NovelToon NovelToon
Aku Bisa Bahagia Tanpa Kamu, Mas

Aku Bisa Bahagia Tanpa Kamu, Mas

Status: tamat
Genre:Tamat / Konflik etika / Keluarga / Romansa / Suami Tak Berguna / Ibu Mertua Kejam
Popularitas:575.7k
Nilai: 4.3
Nama Author: Sadewi Ravita

Jika menurut banyak orang pernikahan yang sudah berjalan di atas lima tahun telah berhasil secara finansial, itu tidak berlaku untuk rumah tangga Rania Salsabila dan Alif Darmawangsa. Usia pernikahan mereka sudah 11 tahun, di karuniai seorang putri berusia 10 tahun dan seorang putra berusia 3 tahun. Dari luar hubungan mereka terlihat harmonis, kehidupan mereka juga terlihat cukup padahal kenyataannya hutang mereka menumpuk. Rania jarang sekali di beri nafkah suaminya dengan alasan uang gajinya sudah habis untuk cicilan motor dan kebutuhannya yang lain.

Rania bukanlah tipe gadis yang berpangku tangan, sejak awal menikah ia adalah wanita karier. Ia tidak pernah menganggur walaupun sudah memiliki anak, semua usaha rela ia lakoni untuk membantu suaminya walau kadang tidak pernah di hargai. Setiap kekecewaan ia telan sendiri, ia tidak ingin keluarganya bersedih jika tahu keadaannya. Keluarga suaminya juga tidak menyukainya karena dia anak orang miskin.
Akankah Rania dapat bertahan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sadewi Ravita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 35 Alisa Menghilang

Alif melangkah pergi begitu saja, melewati Rania yang tengah berbicara dengan Rangga dan beberapa orang lainnya. Pria itu merasa sangat kecewa. Namun di hatinya merasa bersyukur masih ada banyak waktu untuk membuat istrinya membatalkan keputusannya.

"Memangnya butuh berapa lama sih proses perceraian itu?"

Rania bertanya sembari meneguk es jeruk yang ia pesan. Ia menatap Rangga dengan penuh rasa ingin tahu.

"Biasanya sih kurang lebih 6 bulanan, tapi bisa juga kurang sih," jawab Rangga.

"Selama itu? Sampai setengah tahun?"

Rania menghela napas dengan kasar, wajahnya merengut karena kesal. Tadinya ia kira semua akan selesai dalam satu atau dua bulan, ternyata jauh lebih lama dari yang ia duga.

"Sabar saja, toh kalian juga sudah tidak tinggal satu atap lagi. Berdoa saja semua berjalan lancar agar bisa selesai lebih cepat," hibur Rangga.

Rania baginya masih sama seperti dulu, walaupun dia berusaha untuk kuat namun ia tetap seperti kanak-kanak saat merajuk atau keinginannya tak sesuai harapan. Walaupun Rania yang sekarang jauh lebih dewasa karena keadaan, namun dia tetaplah seorang wanita yang butuh perlindungan.

"Rangga aku pulang duluan ya, kasihan anak-anak jika di tinggal terlalu lama," ucap Rania.

"Yaudah, hati-hati di jalan ya,"

Rangga mengantarkannya hingga parkiran, ia baru berbalik setelah yakin wanita itu tidak terlihat lagi dari tempatnya berdiri.

☆☆☆

Keesokan harinya.

Rania hari ini sangat sibuk. Setelah mengantar Alisa sekolah ia segera menyiapkan barang-barang yang akan di ambil resellernya.

"Bu, lapar," ucap Bintang.

"Oh iya Sayang, maaf ya. Ibu segera ambilkan,"

Rania segera mengambilkan sepiring nasi lengkap dengan sayur dan lauknya. Ia menyuapi anaknya dengan sabar.

"Sepertinya aku butuh bantuan orang untuk mengurus semua ini, kasihan anak-anak jadi kurang perhatian," ucap Rania.

