NovelToon NovelToon
Suami Dan Anak Ku Bukan Untuk Ku

Suami Dan Anak Ku Bukan Untuk Ku

Status: sedang berlangsung
Genre:Selingkuh / Persahabatan / Cinta Murni / Dijodohkan Orang Tua / Teman lama bertemu kembali / Pernikahan rahasia
Popularitas:1.7k
Nilai: 5
Nama Author: Vismimood_

Menjadi Istri kedua atau menjadi madu dari Istri pertama sudah pasti bukan sebuah mimpi dan harapan, bahkan mungkin semua wanita menghindari pernikahan semacam itu.
Sama halnya dengan Claire yang sudah menyusun mimpi indah untuk sepanjang hidupnya, menikah dengan suami idaman dan menjadi satu-satunya Istri yang paling cintai.
Namun mimpi indah itu harus kandas karena hutang Papanya, uang miliaran yang harus didapatkan dalam dua bulan telah menjadi kan Claire korban.
Claire akhirnya menikah dengan pengusaha yang berhasil menjamin kebangkitan perusahaan papanya, Claire dinikahi hanya untuk diminta melahirkan keturunan pengusaha itu.
Segala pertentangan terus terjadi di dalam pernikahan mereka, Claire yang keras menolak hamil sedangkan jelas tujuan pernikahan mereka untuk keturunan.
Kisah yang sedikit rumit antara satu suami dan dua istri ini dialami Claire, Brian, dan Tania. Akan seperti apa akhirnya pernikahan itu, jika keturunan tak kunjung hadir.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vismimood_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ketika Dewasa

Tepat pukul 7 malam Claire sampai di kediamannya, dengan membawa 1 koper besar dan satu tas kecil yang tergantung di pundaknya. Claire menekan bel agar bisa memasuki rumahnya, malam ini Claire kembali ke rumah setelah 4 tahun tinggal di negara orang.

Sesaat menunggu Claire tersenyum ketika pintu terbuka dan menunjukan sosok Ellena, dengan segenap rasa rindunya Claire memeluk sang mama dengan erat. Selama ini mereka hanya berkomunikasi lewat ponsel, dan itu tak sempurna mengobati kerinduan mereka.

"Kamu sudah kembali, terimakasih Tuhan." Ucap Ellena seraya menangkup wajah Claire.

"Papa mana, Mama sehat kan?"

"Mama sehat, tapi Papa kamu sakit."

Ucapan Ellena seketika menghilangkan senyum Claire, sejak kapan dan kenapa Ellena tidak mengatakan itu sebelumnya. Claire dibawa ke kamar dimana Dirga terbaring, Claire menggeleng dan memeluk Papanya yang sedang duduk bersandar di sofa.

"Kamu sudah datang." Ucap Dirga lemah.

"Papa sakit apa, sudah ke Dokter?"

"Papa kamu harusnya dirawat di Rumah sakit, jantungnya bermasalah."

Mata Claire seketika berembun, sejak kapan Dirga memiliki masalah jantung. Apa saja yang Claire tidak tahu tentang keluarganya sendiri, kenapa selama ini tidak pernah ada kabar buruk apa pun yang didengarnya.

Tanpa banyak basa-basi Claire meminta Ellena untuk membantunya membawa Dirga ke Rumah Sakit, meski Dirga sempat keras menolak tapi Claire tak peduli. Jika dokter mengatakan harus dirawat seharusnya mereka menurut saja, dokter lebih tahu apa yang harus dilakukan pada pasiennya.

*

"Saya akan urus administrasinya dulu, tolong tempatkan Papa saya di tempat terbaik."

"Baik, Bu."

Claire mengusap lengan Ellena, biarkan saja Claire masih memiliki uang untuk perawatan Dirga sekarang. Claire tidak mau keluarganya menderita karena sakit, Claire pulang untuk berbahagia bukan bersedih karena ada yang sakit.

"Dokter menyarankan untuk rawat inap selama satu minggu."

"Tidak masalah, ikuti saja apa yang Dokter katakan."

