NovelToon NovelToon
Kau Hanya Milik ARUNA

Kau Hanya Milik ARUNA

Status: sedang berlangsung
Genre:Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Fantasi Wanita / Balas dendam pengganti
Popularitas:1.1k
Nilai: 5
Nama Author: Aru_na

"aku pernah membiarkan satu Kalila merebut milik ku,tapi tidak untuk Kalila lain nya!,kau... hanya milik Aruna!"
Aruna dan Kalila adalah saudara kembar tidak identik, mereka terpisah saat kecil,karena ulah Kalila yang sengaja mendorong saudara nya kesungai.
ulah nya membuat Aruna harus hidup terluntang Lantung di jalanan, sehingga akhirnya dia menemukan seorang laki laki tempat dia bersandar.
Tapi sayang nya,sebuah kecelakaan merenggut ingatan Aruna,sehingga membuat mereka terpisah.
Akankah mereka bertemu kembali?,atau kah Aruna akan mengingat kenangan mereka lagi?
"jika tuhan mengijinkan aku hidup kembali, tidak akan ku biarkan seorang pun merebut milik ku lagi!"ucap nya,sesaat sebelum kesadaran nya menghilang.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aru_na, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

15

Aruna tersentak,dia langsung mendongak menatap laki laki yang sudah berada tepat di depan nya.bahkan nafas laki laki tampan itu terasa hangat di wajahnya.

Arza menatap wajah yang tiba tiba memucat itu, airmata bahkan sudah mengenang di pelupuk mata indah Aruna. Hati nya terasa sakit,dia tidak bisa memaksa Aruna.

Arza meraih tangan Aruna dan menggenggamnya erat, bahkan tangan itu terasa dingin. “Aku tidak akan menyakitimu. Aku hanya ingin kau merasa nyaman berada di sini. Ini rumahmu sekarang, dan aku... aku suamimu. Tapi bukan berarti aku akan memaksamu untuk mencintai atau menerimaku sepenuhnya malam ini.”

Aruna mengangkat kepalanya, menatap mata Arza yang berkilau di bawah cahaya lilin. Ada ketulusan di sana, namun aruna masih tetap ketakutan juga.

“Kau... serius??" Arza mengangguk meyakinkan.

"kau beneran tidak akan marah kalau aku belum siap?” tanya Aruna nyaris berbisik.

Arza menggeleng pelan. “Aku akan menunggu, sampai kau mencintai ku, dan benar benar siap.”

Ucapan itu seketika membuat Aruna berbinar. Lelaki di hadapannya ini, yang terlihat begitu sempurna dan dicintai banyak orang, tampak sangat bersungguh-sungguh ingin menjadikannya istri, padahal,dia hanya gadis baru yang tidak sengaja Arza temui.

"kau berjanji??" lagi lagi Arza mengangguk, membuat Aruna tersenyum kegirangan.

"kau harus menepati janji mu, ingat itu. Jangan sampai lupa" Arza tersenyum, melihat raut wajah gadis ini kembali ceria, bahkan wajah nya yang sedari tadi memucat, kembali di aliri darah lagi hingga merona.

Arza mengangguk meyakinkan, Aruna menghela nafasnya, merasa lega karena satu marabahaya telah berhasil di lewati nya.

"cepat bersihkan diri mu dan ganti baju, kau terlihat tidak nyaman dengan gaun ini" Aruna mengangguk, merasa malu. Gaun pengantin putih yang masih membalut tubuhnya terasa berat dan tidak nyaman. Lipatan-lipatan renda dan korset yang ketat sudah menyiksanya sejak tadi.

Arza bangkit,dia mencoba menjauh, mengerti kalau Aruna butuh kenyamanan.

"aku akan keluar sebentar" Arza melangkah, meraih gagang pintu,tapi Aruna tiba tiba mencegat nya “Sebentar, Aku... butuh bantuan untuk melepasnya. Aku tidak bisa melakukan nya sendiri .”

Arza diam sejenak. Sorot matanya berubah, ada keraguan, namun juga tanggung jawab. Ia mengangguk pelan. “Baik. Tapi kalau kau merasa tidak nyaman, aku bisa memanggilkan Kalila atau—”

“Tidak,” potong Aruna cepat, nada suaranya terdengar hampir panik. “Tidak perlu,hanya ini saja, aku bisa sendiri.” dia menunjuk ke arah resleting di belakang gaun nya.

Arza menatap Aruna dalam-dalam. Keengganan itu tidak hanya karena canggung dengan Kalila sebagai perempuan lain, tapi ada sesuatu di baliknya ketakutan tersembunyi yang belum ia pahami. Namun, ia tidak bertanya lebih lanjut.

“Baik. Aku akan bantu.” Ia berjalan ke lemari dan mengambil baju tidur sederhana berwarna pastel yang sudah disiapkan sebelumnya, lalu meletakkannya di atas ranjang. “Aku akan membantumu dengan korset dan resleting di belakangnya, lalu kau bisa ganti sendiri di kamar mandi.”

Aruna mengangguk pelan, kemudian berdiri membelakangi Arza. Tangan Arza menyentuh perlahan bagian resleting gaun di belakang tubuh istrinya. Jari-jarinya hati-hati, seperti menyentuh sesuatu yang rapuh. Lalu Ia melepaskan satu per satu pengait korset, membuka simpul-simpul halus yang tertata rapi.