Dia berpikir siapa kira-kira yang bisa dia gaji untuk membantunya mengurus order yang semakin membludak.

"Coba aku buat story di wa saja, barangkali ada yang berminat dekat-dekat sini,"

Rania segera membuat story.

[Butuh urgent, untuk membantu rekap order dan menyiapkan barang customer. Jika minat, silahkan chat. Terimakasih.]

Rania meletakkan ponsel dan lanjut menyelesaikan pekerjaannya. Pelanggannya mulai berdatangan untuk mengambil barang.

"Bu Rania, besok gulanya 100 kilo lagi ya. Barusan tiba-tiba ada pesanan," ucap customernya.

Rania segera mencatat semua pesanan untuk hari esok. Karena banyak yang datang dia sampai lupa menjemput Alisa pulang sekolah.

"Ya ampun, jam berapa ini? Oh untung masih belum terlambat,"

Rania segera mengajak Bintang menjemput kakaknya. Ia segera memarkirkan motor dan menunggu putrinya keluar. 5 menit, 10 menit sampai setengah jam menunggu namun Alisa tidak kunjung keluar. Rania mulai gelisah, ia segera masuk ke dalam sekolah untuk mencari anaknya dan bertanya kepada guru di sana.

Pikirannya semakin kalut tatkala mengetahui Alisa tidak ada di dalam, ada yang mengatakan jika tadi melihat gadis itu sedang menunggu jemputan di depan gerbang sekolah.

"Bu, apa tidak ada yang tahu sama sekali anak saya kemana?" tanya Rania mulai panik.

"Maaf Bu, saya sudah bertanya kepada semuanya tapi tidak ada yang tahu. Terakhir ada yang melihat Alisa berdiri di depan sekolah menunggu jemputan. Ini juga saya tanya di group sekolah katanya tidak ada yang tahu,"

Lutut Rania rasanya lemas, ia sudah tidak bisa berpikir jernih. Sembari memeluk Bintang kini laju air matanya mulai luruh membasahi pipinya. Semua guru dan wali murid yang melihat ikut sedih dan menghiburnya. Tubuhnya mulai limbung, namun ia harus bertahan untuk menemukan putrinya.

"Bu, tolong beri kabar jika ada kabar tentang Alisa ya,"

Setelah meminta tolong kepada semua orang, ia segera pulang. Ia tak menggubris ratusan pesan yang masuk ke ponselnya, ia segera menghubungi Alif. Takutnya Alif yang mengajaknya pergi namun belum sempat memberi tahunya.

Tut... tut... tut...

Ada sekitar 10x Rania menghubungi Alif, namun pria itu tidak mengangkat. Rania semakin kuatir, bagaimana jika Alisa di culik. Rania sudah tidak dapat berpikir jernih, segala persepsi buruk melintas dalam angannya. Bintang ikut menangis melihatnya menangis, Rania semakin stres.

'Rangga, mungkin dia bisa membantu ku menemukan Alisa. Aku harus menghubunginya,' batin Rania.

Dalam dua deringan saja, pria itu mengangkat teleponnya.

"Rangga..."

Dada Rania begitu sesak, ia hanya mampu meneriakkan nama pria itu lalu menangis meraung-raung, membuat pria itu bingung sekaligus kuatir.

"Nia kamu kenapa? Apa suami mu menyakiti mu lagi?"

Rania masih belum bisa tenang, ia masih menangis membuat Rangga semakin kuatir.

"Tenanglah dulu Nia, coba ceritakan kepada ku apa yang terjadi? Apa kamu ini di rumah?" tanya Rangga lagi.

"Iya, aku di rumah. Alisa menghilang Rangga, aku tidak bisa menemukannya," jawab Rania di sela tangisnya.

"Bagaimana bisa? Hilang di mana?"