"Baik, silahkan ditanda tangani. Sebelumnya boleh saya meminjam tanda pengenal Ibu, saya perlu mendata."

Claire memberikan KTPnya, kini Claire sudah berusia 21 tahun sehingga ia sudah memiliki kartu tanda pengenal. Claire menandatangani semuanya, hingga pembayaran pun selesai dan Dirga bisa dirawat dengan tenang.

"Terimakasih Sus."

"Iya, sama-sama Bu."

Claire memilih untuk duduk sebentar saja sebelum kembali ke ruang rawat Dirga, kepulangannya malam ini sangatlah tidak sesuai, harapan. Claire merasa tubuhnya sangat lelah setelah perjalanan jauhnya, tapi sayang Claire belum bisa istirahat karena keadaan Dirga.

"Mama berhutang penjelasan, kenapa menyembunyikan keadaan Papa." Gumamnya.

"Claire, belum selesai?"

"Mama, sudah selesai. Aku duduk sebentar saja kaki ku terasa pegal."

"Kamu pasti lelah, seharusnya kamu istirahat saja di rumah."

Claire menggeleng pasti menolak perkataan Ellena, Claire langsung mencecar Ellena dengan pertanyaan yang ada di benaknya. Sepertinya Ellena juga tidak bisa berbohong sekarang, karena sudah terlalu lama Ellena menyimpannya sendiri.

Ellena menjelaskan jika sakit Dirga berawal dari perusahaan yang bermasalah, Dirga mengalami kerugian besar karena gagalnya beberapa proyek. Perusahaan berhutang sangat besar dan Dirga tidak mampu mengatasinya, 4 tahun ditinggalkan Claire, hanya dua tahun saja semua berjalan baik dan dua tahun sisanya Dirga benar-benar dibuat depresi.

"Ya Allah, Mama kenapa gak bilang sama aku?"

"Mama mau kamu selesaikan sekolah kamu, itu juga keputusan Papa kamu."

"Lalu sekarang bagaimana, Perusahaan masih berjalan?"

"Tidak, Papa sudah menghentikan semua aktivitas Kantor. Sekarang Papa harus membayar hutang yang ada, tapi Papa tidak mampu."

Claire bersandar seraya memejam matanya, jika Claire tahu itu sejak awal pasti Claire akan memilih pulang. Claire bisa menunda kuliahnya saja sampai keadaan membaik, kenapa Dirga dan Ellena harus memaksakan semuanya seperti itu.

Claire kembali membuka mata ketika mendengar isakan Ellena, Claire memeluk Ellena mencoba menenangkannya. Sekarang Claire sudah kembali, Claire akan mencoba membantu mereka dengan sekuat tenaganya.

"Beberapa kali Papa masih kirim aku uang, itu uang dari mana?"

"Itu simpanan Papa kamu, dia tidak mau kamu harus lelah bekerja di sana. Papa kamu cuma mau kamu fokus belajar, bukan bekerja seperti yang kamu katakan."

Claire mengusap punggung Ellena, Claire memang bekerja paruh waktu di tengah kuliahnya. Tapi sungguh itu tidak membuatnya lelah, Claire menjalaninya dengan perasaan bahagia, harusnya Ellena dan Dirga fokus dengan bebannya di sini.

"Sudah, Mama jangan nangis. Papa akan sembuh, dan aku akan bantu perbaiki semuanya."

"Semua terlalu berat Claire, Papa kamu saja tidak mampu."

"Tidak, semua masalah pasti ada solusinya. Kita akan cari solusinya sama-sama, Mama jangan khawatir."

"Ada jalan untuk mengakhiri ini semua, Claire."

Claire mengurai pelukannya, mengusap air mata Ellena dengan lembut. Claire tersenyum dan menggenggam kedua tangan Ellena, Claire tidak mau orang tuanya bersedih sekarang.

Jika memang ada jalan makan Claire harus tahu jalan seperti apa itu, Ellena balik menggenggam tangan Claire. Dengan masih sedikit terisak, Ellena mengatakan jika Claire harus menikah dengan seorang pengusaha sukses, langkah itu adalah cara paling ampuh untuk membantu Dirga.

