jadi laki laki harus bisa membuktikan kepada dirinya sendiri kalo ia bisa sukses, sekarang kamu harus buktikan kalo kamu gak mati tanpa dia, kamu gak gila tanpa dia, dan kamu gak kelaparan tanpa dia.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon jenos, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 33
Deg!
[Itu beneran fix Mbak mau di nikahin apa baru omongan maksudnya masih bisa di nego atau gimana gitu Mbak?] tanya Alvin membuat Dita menengadah ke atas menatap langit- langit kamarnya.
[Saya gak tau AL, orang tua saya orang paling susah di debat dan gak bisa di bantah] jawab Dita membuat Alvin mangut-mangut.
"Eugh..."
"Eh sayang, bobo lagi Nak ..." ucap Alvin sambil menepuk-nepuk paha Guntur pelan.
[Guntur bangun?] tanya Dita begitu mendengar suara Guntur.
[Nggak Mbak cuma menggeliat aja
keganggu mungkin sama suara saya] jawab Alvin lalu ia beranjak dari ranjang menuju sofa yang sudah tua itu.
[Jadinya gimana Mbak? Mbak udah siap
Nikah belum?] tanya Alvin.
[Belum AL demi apapun saya belum siap, masih banyak pribadi yang harus saya perbaiki sifat egois, gak mau kalah, Jutek, ketus semua itu ada pada diri saya dan saya butuh waktu untuk introspeksi diri] jawab Dita membuat Alvin mangut-mangut.
[Iya sih Mbak, gimana ya saya juga mau bantu Mbak pasti Mbak gak mau sama saya soalnya saya gak punya uang juga, masih kuliah dan ya beginilah] ujar Alvin.
[Saya juga gak minta bantuan kamu AL, udahlah jangan dipikirkan palingan saya abis ini bakal lanjut S2 kurang lebih dua tahun untuk intropeksi diri saya]
Jleb!
[Oh... Iya juga sih Mbak good luck lah Mbak semoga sehat dan sukses selalu] lanjut Alvin ia sudah dapat menebak tujuan Dita selanjutnya adalah kuliah lagi.
[Iya AL kamu juga sukses ya biar bisa banggain diri kamu sendiri dan Guntur]
[Siap Mbak]
[AL udah dulu ya saya mau lanjut ngerjain skripsi dulu, maaf ya jadi ganggu
tiba-tiba nelpon nangis lagi]ujar Dita membuat
Alvin terkekeh.
[Ya wajar Mbak cewek kan senjata ampuhnya air mata] celetuk Alvin membuat Dita langsung melotot.
[Gak juga ya saya jarang nangis ini karena lagi capek aja!] ketus Dita membuat Alvin tertawa.
[Iya-iya Mbak, paham kok] lanjut Alvin sambil menahan tawa.
[Gak usah ngeledek kamu Alvin, besok kamu ya di kampus!] kesal Dita membuat Alvin langsung duduk tegap.
[Emang bisa Mbak, bukannya Mbak gak boleh keluar buahahah]
[Alvin!!!] pekik Dita membuat Alvin menjauhkan ponsel dari telinganya.
Tut!
"Lah malah dimatiin, iya sih kamu
memang harus banyak-banyak intropeksi diri dulu sebelum nikah." ujar Alvin sambil geleng-Geleng.
Alvin membersihkan dirinya lalu sholat
setelah itu ia mengambil laptop yang baru saja dibelinya itu atas perintah Burhan dan jelas uangnya pun dari Burhan.
Alvin mengerjakan tugas-tugas yang akan di kumpulkan minggu ini.
"Ini gimana lagi sistemnya kok aku gak paham sih?" gumam Alvin mengotak-atik Laptopnya.
"Tanya Naura aja kali ya?" gumam Alvin hendak meraih ponselnya.
"Eh jangan deh tar dia kepedean lagi trus ngeledek-ngeledek um ... Tapi kalo gak nanya gak paham juga ini." ujar Alvin bingung, dengan sekuat hati ia menelpon Naura.