Aruna bisa merasakan napas Arza di belakang lehernya, hangat dan tenang. Namun, entah kenapa, itu justru membuatnya semakin gugup. Bukan karena jijik atau takut akan niat buruk Arza, tetapi karena ia mulai merasakan sesuatu yang tidak bisa dijelaskan sejenis perasaan nyaman yang perlahan tumbuh dalam ketakutan.

“Sudah,” bisik Arza akhirnya, setelah tali terakhir terlepas. Ia segera menjauh dan memalingkan tubuh. “Aku tunggu di luar kamar.”

“Terima kasih…” Aruna memegang erat bagian depan gaunnya, lalu membawa baju ganti dan berjalan perlahan menuju kamar mandi.

**

Beberapa menit kemudian, Aruna keluar dengan rambut digerai dan wajah tanpa riasan. Ia mengenakan baju tidur itu dengan sederhana, tapi justru membuatnya terlihat lebih muda dan polos. Arza yang baru masuk kembali ke kamar,menatapnya sekilas, lalu segera mengalihkan pandangan.

“Bolehkah aku tidur disini malam ini?” tanya Aruna, berusaha menenangkan dirinya sendiri.

“Silakan,” jawab Arza sambil tersenyum. Ia bangkit berdiri, mengambil selimut, dan menutup tubuh Aruna dengan lembut. “Aku akan tidur di sofa malam ini.”

Aruna tertegun. “Kau tidak tidur di sini?”

“Tidak untuk malam ini. Aku ingin kau benar-benar merasa aman dan tidak tertekan.” Ia berjalan ke sofa panjang di sudut ruangan, duduk, lalu mengambil buku dari laci kecil di sampingnya. “Istirahatlah. Jika kau butuh sesuatu, aku ada di sini.”

Perlahan, Aruna memejamkan mata. Entah karena kelelahan atau karena ketenangan yang perlahan mengalir dari sikap Arza yang tak terduga, ia pun mulai tertidur.

Namun, dalam tidurnya, bayangan wajah Kalila kembali terlintas tatapan kosong yang menyimpan sesuatu, senyum manis yang terasa menusuk, dan nama yang entah kenapa, terasa terlalu akrab di pikirannya.

Aruna membuka matanya perlahan, merasakan sepasang mata tengah menatapnya dari sudut ruangan. Dalam cahaya temaram, ia melihat Arza masih duduk di sofa, masih dengan buku yang sama di tangan, meski kini ia hanya menatap kosong ke arahnya. Entah sudah berapa lama lelaki itu memperhatikannya.

“Maaf…” Aruna berusaha bangkit, menyibak selimut tipis yang menyelimuti tubuhnya. “Aku tertidur,dan kau....”

Arza meletakkan buku itu, lalu berdiri dan menghampiri ranjang dengan langkah pelan. “Tidak apa-apa. Kau pasti sangat lelah... Tadi... Apakah kau bermimpi buruk?”

Aruna menatapnya sekilas, lalu segera mengalihkan pandangan."tidak," Aruna mencoba berbohong,dia tidak mungkin mengatakan mimpi yang sebenarnya.

“Baiklah, aku akan tidur di sofa seperti yang kubilang, kau lanjutkan tidur mu” ujar Arza cepat-cepat, seolah ingin memastikan Aruna tidak salah paham.

“Tidak usah. Maksudku… kau boleh tidur di ranjang ini. Aku tidak akan keberatan, asalkan… hanya tidur.”

Arza sempat terdiam. Ia menatap Aruna, memastikan apakah ia mendengar dengan benar. “Kau yakin?”

Aruna mengangguk. “Kau suamiku, dan aku tahu kau tidak akan menyakitiku, lagi pula.... Kau harus tidur nyenyak supaya bisa merawat pasien mu dengan baik”

Ucapan itu membuat dada Arza sesak oleh emosi yang tak bisa ia jelaskan. Perlahan, ia berjalan ke sisi ranjang, lalu duduk dan menyelonjorkan kakinya, menyisakan jarak cukup jauh di antara mereka.

“Aruna… terima kasih. Karena sudah percaya padaku.”

Aruna menarik selimut ke dadanya. “Aku juga masih belajar percaya. Tapi… aku tahu kau berbeda. Entah bagaimana, aku tahu.”

Mereka saling diam beberapa saat, hanya terdengar suara jam dinding berdetak perlahan.

Tapi malam belum sepenuhnya damai.

Sebuah suara berderit pelan terdengar dari jendela kamar. Aruna menoleh cepat, dadanya berdegup. Tirai berkibar pelan, padahal jendela tertutup rapat.

Arza ikut menoleh. “Mungkin angin,” gumamnya. Namun, ekspresinya mengeras. Ia bangkit dan berjalan ke arah jendela, memeriksa kuncinya.

“Semua tertutup…” katanya pelan.

Aruna memeluk dirinya di balik selimut. “Dokter… bolehkah aku… mendekat sedikit?”

Tanpa banyak bicara, Arza kembali ke ranjang dan membiarkan Aruna menyandarkan kepalanya di bahunya. Mereka tidak berkata apa-apa, hanya membiarkan keheningan menemani.

Aruna terus melirik kearah jendela yang sempat bersuara tadi, sekilas bayangan wanita berambut panjang melintas, membuat Aruna seketika memel uk Arza tanpa sadar.

1
Zudiyah Zudiyah
,hemmm sangat mirissss
rofik 1234
Perasaan campur aduk. 🤯
Aruna: benarkah?😁
total 1 replies
Shinichi Kudo
Aku udah jatuh cinta dengan karakter-karaktermu. Keep writing! 💕
Aruna: terima kasih 🥰
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!