"Menikah?"

"Iya, Sayang. Ada satu perusahaan besar yang siap membantu Papa kamu, tapi mereka mau agar Putranya menikah sama kamu."

Claire menarik tangannya dari genggaman Ellena, apa ini, Claire jauh-jauh kuliah untuk mengejar masa depan sesuai keinginannya. Menikah bukan fokus utama Claire, menikah belum jadi hal penting bagi Claire saat ini, Claire tidak mau mengambil jalan itu.

Ellena berusaha meyakinkan Claire jika jalan ini adalah yang terbaik, meski tidak saling mengenal tapi waktu yang akan mendekatkan mereka. Ellena mengaku sudah pernah bertemu dengan pengusaha itu, dan rasanya tidak buruk untuk disandingkan dengan putri semata wayangnya itu.

"Aku gak mau, Ma. Aku akan cari jalan lain untuk membantu Papa."

"Gak bisa Claire, tempo yang diberikan untuk Papa melunasi hutang hanya tinggal 2 bulan lagi. Kamu mau apa dalam waktu sesingkat itu, sekali pun kamu cari kerja dan dapat pekerjaan itu tidak akan bisa melunasi hutang Papa kamu."

Tak ada jawaban, Claire diam dengan tatapan kosongnya saat ini. Fikirannya tak terarah kalimat Ellena mengacaukan semua list mimpi yang sudah Claire rangkai, Ellena tidak boleh mengacaukannya begitu saja.

Ellena kembali meraih tangan Claire, bukankah hanya Claire harapan mereka saat ini tidak ada yang lain lagi. 2 tahun Dirga sudah berjuang untuk semuanya, tapi hasilnya tidak sesuai harapan dan yang ada justru Dirga sekarang sakit parah.

"Aku gak mau Ma, biarkan aku memikirkan ini terlebih dahulu. Ada, aku yakin ada jalan lain selain dari pada aku harus menikah."

"Claire, dengan itu kamu bisa membuat Papa kamu tenang. Dokter selalu mengatakan jika Papa kamu tidak boleh berfikir terlalu keras, tolong Claire hanya kamu harapan kami sekarang."

*

Pagi hari Claire mendatangi satu Perusahaan yang sedang membuka lowongan pekerjaan, Claire mencoba untuk langsung datang tanpa melakukan kontak person terlebih dahulu. Perkataan Ellena sangat mengganggu Claire, pernikahan terasa sangat menakutkan untuk Claire yang memang belum siap.

"Selamat siang, ada yang bisa saya bantu?"

"Siang, saya membaca di sini sedang ada lowongan pekerjaan. Saya mau mencoba melamar, saya baru pertama melamar kerja."

"Baik, mohon menunggu."

Claire mengangguk dan terdiam seraya mengamati sekitar, hingga resepsionis itu mengatakan Claire harus langsung datang ke lantai 8. Claire mengangguk dan berlalu begitu saja, tidak ada yang mengantarnya karena Claire yang memutuskan akan datang sendiri.

Setelah lift itu mengantarkan Claire, kini Claire sudah sampai di lantai 8 tempatnya di depan pintu bertuliskan pimpinan Brian. Claire menarik nafasnya dan menghembuskannya tenang, lantas mengetuk pintu tersebut.

"Masuk."

"Permisi."

Claire tersenyum ramah ketika melihat penghuni ruangan tersebut, sosoknya tampak dewasa ya sekitar kepala 3. Claire mendekat dan mengutarakan tujuan kedatangannya, Claire mengaku tidak membuat janji apa pun karena langsung datang saat tahu ada lowongan pekerjaan.

"Saya sedang membutuhkan sekretaris, bisa lihat data diri kamu?"

"Silahkan, Pak. Ini sudah lengkap semua."

Claire memberikan mapnya, membiarkan Brian membaca isinya dengan sempurna. Claire sangat berharap bisa diterima bekerja saat ini juga, meski kemungkinan kecil untuk melunasi hutang Dirga, paling tidak Claire sudah berusaha.