"Aku juga tidak tahu, saat aku menjemputnya ke sekolah dia tidak ada. Semua guru dan murid yang lain tidak ada yang tahu, aku telepon ayahnya juga tidak di angkat,"

"Kamu tenang ya, tunggu aku akan kesana. Kita akan cari Alisa bersama-sama,"

Rania merasa sedikit lega mengetahui Rangga mau membantunya. Sembari menunggu pria itu datang dia mengecek ponselnya, barangkali ada pesan yang memberikan info keberadaan Alisa. Hasilnya nihil, pesan yang masuk hanya dari customer dan orang-orang yang berminat ikut bekerja kepadanya.

"Maaf ya Sayang, Bintang jangan menangis lagi. Om Rangga sebentar lagi datang, kita akan mencari kakak bersama-sama,"

Rania memeluk Bintang dengan air mata masih berlinang, ia sangat takut tidak bisa menemukan putrinya.

"Sayang, Alisa kamu di mana Nak?"

Rania tidak bisa berhenti memikirkan putrinya, separuh nyawanya seakan melayang dari jiwanya. Pandangannya kosong hanya berisi kesedihan, ia bahkan tidak memikirkan penampilannya yang kini seperti benang kusut.

Tok... tok... tok...

Terdengar pintu di ketuk, ia segera bangkit berharap Alisa yang pulang. Ia senang namun juga kecewa, ternyata bukan putrinya yang datang melainkan Rangga.

"Sebaiknya kamu hapus dulu air mata mu sebelum mencari Alisa, kamu harus berpikiran positif,"

Rangga memberikan sapu tangannya kepada wanita itu, ia takut ada fitnah jika ia membantunya menyeka air matanya. Mereka segera memulai pencarian Alisa.

"Apa kamu sudah berhasil menghubungi Alif?" tanya Rangga.

"Belum, mungkin dia sedang bekerja," jawab Rania.

"Biasanya Alisa kemana? Mungkin tempat favoritnya? Rumah temannya? Atau biasanya kalian kemana?"

"Dia tidak pernah kemana-mana, bermain juga selalu di sekitar rumah. Kita baru bisa jalan-jalan hanya baru-baru ini saja, itu juga hanya ke kolam renang, ke mall dan makan ayam kentucky kesukaannya di depan sana,"

Keduanya menghela napas dengan kasar, tidak ada petunjuk yang bisa di gunakan untuk mencari Alisa.

"Bu, itu kakak... kakak,"

Bintang menunjuk-nunjuk ke luar, membuat keduanya menajamkan penglihatan mereka.

"Sepertinya itu memang Alisa, itu yang memakai seragam sekolah. Ayo kita kesana, Rangga," pinta Rania.

1
Deli Waryenti
sidang perceraian adalah kasus perdata Thor, jadi gak ada jaksa. mohon survey dulu sebelum menulis
Deli Waryenti
surat dari Pengadilan agama
Deli Waryenti
tuh kan, makanya Rania kamu jangan lemah
Deli Waryenti
Rania oon...jangan lupa juga tanyain sama Alif masalah uang kontrakan rumah
Deli Waryenti
Rania plin plan
Deli Waryenti
alif lebay
Deli Waryenti
by the way Thor
Deli Waryenti
ternyata oh ternyata
Deli Waryenti
astaga...alif norak
Deli Waryenti
sukurin lu alif
Deli Waryenti
bapaknya alif anggota isti ya
Deli Waryenti
harusnya alif paham siapa ibunya
Deli Waryenti
ceritanya bagus dan bahasanya rapi, tapi kok sepi ya
Deli Waryenti
Luar biasa
Deli Waryenti
kok ada mertua begini
Deli Waryenti
buang saja mertuamu ke laut, Rania
Deli Waryenti
😭😭😭
Deli Waryenti
setujuuuu
Deli Waryenti
kerja apa sih si alif
Deli Waryenti
gak punya uang tapi masih merokok
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!