Janda Bohay

Setelah mendengar ide-ide yang dikemukakan oleh para fans Mawar, Djiwa memutar otaknya kembali. Ia akan merubah konsep bisnis Mawar menjadi lebih berkembang lagi. Bukan hanya bisnis ayam geprek hot plate, Djiwa mau membuat warung Mawar sebagai tempat tongkrongan anak muda yang nyaman.

Saat Mawar tertidur lelah karena habis melayani Djiwa, ia justru malah bekerja keras. Djiwa mengambil laptop miliknya dan mulai menyusun rencana bisnis untuk Mawar. Waktu mereka tidak banyak. Djiwa harus bisa membuat Mawar sukses dan memperkenalkan Mawar pada Papa dan Mama secepatnya.

Djiwa bekerja semalaman sampai tertidur pulas dengan laptop masih menyala. Mawar yang terbangun dan tidak mendapati Djiwa di sebelahnya melihat sang suami tidur sambil duduk dengan kepala disandarkan di tembok. Mawar mengambil laptop di tangan Djiwa dan menaruhnya di atas meja. Mawar tak sengaja melihat konsep bisnis yang Djiwa buat untuknya.

Mawar tersenyum penuh haru. Ia tahu, suaminya bekerja keras demi memajukan usahanya. Bahkan Djiwa sampai tertidur kelelahan. Djiwa sudah membuat konsep bisnis yang menurut Mawar sangat hebat.

"Pantas saja perusahaan ingin merekrut kamu, Mas. Kamu memang pintar. Aku tidak menyangka, pemuda polos yang biasanya bekerja sebagai petani ternyata memiliki otak yang super cerdas seperti kamu," batin Mawar.

Mawar membangunkan Djiwa dengan lembut untuk pindah ke tempat tidur. Djiwa yang masih setengah sadar menurut saja apa yang diperintahkan oleh Mawar. Mereka pun kembali terlelap di sisa malam sebelum kembali bangun untuk belanja ayam.

Sehabis membersihkan ayam, Djiwa nampak menahan rasa kantuknya di ruang tamu. Tangannya masih memetik sayuran selada dengan kepala yang terantuk-antuk.

Mawar melihat suaminya begitu ingin membantu. Mawar tak tega. "Mas, biar aku saja. Mas tidurlah. Semalam Mas begadang pasti butuh tidur," kata Mawar dengan dengan lembut.

"Tak apa, Sayang. Mas masih kuat kok," jawab Djiwa.

"Aku yang memaksa, Mas. Aku mau Mas istirahat. Jangan sampai Mas sakit, oke?" Mawar mengambil sayuran selada di tangan Djiwa. Mau tak mau Djiwa menurut. Ia pergi ke kamar dan dengan cepat langsung tertidur pulas.

Tak lama Bu Sari, karyawan Mawar datang dan membantu pekerjaan Mawar. Warung ayam geprek Mawar pun buka tanpa bantuan Djiwa yang masih tertidur lelap.

Belum lama buka, sudah ada pesanan yang masuk dari aplikasi. Mawar dan Bu Sari menyiapkan pesanan sambil melayani pembeli yang datang.

Djiwa terbangun dan langsung mencuci mukanya. Ia ketiduran dan merasa menyesal tidak membantu Mawar. Djiwa turun ke bawah dan menyapa Mawar yang sibuk di dapur. Nampak keringat di kening Mawar. Djiwa mengambil tisu dan mengelap kening istri tercintanya.

"Maaf ya aku ketiduran. Apa yang bisa aku bantu?" tanya Djiwa.

"Tak apa, Mas. Tolong catat pesanan yang masuk ya, Mas. Bu Sari biar yang antarkan dan membersihkan meja," jawab Mawar.

"Siap, Bos!"

Djiwa mengambil menu dan alat tulis lalu mencatat pesanan yang masuk. Nampak anak-anak SMA baru pulang sekolah dan terpesona dengan ketampanan Djiwa. "Wah baru tahu aku kalau di sini pelayannya tampan. Kayak artis!"

"Iya. Aku bakal kesini terus nih kalau pelayannya setampan Mas."

Djiwa tersenyum dan memamerkan barisan gigi putih di balik senyumnya yang menawan. "Harus dong sering kemari. Makanan di sini enak."

"Iya sih. Kita tahu dari cerita teman-teman kalau di warung janda bohay makanannya enak."