"Cukup bagus, tapi kamu tidak ada pengalaman."

"Saya akan berusaha mengerjakan pekerjaan saya dengan baik, Pak."

"Saya tidak sesantai yang kamu kira kalau soal pekerjaan, saya sudah sering berganti sekretaris karena mereka tidak sanggup bekerja dengan saya."

"Tidak masalah, saya akan mencoba berbeda dari mereka."

Brian tersenyum dingin, tatapannya pun terlalu sulit diartikan, memangnya seperti apa bekerja dengan dia sampai tidak ada yang betah. Tapi Claire butuh pekerjaan itu sekarang, Claire harus membuktikan Claire akan bisa membantu orang tuanya tapi dengan jalan lain.

"Baiklah, kamu bisa langsung bekerja besok."

"Hah- serius?"

"Kalau kamu mau, silahkan saja."

"Saya mau Pak, saya mau, saya akan berusaha bekerja dengan sangat baik."

Brian mengangguk saja dan mempersilahkan Claire untuk pergi, besok mereka akan bertemu kembali tentunya. Ketika sudah di luar ruangan Claire mengepalkan kedua tangannya, senyumnya begitu puas karena bisa mendapatkan pekerjaan dengan sangat mudah.

Gaji sekretaris mungkin saja tinggi, atau Claire bisa mengejar lembur dan lain sebagainya untuk memperbanyak hasil uangnya. Claire harus yakin jika langkahnya tidak akan sia-sia, Claire hanya ingin menjadi dirinya sendiri sesuai keinginannya bukan di aturan orang lain.

*

Meski sudah mendapatkan pekerjaan, Claire tidak memutuskan langsung ke rumah Sakit atau pun pulang ke Rumah. Claire memilih untuk bersantai terlebih dahulu di Cafe terdekat dari Perusahaan yang baru ia datangi, menikmati waktunya sesaat dengan ketengan yang ia ciptakan sendiri itu akan sangat menyenangkan.

Claire memilih tempat duduknya dan langsung memesan beberapa menu hidangannya, selama menunggu Claire memainkan ponselnya. Hatinya sedikit lega karena langkah pertamanya sukses tanpa hambatan, Claire hanya harus meneruskannya dengan sangat baik.

"Masih lama gak ya, ke toilet dulu deh." Gumam Claire yang akhirnya meninggalkan tempatnya.

Toilet adalah tujuannya dan Claire langsung melesat kesana, beruntung toilet tidak terlalu ramai sehingga ia bisa langsung masuk. Seusainya Claire menyempatkan diri bercermin, merapikan make-up dan penampilannya.

"Masih cantik." Ucapnya penuh percaya diri.

Kakinya terayun kembali ke luar, pasti pesanannya sudah datang sekarang. Ponsel itu tetap menjadi fokus Claire, sehingga ia mengabaikan jalan yang dilewatinya.

Brukk...

"Aw." Gumam Claire yang nyaris terjengkang.

Beruntung seseorang menahan tangannya, Claire sigap mundur dan membungkuk hormat seraya berterimakasih.

"Maaf, saya tidak memperhatikan jalan."

"Tidak masalah, silahkan."

"Terimakasih, permisi."

Claire melewatinya begitu saja dan kembali ke mejanya, benar saja pesanannya sudah tersaji di sana. Claire langsung menikmatinya dengan penuh ketenangan, besok Claire akan sibuk dan semoga saja hasilnya bisa membantu dirinya dan keluarganya.

Ditengah makannya tiba-tiba Claire melihat sosok Brian bersama dengan seorang wanita, cantik, sexi dan serasi sekali bersanding dengan Brian. Claire menggeleng, orang sukses pasti mudah mendapatkan wanita seperti apa pun yang diinginkannya.

"Apa kau tidak bisa melihat!" Bentakan itu kembali memantik perhatian Claire. Claire melihat Brian yang memarahi lelaki yang sempat bertabrakan dengan dirinya di depan toilet.

"Kau membuat pakaian Istri ku kotor, dasar bodoh!"

"What, Istri?" Gumam Claire setengah tak percaya.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!