[Hoam... Halo] ucap Naura dengan suara serak membuat Alvin langsung memijit pelipisnya.
[Tidur ya?] tanyanya membuat Naura yang sedari tadi memejamkan matanya langsung melotot lalu melihat ponselnya.
[Om? Om nelpon aku kirain tadi--
[Kirain apa?] potong Alvin membuat Naura kembali memejamkan matanya.
[Gak ada]
[Tugas udah selesai belum?] tanya Alvin.
[Hum...] jawab Naura dengan nada malas.
[Naura!!]
[Astagfirullah! Kodok loncat!] Naura kaget karena ponselnya ia letakkan di telinga sedangkan alvin malah tertawa.
[Bisa gak jangan teriak-teriak!] kesal Naura sambil mengusap-usap telinganya.
[Lagian kamu ditanya baik-baik malah tidur] ujar Alvin membuat Naura mendengus kesal.
[Apaan sih ganggu orang aja tau gak!]
[Gak! Ajarin saya matematika dulu gak ngerti nih] ucap Alvin membuat Naura mendengus kesal lalu mendecih.
[Dasar orang tua gitu aja gak paham, ngapain aja dari SD] dumel Naura pelan sambil mengotak-atik ponselnya mencari file
tugasnya.
[Gak usah ngomel-ngomel saya dengar, sini buru] ujar Alvin.
[Ya emang sengaja kan biar Om dengar memastikan udah pikun apa belum] lanjut Naura membuat Alvin melotot ingin rasanya ia menjitak kepala Naura.
[Sini buruan contohnya]
[Sabar!!!!] teriak Naura membuat Alvin
terkekeh.
[Udah minta maksa lagi, orang sekarang gini banget] umpat Naura, Alvin diam mendengarkan ocehan Naura.
[Tuh udah aku kirim... kerjain jangan mikirin cewek terus!] cecar Naura.
[Heh berisik!] ujar Alvin lalu ia memutuskan.
Tut!
"Idih... Orang tua gak punya sopan santun begini nih, bukannya bilang makasih malah dimatiin." dumel Naura lalu ia melemparkan ponselnya ke bawah bantal lalu ia kembali
menghampaskan tubuhnya.
"Mengganggu kesenangan orang saja." ujarnya lalu kembali memejamkan matanya.
***
Keesokan harinya, Alvin mengantarkan Guntur ke kantor Burhan karena ia ada kuliah
jam 10 pagi.
"Ayah berangkat kuliah dulu ya sayang, jangan nakal jangan buat Ibu Maya repot ya." ucap Alvin sambil mengusap wajah Guntur lalu menciumnya.
"Bu saya berangkat dulu ya, tolong Guntur si sembunyikan dulu takut nangis." ucap Alvin yang dibalas anggukan Maya.
"Hati-hati AL." ucap Maya lalu dengan cepat ia membawa Guntur ke kamar.
"Yah..." ucap sambil tangannya seolah- olah menunjuk membuat Maya tersenyum.
"Ayah kamu diluar kerja gak boleh di ganggu dulu, ini apa ini dalam paper bag ini ..." ucap Maya membuka paper bag yang
diberikan Alvin.
"O... Ada roti sama makanan, ini Ayah
kamu beliin apa si kasih Bunda Dita?" tanya Maya membuat Guntur menjawab.
"Bua... Bua... Ti ti." ucap Guntur membuat Maya tekekeh.
"O gitu iya-iya Ibu paham, udah abang- abang Guntur ini ya, nih makan dulu." lanjut Maya memberikan potongan roti ke tangan Guntur.
"Enak?" tanya Maya yang tidak dihiraukan oleh Guntur membuat Maya gemas.
"Ih Kok kamu bisa segemas ini sih pengen gigit." ujar Maya tanpa ia sadari Burhan tengah memperhatikan dirinya dari ambang pintu.
"Gigitlah palingan besok gak bisa ketemu lagi." ucap Burhan tiba-tiba membuat Maya menoleh.