Djiwa seakan mendapat ide saat mendengar perkataan anak SMA tersebut. Warung Janda Bohay. Dari nama saja sudah menarik minat pembeli. Akan ia ajukan nanti pada Mawar saat mereka berbicara berdua.

"Tunggu deh, kayaknya muka Mas enggak asing. Aku seperti pernah lihat muka Mas di majalah bisnis milik Papa aku deh!" Salah seorang anak SMA rupanya mengenali Djiwa.

Djiwa lupa tidak mengenakan masker karena terburu-buru ingin membantu Mawar. Bodohnya dia. Djiwa harus membuat alasan agar anak-anak SMA di depannya percaya.

"Masa sih mirip sama saya? Lihat saja wajahnya dengan jelas. Pasti yang di majalah glowing, sedangkan saya? Wajah kucel, kumel, banyak sel kuli mati. Pokoknya jauh beda. Salah lihat mungkin kamu, Cantik!" Djiwa sengaja menyebut cantik agar perhatian anak SMA tersebut teralihkan.

"Ih Mas bisa saja. Kalau saya cantik, mau dong jadi pacar saya?" Anak SMA tersebut kini sudah lupa dengan artikel yang dilihatnya.

Djiwa tersenyum lega. Lain kali ia tak akan lupa memakai masker. "Jadi mau pesan apa nih? Khusus untuk kalian akan saya kasih free tahu jika pesan menu paket."

"Udah ganteng, baik lagi. Yaudah saya mau menu paket!"

"Saya juga!"

"Saya sama kayak yang lain!"

"Mohon ditunggu ya Tuan Putri!" Djiwa tersenyum membuat anak SMA itu memekik kegirangan. Djiwa menghampiri Mawar yang menatapnya tanpa berkedip.

"Sayang, pesanan 3 anak SMA menu paket. Tambahkan tahu ya. Aku sudah janji mau kasih mereka gratis tahu kalau pesan menu paket!" kata Djiwa tanpa menyadari perubahan wajah Mawar.

"Kamu sendiri saja yang buatkan! Toh itu fans kamu bukan?" Mawar berbalik badan dan membuatkan es teh manis untuk pesanan yang lain.

"Loh? Kamu marah? Cemburu ya?" goda Djiwa.

"Enggak tuh! Ngapain cemburu sama anak SMA? Enggak level!" jawab Mawar tak mau kalah saing.

"Oh beneran cemburu ini sih. Kenapa sih begitu saja cemburu? Aku tuh bersikap baik ke mereka karena rencana bisnis kita selanjutnya. Mereka itu ajang promosi kita. Dari mulut mereka, akan mereka ceritakan pengalaman selama makan di warung kamu. Ini promosi gratis, hanya disogok pakai tahu mereka pasti dengan suka rela cerita ke teman-temannya," terang Djiwa.

"Promosi sih promosi, tapi bukan berarti kamu ikut tebar pesona. Ini di depan aku loh kamu kayak begitu, apalagi di belakang aku? Bisa saja kamu malah makan malam dengan cewek lain!" cerocos Mawar.

Djiwa tertegun mendengar ucapan Mawar. Bagaimana Mawar bisa tahu kalau ia makan malam dengan Melati?

"Tidak dong, Sayang. Ini murni demi memajukan usaha kamu. Aku malah ada ide buat konsep usaha kamu yang baru. Aku mau ganti nama Warung Ayam Geprek dan Penyet Mawar dengan nama baru." Perkataan Djiwa rupanya menarik minat Mawar.

"Nama baru apa?"

Djiwa tersenyum. Istrinya ini memang mudah marah namun mudah juga baik lagi. "Warung Janda Bohay. Gimana? Keren enggak?"

"Kamu doain aku jadi janda lagi?" Mawar kembali emosi mendengar ide Djiwa.

"Bu-bukan, Sayang. Masa sih aku mendoakan seperti itu? Yang rugi aku juga dong?" jawab Djiwa.

"Lantas kenapa namanya begitu?" Pertanyaan Mawar belum Djiwa jawab karena Ibu Sari datang dan memberitahu kalau pembeli menunggu makanan mereka yang tak juga datang.

"Kita bicarakan nanti malam, sekalian begitu-begitu, oke?" Djiwa membawakan pesanan yang sudah matang. "Ini meja 2 bukan?"

Mawar hanya menjawab dengan anggukan dan kembali menyiapkan pesanan pembeli. Djiwa pergi ke depan dan memakai maskernya. Kali ini, jangan sampai ada yang mengenalinya lagi!

****