Ayuna semakin tertawa, gemas juga melihat Rajendra cemburu begini. "Kerja apa?"

"Bikin laporan dan nemenin aku belajar!"

"Makan gaji buta dong aku."

"Ya gak pa-pa, suka-suka bosnya lah."

"Enggak lah, Ndra. Aku beneran gak mau ngrepoti kamu. Pengalaman ditinggal kedua orang tua menjadi titil balik hidupku. Ada mereka aku hidup kayak gak ada beban, bahagia, mulus banget jalan takdirku. Begitu aku ditinggal aku kelimpungan, gak ada sandaran, bahkan harta peninggalan kedua orang tua pun lepas. Diusir kemarin akhirnya membuatku sadar bahwa aku harus hidup mandiri, berdiri di kakiku sendiri. Sempat terpikir aku bisa hidup dengan kamu, dan yakin kamu akan membuatku bahagia, tapi kembali lagi gimana kalau suatu saat kamu meninggalkanku, bukan berarti aku suudzon kamu selingkuh, enggak. Semoga enggak, tapi gimana kalau kamu meninggal? aku bisa apa saat keadaan itu tiba."

Rajendra diam, mungkin meresapi apa yang diucapkan Ayuna. Sangat benar keputusan Ayuna untuk belajar mandiri. "Tapi kamu harus bisa jaga hati kamu buat aku, di mana pun kamu berada!"

Ayuna mengangguk tegas, "Pasti. Lagian nih, Ndra. Hidupku saat ini susah, berat banget, kenapa aku harus cari masalah dengan selingkuh atau bersikap aneh-aneh, bikin tambah susah aja kalau itu sampai terjadi."

"Oke, aku percaya sama kamu!" Rajendra pun pada akhirnya menghargai keputusan Ayuna. Tak berselang lama, ponse Ayuna bergetar. Tertulis nama Arfan, anak tante Melina.

"Angkat saja!" ucap Rajendra, tahu kalau Ayuna enggan mengangkat panggilan itu.

"Iya, halo!" jawab Ayuna tak bersemangat. "Di kantin kampus, ada apa?" jawab Ayuna pendek. Sebenarnya di antara sepupu Ayuna, memang Arfan yang paling baik. Bahkan saat Ayuna diusir kemarin, Arfan sempat membela gadis itu, malah dirinya kena gampar sang ayah.

Usia Arfan satu tahun di atas Ayuna, memang Tante Melina menikah lebih dulu daripada ayah Ayuna. Sekarang Arfan sedang menyusun skripsi, satu kampus dengan Ayuna pula, namun beda jurusan.

"Bisa bicara berdua saja?" pinta Arfan sembari menatap Rajendra, tak suka. Rajendra hanya menghela nafas berat, ingin menemani Ayuna, khawatir intimidasi keluarga masih berlanjut.

"Nanti aku kabari, pamit dulu ya!" ucap Ayuna lebih memilih ikut Arfan, dan Rajendra pun mengangguk.

Rajendra terus melihat keduanya pergi, memang tak ada yang aneh, baik Ayuna dan Arfan hanya berjalan beriringan tanpa ada gandengan atau pelukan ala saudara. Namun tetap saja, Rajendra tak suka.

"Aku bawain kamu motor!" ucap Arfan sembari menyodorkan kunci motor pada Ayuna. "Kamu tinggal di mana sekarang?"

Ayuna hanya menunduk, melihat perhatian Arfan begini sedikit terharu, ternyata masih ada saudara yang peduli dengannya. "Maaf banget mama, papa, dan om Yasa jahat banget sama kamu, Mbak. Aku juga gak bisa berbuat apa-apa."

Ayuna mengangguk saja. "Udah gak pa-pa, Fan. Mau bagaimana lagi. Kita masih terlalu kecil berurusan dengan harta."

"Tapi mama keterlaluan banget, aku gak nyangka saja mama tega mengusir kamu, Mbak."

"Kamu bawa motorku gini gak pa-pa, Fan?"

"Ya pa-pa, Mbak. Tengkar dulu aku sama Ulin (sang adik), dia mengancam akan lapor mama juga, tapi aku gak peduli. Aku kepikiran kamu, Mbak. Selama ini kamu gak pernah hidup kekurangan, tapi karena.."

"Sudah, Fan. Gak usah diterusin, kamu malah emosi kalau bahas keluarga kita. Aku makasih banget udah dikasih motor. Tapi aku gak bisa menjamin kamu selamat dari mama kamu nanti."

"Biarlah. Soal aku gak usah dipikirkan, Mbak. Mama gak bakal tega buat usir aku."

"Makasih ya, Fan. Kamu masih baik sama aku."

Arfan mendongak, melihat langit cerah, diiringi hembusan nafas pendek. "Aku gak baik sama kamu, Mbak. Tapi aku menyelamatkan hidupku nantinya."

Ayuna tak paham.

"Mbak udah nyumpahin keluarga kita, aku takut doa anak yatim piatu langsung dikabulkan sama Allah, makanya sebisa mungkin aku tetap berada di pihak kamu, Mbak."

1
Lestari Setiasih
bagus ceritanya
Rian Moontero
qu mampir kak authoor,,semangat up yach💪💪🤩🤸🤸
Lel: terimakasih dukungannya
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!