"Iya ih Mas gemes banget lihat deh..." ujar Maya sambil menyatukan kedua tangannya untuk tidak mencubit Guntur.
Burhan tersenyum lalu duduk di depan Guntur yang sedang asik makan roti. Ia mengusap-usap kepala Guntur membuat anak kecil itu mendongak.
"Bah... Makan roti ya? Mau Bapak beliin baju baru gak?" tanya Burhan membuat Guntur tertawa.
"Lah malah tertawa beneran mau gak?" tanya Burhan lagi.
"Mas mau beliin Guntur baju?" tanya Maya membuat Burhan menoleh.
"Pengen, ke mall yuk sekalian jalan-jalan, kamu mau shopping gak?" tanya Burhan membuat Maya tersenyum lalu mengangguk.
"Mau." jawab Maya membuat Burhan terkekeh.
"Ya udah ayok, kita bawa anak kecil ini kasian dia seharian di kurung terus." ucap Burhan lalu menggendong Guntur.
Setelah itu mereka keluar membawa Guntur
ke mall sekalian jalan-jalan.
Disisi lain, Alvin baru saja sampai di kampus. Saat memarkirkan motornya tidak sengaja ia melihat Naura sedang duduk di pojok sambil membaca buku.
"Naura!" panggilnya membuat Naura
menoleh.
"Apaan?" tanyanya ketus membuat Alvin
memutar mata malas.
"Sok cuek banget ini bocah."
"Lagi ngapain?" tanya Alvin lagi karena jarak mereka lumayan jauh.
"Belajar nanti jam 12 mau ulangan!" jawabnya membuat Alvin kaget.
"Hah? Kok kamu gak bilang sih." ujar Alvin membuat Naura mendengus kesal.
Saat ia hendak berdiri tiba-tiba motor dengan cepat parkir di depannya hampir saja kakinya kena ban motor.
Cittt!!!
"Punya mata gak sih? Kamu gak liat disini ada orang duduk!" bentak Naura membuat Alvin kembali menoleh.
"Kenapa lagi itu kuntilanak marah- marah." ucap Alvin lalu ia turun dari motornya.
"Sorry... Sorry saya buru-buru jadi gak liat." ucap laki-laki tersebut masih
menggunakan helm sehingga Naura tidak
Dapat melihat wajahnya dengan jelas.
"Sorry-sorry kalo kaki saya kena lindes kamu mau tanggung jawab atau saya lindes balik kaki kamu pake ban mobil?!" solot Naura membuat Alvin tekekeh mendengar ancaman konyol itu.
Laki-laki itu membuka helmnya membuat Naura kaget sedangkan Alvin melotot lalu menutup mulutnya menahan tawa.
"Sorry maaf saya benar-benar gak sengaja." ucap Erik si presiden BEM membuat Naura langsung panas dingin.
"Ayo Om." ajak Naura, ia berjalan begitu saja meninggalkan Erik.
Sedangkan Erik dan Alvin malah saling melempar pandangan.
"Sorry Bang, itu teman saya suka rada- rada." ucap Alvin lalu ia meninggalkan Erik.
Sedangkan Erik yang melihat itu malah geleng-geleng sambil tertawa.
"Ada - ada aja." ucapnya lalu melihat jam tangannya.
"O shit! Bimbingan skripsi jangan bilang si Ibu udah hadir duluan, mati aku." ucap Erik lalu ia berlari menuju ruangan dosen.
Sedangkan Alvin masih mengejar Naura yang masih belum berhenti juga sedari tadi.
"Kamu mau kemana sih? Ya tuhan pegel ini!" kesal Alvin membuat Naura berhenti lalu ia berbalik.
"Aku malu Om!!" histerisnya membuat Alvin kaget, detik kemudian ia tertawa melihat wajah Naura sudah merah padam.
"Mampus!" ujar Alvin.
Jangan lupa kasih penilaian ya guys biar
author makin semangat.